Tragedi Rohingya Bukan Konflik Agama, Ini Penjelasan Kiai Azaim Al-Ibrohimy
Situbondo: Agama jangan dipertengkarkan tapi manusianya yang harus disadarkan. Kalimat itu yang disampaikan KHR Ahmad Azaim Ibrohimy ketika menyinggung soal tragedi kemanusiaan di Myanmar.
Kiai muda karismatik Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Asembagus Situbondo ini mengingatkan agar tak semua persoalan kejahatan dikaitkan dengan agama karena kalau hal itu terus dilakukan akan berdampak pada konflik dan tragedi yang lebih besar.
“Agama jek patokar tape manossana kodhu se e pasadar,” tegasnya dalam bahasa Madura. Artinya, Agama jangan dipertengkarkan tapi manusianya yang harus disadarkan.
Menurut pengganti kepemimpinan KH Ahmad Fawaid As’ad (almaghfurlah) ini, persoalan yang terjadi di Myanmar tidak lebih dari persoalan wilayah dan kekuasaan. Penguasa Myanmar hendak merebut dan menguasai tanah dan wilayah yang dikenal makmur. Hanya saja untuk mendapatkannya, penguasa Myanmar yang kebetulan beragama Budha melakukannya dengan cara membantai penduduk Rohingya yang juga kebetulan beragama Islam.
“Rohingya nikah settong kennengan se tanana nika e rebbuk, kemakmurannya ingin diambil maka warganya dibantai, keteppa’an se nengenneng e kaessa’ Islam, padahal ingin menguasai. Deddhi nika urusan berres, urusan jegung, pas ngibe-ngibe agema. Tore Agama jek patokar tape manossana kodhu se e pasadar.”
(“Rohingya ini adalah suatu tempat yang tanahnya ingin direbut, kemakmurannya ingin diambil maka warganya dibantai. Kebtulan yang tinggal di sana orang Islam. Jadi seperti tadi, ini urusan beras, jagung terus bawa-bawa agama. Marilah agama jangan dipertengkarkan tapi manusianya yang harus disadarkan”.
Demikian ajak Kiai Azaim ketika menyampaikan ceramahnya pada pengajian Sholawat Bhenning “Silaturrahim Cinta” di Desa Sopet, Kecamatan Jangkar, Situbondo, Sabtu (02/09/2017).
Pada pengajian Sholawar Bhenning itu, bertemakan “jek atokaran sa tatangge’en, saleng maenga’ sataretanan” (Jangan bertengkar antar tetangga, saling mengingatkan antar saudara). Kiai Azaim menegaskan kebiadaban pemimpin dan umat Budha di Myanmar sama sekali tak mewakili perilaku umat Budha di Indonesia bahkan di dunia sekalipun. Hal itu bisa dilihat dari sikap dan perilaku umat Budha di tanah air yang lembut dan santun.
“Pemimpin, penguasa Myanmar yang non Muslim beragama Budha menjadi sosok yang ganas hingga membunuh umat Islam Rohingya. Suatu sikap yang sama sekali berbeda jauh dengan saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air yang beragama Budha, mereka santun dan ramah”, jelas Kiai Azaim.
Kiai Azaim mengungkapkan dengan bahasa Madura diikuti dengan ajakan membacakan surat Al-Fatihan agar persoalan yang menimpa umat Islam Rohingya dapat segera terselesaikan.
Sayangnya masih ada sekelompok orang yang menganggap tragedi kemanusiaan di Rohingnya adalah konflik agama. Bahkan dipahami sebagai ajakan perang terhadap Umat Islam. Menurut cucu Pahlawan Nasional Kiai Asad itu, pemikiran seperti ini tidak boleh dibiarkan karena sangat berbahaya bagi kehidupan antar umat Agama di suatu negara bahkan bagi perdamaian dunia.
“Orang yang fanatik mengatakan, mereka telah mengajak perang. Kalau ini dibiarkan, bukan tidak mungkin umat beragama di dunia akan benar-benar berperang. Lalu, bayangkan kalau umat agama Budha di dunia, baik di India, China berperang dengan negara-negara Islam hingga terjadi perang besar. Maka rusaklah dunia ini akibat fitnah urusan dunia padahal bukan persoalan agama”, paparnya. (adi)
Advertisement