Tradisi Ngubek Lauk, Aih.. Onok-Onok ae. Trus Kalau Ada Buayanya?
Seru itu di Sukabumi. Sukabuminya di Sungai Cimandiri. Cimandiri persisnya di wisata air panas Cikundul. Jangan salah sebutnya, nanti bunyinya jadi Cigundul. Bisa marah tuh orang sak Sukabumi. Hanya gara-gara salah sebut.
__________________
Seru di Sukabumi ini sebenarnya cerita lawas. Tapi selalu baru. Eh... kok bisa? Bisalah! Yang namanya tradisi itu selalu tua baru. Tua tradisinya. Baru kreativitasnya. Tua baru. Selalu unik. Selalu mampu mengundang orang. Orang itu wisatawan, wisatawan domestik maupun mancanegara.
Jadi, tradisi unik ini lagi-lagi digelar. Di obyek wisata pemandian air panas Cikundul, Sukabumi, Jawa Barat. Tradisi unik itu namanya “Ngubek Lauk”.
Lagi-lagi jangan salah sebut lho ya. Bunyinya bisa Ngubek Laut. Wah, bisa dimarahi orang sak Sukabumi kalau salah sebut.
Lauk? Jangan pula salah sebut dan ditanya begini! Yang jelas Lauk yang ini berbeda dengan lauk di atas piring.
Even ini memang benar-benar unik. Jadi sayang kalau melupakan datang. Padahal siapa pun selalu diundang.
Even ini, desainnya, memang menjadi bagian dari Cimandiri Creative Art Festival (CCAF) 2018. Sebab itu, 1.000 orang ambil bagian di Ngubek Lauk. Kalau yang ambil bagian kurang dari 1000 bisa dipastikan bukan Ngubek namanya, tapi ngobok-ngobok (sedikit joke kawan, biar yang menyesal tak bisa datang bisa terobati, red)
Tradisi Ngubek Lauk menjadi andalan dalam CCAF 2018. Semua warga berkumpul di Sungai Cimandiri. Dari anak-anak sampai dewasa. Dari berkumpul itu, warga yang muda yang tua yang kecil beramai-ramai menangkap ikan di sungai.
Hup... dengan tangan kosong. Hanya dengan tangan kosong! Tak ada serok, tak ada pancing, apalagi jaring. Coba bayangkan, seperti apa hebohnya. Seperti apa adegan semrawutnya. Semrawut tetapi dengan sangat bahagia.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olah Raga dan Pariwisata Kota Sukabumi, Adang Taufik, yang juga berbasah-basah ria di antara ribuan peserta, menjelaskan, tradisi ini adalah ungkapan bahagia masyarakat Sukabumi. Setelah itu, mereka memakan ikan bersama-sama dengan keluarga, kerabat, dan juga tetangga.
“Ngubek Lauk bermakna melestarikan sungai agar habitat ikan lestari dengan menggelar setahun sekali menunggu ikan dewasa,” ungkap Adang Taufik saat acara Cimandiri Creative Art Festival 2018.
Tradisi ini, lanjut Adang, juga merupakan simbol kebersamaan dan tradisi yang harus dilestarikan. Serta meningkatkan rasa gotong royong diantara warga.
Kini tradisi ‘Ngubek Laut’ bukan lagi sekadar tradisi turun menurun, melainkan sudah menjadi daya tarik pariwisata bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Secara keseluruhan, event CCAF 2018 yang berlangsung sejak 17 hingga 19 Agustus ini berlangsung keren. Beragam suguhan budaya hadir menyapa wisatawan. Begitu juga dengan kuliner dan kerajinannya. Semua disajikan lengkap. Apalagi event digelar di lokasi wisata, Taman Pemandian Air Panas Cikundul. Event ini merupakan trigger untuk mengangkat potensi pariwisata Kota Sukabumi.
Ngubek Lauk ini merupakan bagian dari grand design pariwisata Sukabumi. Salah satunya adalah membentuk Koridor Wisata Baros: Lembursitu – Warudoyong, dengan Sungai Cimandiri – Cipelang – Cigunung. Itu arterinya.
Grand Desain itu semuanya dikemas dalam balutan Kawasan Wisata Cimandiri. Lewat even ini semua itu dieksplor, sehingga lebih dikenal wisatawan.
Dengan desain itu, jaminan even berkelas CCAF 2018 bisa maksimal. Menariknya lagi, even ini didorong penuh oleh Kementerian Pariwisata. Dengan suport itu sangat memungkinkan mengubah kawasan Cikundul menjadi sebuah etalese kekayaan seni budaya Sukabumi.
Kalau sudah menjadi etalase begitu tentu tak hanya ritual adat, dll, tetapi bisa juga jadi ajang pentas komunitas, pameran industri kreatif, serta kuliner.
Malah bisa juga diramaikan dengan event lain seperti lomba tradisional yang menarik. Ada lomba memanah, lomba sumpit dan bumerang dan lomba tubing.
Kawasan Sungai Cimandiri memang menyimpan potensi pariwisata yang luar biasa. Sungai Cimandiri menjadi salah satu sungai yang terkenal akan aktivitas arung jeram.
Saat ini secara terbatas juga dihidupkan pariwisata khas sungai. Seperti memancing dengan berbagai variasinya, penelusuran sungai melaui hiking, rafting dan tubing atau sekedar berwisata di pinggir sungai.
Selain itu ada juga Taman Pemandian Air Panas (TPAP) Cikundul, Bumi Perkemahan Bina Bumi Pakujajar Cikundul, Kawasan Agroeduwisata Cikundul plus peternakannya. Taman Hutan Kota Kibitay serta Makam Eyang Cikundul.
Ketua Panitia CCAF 2018, Irfin menambahkan, dipilihnya Sungai Cimandiri sebagai pelaksanaan Ngubek Lauk, tujuannya untuk mengingatkan masyarakat setempat untuk menjaga kelestarian sungai. Sebab, sebelumnya sungai merupakan sumber kehidupan masyarakat.
"Dulu sungai Cimandiri ikannya banyak, karena dilestarikan. Sekarang sudah sangat sedikit. Diharapkan, tradisi lama yang baru pertama kali digelar ini bisa menyadarkan masyarakat agar menjaga sungai sebagai sumber kehidupan," jelasnya.
Kepala Bidang Pemasaran Area I Kementerian Pariwisata, Wawan Gunawan menjelaskan, kawasan Cimandiri memiliki potensi pariwisata yang harus dikembangkan.
Wawan berharap melalui event ini pariwisata Sukabumi semakin terbang tinggi lagi. Sehingga nantinya pariwisata dapat mengangkat perekonomian masyarakat.
“Bicara potensi saya kira kawasan ini sangat layak untuk dikembangkan. Dari mulai wisata alam, wisata edukasi, wisata religi, wisata budaya, wisata kuliner semua ada. Jadi memang harus terus dilakukan promosi untuk mengangkatnya. CCAF 2018 ini adalah sarananya,” ujarnya.
Menurut Wawan, Sukabumi sangat diuntungkan karena dekat dengan Jakarta. Sehingga akses pun semakin mudah. Apalagi amenitas Sukabumi semakin meningkat.
“Ini sebetulnya merupakan sebuah keunggulan. Aksesnya mudah, via tol Jagorawi dari Jakarta. Sekarang tinggal komitmen dari daerahnya untuk terus mengembangkan pariwisata,” kata.
Wawan yang juga Ki Dalang Wayang Ajen menambahkan, event ini adalah momentum bagus untuk membangkitkan semangat masyarakat Sukabumi. Sehingga masyarakat sadar jika Sukabumi mempunya potensi pariwisata yang berkelas.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun mengapresiasi gelaran tersebut. Menurutnya atraksi merupakan cara efektif untuk mempromosikan destinasi pariwisata. Sukabumi bisa mencontoh Banyuwangi.
Dijelaskannya, Banyuwangi telah bertransformasi menjadi destinasi unggulan berkat atraksinya. Disamping itu pemimpin daerahnya juga mempunyai komitmen yang kuat untuk memajukan pariwisata.
"Konsepnya selalu sama 3A. Aksesnya baik, amenitasnya baik lalu didukung dengan atraksi yang berstandar global untuk mengundang wisatawan datang. Itu semua harus didukung oleh komitmen kuat pemimpin daerahnya. Sehingga potensi pariwisata Sukabumi yang begitu luar biasa akan makin nge-hits lagi," kata Menpar Arief Yahya. (*/idi)