Tradisi Ngalap Berkah di Malam Nisfu Syaban, Baca Yasin sambil Membawa Air Minum
Pada malam Nisfu Sya'ban biasanya umat Muslim membaca surat Yasin sambil membawa sebotol air minum. Bahkan, ada yang lebih ekstrem dengan membawa satu galon air mineral. "Sumurnya kok tidak dibawa sekalian Mas," goda seorang jemaah dengan nada bercanda.
"Sekalian buat mandi supaya terhindar dari penyakit," jawab jamaah yang diledekin itu dengan tertawa sambil menurun galon yang dipanggulnya. Air dibacakan surat Yasin itu diyakini bisa memberikan berkah.
Nisfu Syaban adalah pertengahan bulan Syaban atau 15 Syaban kalender Hijriah. Dalam kalender nasional, Nisfu Syaban jatuh pada Kamis 13 Februari 2025. Para ulama menyebut malam Nisfu Syaban merupakan malam dibukanya 300 pintu rahmat dan pintu ampunan oleh Allah SWT.
Hal tersebut berdasarkan hadits Abu Hurairah Ra, Rasulullah SAW bersabda: "Jibril telah datang kepadaku pada malam nisfu syaban dan berkata, 'Wahai Muhammad, pada malam ini dibuka pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat. Oleh karena itu, bangun lah dan dirikan lah sholat, serta angkatlah kepala dan kedua tanganmu ke langit”.
Nisfu Syaban, bagi umat Muslim juga pertanda bahwa semakin dekat dengan bulan Ramadhan.
Dalam tradisi yang berkembang di Indonesia, setiap malam Nisfu Syaban dilakukan dengan membaca surat Yasin tiga kali di masjid.
Pada saat itu, umat Muslim juga berbondong-bondong membawa air minum untuk dibacakan surat Yasin. Tutup botol minum itu kemudian dibuka ketika surat Yasin dan berbagai zikir dilantunkan.
Hal ini juga dilakukan di beberapa mushola dan masjid di Jakarta. Salah satunya adalah di Mushola Assalam, Jalan Budi Raya, Kampung Rawa Timur, Kebun Jeruk Jakarta Barat.
Sekitar sekitar 150 jemaah melantunkan Surat Yasin sebanyak tiga kali dengan khusyuk dipimpin oleh Ustad Abdul Muhaimin, salah seorang guru di Majelis Taklim Assalam. Terlihat ratusan botol air mineral milik para jemaah.
Dengan meminum air setelah dibacakan surat Yasin tersebut dipercaya bisa memberikan keberkahan. Mereka membuka tutup botol tersebut ketika Surat Yasin, zikir, dan tahlil dibaca. Mereka berniat mencari berkah pada air di malam nisfu Sya’ban. Mereka meminumnya dengan kepuasan secara spiritual.
Lalu bagaimana hukum meminumnya secara fiqih?
Ketua MUI DKI Jakarta, KH Muhammad Faiz Syukron Makmun mengatakan, hukum meminum air tersebut halal karena air tidak termasuk barang yang diharamkan oleh Allah SWT.
Bagaimana aqidah Islam memandang persoalan ini?
Ulama muda lulusan Universitas AL Azhar Mesir itu menjelaskan, pada dasarnya, siapa saja dan apa saja tidak dapat memberikan manfaat dan mudarat kepada manusia atau makhluk lainnya kecuali dengan izin Allah SWT. Umat Islam tidak boleh meyakini bahwa sebuah benda memberikan ta’tsir, yaitu efek manfaat atau mudarat terhadap sesuatu.
Hal ini dicatat dalam sejarah ketika Sayyidina Umar RA mencium hajar aswad. Ia mengatakan, “Aku yakin kau bukan apa-apa. Kalau aku tidak lihat Rasulullah SAW mengecupmu, maka aku takkan mengecupmu”.
Ketentuan ini juga berlaku pada air yang dibawa ketika malam nisfu Syaban. Air tersebut bukan apa-apa. Ia tidak memberikan pengaruh apapun. Tetapi kita meyakini bahwa Allah menurunkan keberkahan-Nya melalui air tersebut. Dengan demikian, air tersebut hanya menjadi wasilah atau tawasul. Hal ini menjadi pegangan aqidah Ahlussunah wal Jamaah.
Yang perlu dipahami pertama sekali adalah bahwa tabaruk atau ngalap berkah merupakan salah satu bentuk praktik tawasul yang diperintahkan di dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 35. Praktik tabaruk merupakan salah satu doa kepada Allah melalui perantara lahiriah berupa jejak, tempat, benda, atau orang secara pribadi. Kalau tabaruk adalah salah satu bentuk tawasul, maka tasawul sendiri adalah mubah.
Hanya saja yang perlu dipahami bahwa segala sesuatu baik itu manusia, jejak, tempat tertentu, atau apapun itu tidak bisa mendatangkan maslahat dan menolak mafsadat. Yang kuasa mendatangkan maslahat dan menolak mafsadat hanyalah Allah SWT. Inilah yang perlu diperhatikan bagi mereka yang melakukan praktik tawasul dan tabaruk
"Hukum minum air Nisfu Syaban boleh asalkan memahami bahwa hanya Allah SWT yang dapat memberikan manfaat dan mudarat," ujar KH Mohammad Faiz.
Takmir Mushola Assalam Haidir menyampaikan ia menghormati tradisi atau budaya membawa air saat pembacaan surat Yasin di malam Nisfu Syaban. "Guru kami (Ustad Abduh) sudah menjelaskan manfaat air tersebut, supaya tidak bertanrakan dengan aqidah," ujar Haidir.
Bagi jemaah yang tidak membawa air, difasilitasi mushola. Ustad Abdul Muhaimin sendiri ditanya tentang tradisi bawa air di malam Nisfu Syaban mengatakan tidak ada yang salah. "Minimal untuk minum,” ujarnya.
Amalan Malam Nisfu Syaban dimulai setelah salat Maghrib, dilanjutkan dengan salat sunnah, membaca Surat Yasin tiga kali dengan niat, “Memohon umur panjang untuk ibadah kepada Allah. Memohon rezeki halal dan berkah. Memohon keteguhan iman hingga akhir hayat”.
Advertisement