Haedar Nashir: Tradisi Menulis Ciri Khas Kader Muhammadiyah
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, pada saat dunia media sosial begitu dominan mungkin sebagian kita banyak dimamah oleh informasi-informasi, tulisan-tulisan, dan postingan.
“Semuanya itu selain ada yang hoaks juga mungkin tulisan lepas yang sering kali banyak opininya. Ada juga yang alat kompor gas begitu yang cenderung provokatif yang membuat kita ini bisa-bisa tidak cerdas dan tidak maju. Yang muncul hanya adalah emosi dan kemarahan.”
Demikian kata Haedar Nashir dalam kegiatan Bincang Buku berjudul Haedar Nashir: Narasi Islam Berkemajuan yang digelar secara daring oleh Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat.
“Maka kajian buku ini mengajak kita untuk berpikir dari segi keilmuan yang setiap pikiran kita dapat dipertanggung jawabkan sekaligus bisa di dialogkan dan forum ini tentu sangat penting,” ujar Haedar.
Haedar meminta tradisi menulis harus terus menjadi bagian dari kader Muhammadiyah termasuk yang di IPM.
“Dari tingkat itulah saya belajar menulis, dan kalau menulis pasti membaca, tapi menulis yang ada dasar keilmuannya dan tidak hanya sekadar tulisan-tulisan lepas,” terangnya.
Dalam forum tersebut, Haedar juga menjelaskan bahwa menulis untuk buku dan menulis di media cetak harus ditradisikan para kader Muhammadiyah. Menurutnya, kesuksesan menulis ada pada tantangan ketika memasukkan buku ke penerbit dan ke media massa yang dituju.
Tulisan-tulisan yang dimasukkan ke penerbit dan media massa itu akan dikoreksi dari segi bahasa sampai dengan substansi dan konteks.
Hingga kini Haedar pun tetap menulis, meski tak seperti dulu usahanya. Haedar mengaku saat ini lebih banyak dipesan untuk menulis daripada berusaha seperti dulu untuk memasukkan tulisan-tulisannya ke penerbit atau media massa.
Advertisement