Tragedi Ibu yang Meninggal di Jalan, Ditolak 4 RS di Ibu Kota
Tangis para petakziyah pecah. Ketika itu, Samsu terlihat sedang memeluk ketiga anaknya. Ketika istrinya telah dimakamkan. Di atas pusara istri yang masih basah.
Tragis, memang. Demikian kisah seorang pasien non-Covid-19 meninggal dalam perjalan setelah ditolak oleh empat rumah sakit di Jakarta.
Alasan rumah sakit tidak mau pasien tersebut karena tidak ada kamar. Selain itu petugas medis sedang kewalahan menangani pasien terpapar Covid-19 yang terus berdatangan. Itulah kisah tragis Nurul Adhaini (53 tahun), warga Kampung Rawa Timur RT-15 RW 05 Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Ibu tiga anak Ketua Majelis Taklim Ibu-Ibu Mushalla Assalam Kampung Rawa Timur akhirnya meninggal dunia dalam perjalanan menuju RS Harapan Kita, Jalan S Parman Jakarta. Inialh tragedi ibu kota, Jakarta di masa pandemi Covid-19.
"Ibu tiba di IGD Harapan Kita sudah meninggal Pak, kurang lebih ukul 11.40," kata, putri almarhumah, Nanda kepada Ngopibareng.id, Jumat 9 Juli 2021 dinihari.
Berdasarkan keterangan dokter, ibunya meninggal sekitar 15 menit sebelum tiba di IGD Harapan Kita.
"Ibu meninggal dalam perjalanan sebelum ditangani oleh petugas medis di empat rumah sakit yang menolaknya," kata Nanda sesenggukan menahan tangis.
Takut Di-Covid-kan Enggan ke Dokter
Suami Nurul, Samsu, mengatakan kesehatanya drop pada Kamis 8 Juli 2021 pagi. Oleh dokter pribadinya sudah diinfus dan dibantu oksigen untuk memperlancar pernapasan.
Sejak mengeluh sakit sudah diajak ke dokter, tapi tidak mau, takut di-Covid-kan. Pada Kamis malam kondisi istrinya semakin memburuk dan sudah tidak bisa diajak komunikasi.
"Saya ajak ngomong diam saja, tidak bereaksi," kata Samsu, yang mengaku terpukul dengan kepergian istrinya. Sebab ia juga memikirkan nasib anak bungsunya Raka yang masih duduk di sekolah dasar.
Mengingat kondisinya yang semakin memburuk, sekitar pukul 20.00 WIB Samsu memanggil dokter untuk mengecek kondisi istrinya. Berdasarkan pemeriksaan medis, kondisi istrinya dikatakkan sudah dalam kritis, dan harus segera ada tindakan dari rumah sakit.
Bantuan Polisi di RS Polri Kramat Jati
Menurut Samsu, anggota Polres Metro Jakarta Barat, bertindak cepat. Istrinya langsung dilarikan ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Dengan harapan ada kemudahan, mengingat ia juga anggota polisi.
Tapi harapannya itu melesat. Ternyata, RS Pusat Polri Polri tidak menerima pasien baru. Karena sudah penuh. Di IGD dan halaman rumah sakit, penuh dengan pasien Covid-19 yang antre penanganan medis dan kamar untuk rawat inap.
"Karena di RS Polri sudah penuh dengan pasien Covid-19, saya sarankan dibawa ke rumah sakit lain yang dekat dari uni," kata seorang petuggas mengenakan petugas berseragam polisi.
Kamar Penuh di RS Mana pun
Samsu mendengar penjelasan itu langsung membawa istrinya ke RS Budi Asih yang lokasinya masih di kawasan Keramat Jati. Jawabannya diterimnya sama, kamar penuh. Kalau mau ditempatkan di luar ruangan, harus menandatangani surat pernyataan bermeterai.
"Setelah saya berunding dengan putrinya akhirnya diputuskan istrinya dibawa ke RS Asrama Haji Pondok Gede. Itupun tidak diterima karena bukan penderita Covid-19, " tuturnya.
Sementara kondisi istrinya semakin memburuk. Dari Pondok Gede menuju Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia UKI Cawang. Samsu dan keluarganya ssemakin terlihat gelisah, mendengar jawaban sudah penuh, tanpa melihat kondisi istrinya.
Nanda tiba tiba punya ide untuk membawa ibunya ke RS Harapan Kita, alasannya dengan rumah. Sekitar 20 menit kemudian 100 meter menjelang IGD RS Harapan Kita, Nanda menangis keras, mengabarkan kalau ibunya sudah meninggal.
Tangis di Pelukan Sang Ayah
Di IGD Harapan Kita Nanda menangis di pelukan ayahnya. Sementara jenazah ibunya masih terbujur di mobil. Ada keluarga menyarankan langsung dibawa pulang saja karena sudah meninggal. Tapi pihak RS menyarakan presedur administrasi, sebaiknya dipenuhi supaya RS biasa mengeluarkan surat kematian untuk memudahkan pemakaman.
Suami dan keluarga akhirnya sependapat dengan saran RS. Jenazah dipindahkan kamar jenazah.
Setelah urusan dengan kamar jenazah selesai, muncul babak baru. Selama 10 unit kemudian ada kabar ambulan RS Harapan Kita, ternyata seluruhnya berada di luar kota. Ketika minta bukan ambulan ke DKI semua dioperasikan untuk menjemput penderita Covid-19.
Waktu telah menunjukkan Jumat 9Juli 2021, pukul 02.00 dinihari. Akhirnya diputuskan dibawa pulang mobilnya sendiri.
Ngopibareng. id yang ikut dalam rombongan keluarga almarhumah, merasakan betapa sulitnya mendapat kamar perawatan di rumah sakit di tengah pandemi Covid-19. Petugas medis seakan bekerja tanpa senyum. Saking lelahnya mengurusi pasien datang silih berganti tanpa henti.
Jenazah almarhum dimakamkan di makam wakaf Jl Bakti Kemanggisan Kakarta, diringi keluarga dan sahabatnya.
"Maafkan saya, semoga bunda meninggal dalam keadaan Husnul khotimah," kata Nanda, sambil memeluk nisan ibunya. Sementara adiknya, Raka, berdiri tegak disamping putra sulung almarhumah itu.
Tangis petakziyahh pecah ketika melihat Samsu memeluk ketiga anaknya di atas puasara ibunya yang masih basah.
Advertisement