Tradisi Intelektual Bergeser, Menko PMK: Sulit Berpikir Mendalam
Tradisi intelektual dewasa ini sudah bergeser. Fenomena yang muncul adalah semakin sulitnya memperoleh pola berpikir yang mendalam. Ditambah daya tahan baca anak zaman sekarang ini tidak sekuat orang dulu.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengedepankan hal di atas pada Stadium Generale Intermediate Training Regional Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) se-Jabodetabeka Banten, yang berlangsung di Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional, Kampus II UIN Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan, Senin 22 Februari 2023.
Hadir pada acara itu, Koordinator Presidium KAHMI Banten Moh Bahri, Kapolres Tangerang Selatan AKBP Faisal Febrianto, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Arief Subhan, Perwakilan Walikota Tangerang Selatan, Sekretaris Jenderal PB HMI Ichya Halimudi, Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Fachri Muhammad.
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Jokowi Jilid Satu ini, era saat ini sudah berubah, di mana pada zaman dahulu kadar intelektual seseorang diukur dari banyaknya buku yang telah dibaca dan dimilikinya. Akan tetapi, era teknologi dan informasi yang berkembang pesat membuat semua akses informasi bisa didapat dengan mudah melalui internet dan gawai pintar.
"Sekarang dengan gampangnya kita mendapatkan informasi dibantu dengan 'mbah google'. Dulu kalau kita mau mencari informasi rujukan kita harus berburu dari satu perpustakaan ke perpustakaan lain, sekarang sambil tiduran saja bisa tersedia," ujarnya.
Dampak dari mudahnya akses informasi, katanya, semakin sulitnya memperoleh pola berpikir yang mendalam. Cenderung malas baca buku. Daya tahan baca anak zaman sekarang ini tidak sekuat orang dulu.
Tidak Mencerdaskan
Lebih lanjut dia mengatakan, mudahnya mendapatkan informasi membuat keilmuan yang didapat tidak mendalam dan tidak mencerdaskan. Hal itu dikarenakan tidak adanya tantangan untuk berburu sumber. Dengan mudahnya mendapatkan informasi tidak akan menghasilkan karya keilmuan yang mendalam.
"Inilah problem kita untuk kembali menegaskan tradisi intelektual di era post truth sekarang ini. Era ini betul-betul menghilangkan posisi intelektual itu," ucapnya.
Karena itu, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) empat periode ini mengatakan, tantangan dari HMI adalah untuk kembali menghidupkan tradisi intelektual seperti sedia kala. Yaitu dengan mendalami keilmuan melalui sumber utama buku, tidak hanya mengandalkan informasi yang bersumber dari dunia maya.
"Inilah tantangan HMI untuk mengembalikan intelektualitas, sesuai tujuan utama HMI, yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam," kata guru besar Universitas Negeri (UM) Malang ini.
Muhadjir berpesan supaya para kader HMI yang kelak akan menjadi pemimpin masa depan bangsa untuk terus mengasah kemampuan intelektualitasnya. Dia juga berharap, mahasiswa dan mahasiswi yang tergabung dalam HMI kelak bisa mengembalikan intelektualitas sesuai marwahnya.(ANO)