Tradisi Melepas Burung di Kelenteng Kenjeran, Ini Harapan dan Doa
Merayakan Imlek di Tahun Kelinci Air ini, warga keturuanan Tionghoa di Surabaya melakukan tradisi melepas burung di Kelenteng Sanggar Agung, Kenjeran usai beribadah.
Sejak pagi umat Konghucu terlihat mendatangi Kelenteng yang berada di dalam Kenpark, Kenjeran tersebut. Mereka datang bersama keluarga, sahabat dan handai taulan untuk beribadah dan berdoa, tepat di hari Imlek, Minggu, 22 Januari 2023.
Setelah berdoa, mereka secara bergantian menuju tepi laut untuk melepaskan burung yang dibawa sebelumnya. Burung-burung dilepaskan di laut dengan jumlah genap, sesuai usia atau sesuai jumlah keluarganya.
Untuk diketahui, melepas burung saat Imlek melambangkan ungkapan melepas keburukan, permohonan maaf dan keselamatan sekaligus untuk menjaga kelestarian alam.
Salah satu umat Konghucu yang melakukan tradisi tersebut, Eka Liana mengungkapkan, melepas burung merupakan tradisi yang selalu ia lalukan saat Imlek.
Mahasiswa asal Bali ini mengatakan, saat melepas burung juga ada doa dan harapan yang dipanjatkan.
"Melepas burung itu, semacam harapan dan doa. Burung yang dilepas jumlahnya tidak boleh ganjil harus genap, bisa sesuai usia dan jumlah keluarga," kata perempuan berusia 22 tahun ini.
"Tadi saya doanya semoga sehat, diberi kesehatan, rejeki dan segala yang dilalui diberikan kemudahan,"imbuhnya.
Tak jauh berbeda dengan Liana, Gianto warga Surabaya timur itu juga menyampaikan hal yang sama. Menurutnya, melepaskan burung adalah lambang kebebasan. "Kalau sudah melepaskan burung, berarti siap untuk tidak makan burung, kalau ayam boleh," kata Gianto.
Dari pantauan Ngopibareng.id, semakin siang semakin bertambah banyak umat Konghucu yang datang berdoa di Kelenteng tersebut. Tak ketinggalan mereka juga datang memakai baju berwarna merah, yang identik dengan Imlek.
Advertisement