Tradisi Haul Dianggap Bid’ah oleh Wahabi, Ini Jawaban Ulama
Ustadz Ma'ruf Khozin menulis tentang Menelusuri Jejak Tradisi Haul di Nusantara. Hal ini sebagai jawaban atas tuduhan ustadz Salafi Wahabi yang kerap menuduh sebagai bid'ah. Berikut ulasannya:
Haul, di negeri kita dikenal sebagai bentuk selamatan arwah setelah meninggal dalam tiap tahunnya. Sejak munculnya kelompok baru, Salafi Wahabi, tradisi ini dibid’ahkan dan dianggap sebagai warisan agama sebelum Islam.
Benarkah dari tradisi agama lain? Kita simak penjelasan Syekh Nawawi al-Bantani, ulama dari Jawa yang pernah menjadi Mufti di Negeri Hijaz Makkah:
وَالتَّصَدُّقُ عَنِ الْمَيْتِ عَلَى وَجْهِ شَرْعِيٍّ مَطْلُوبٌ وَلَا يُتَقَيَّدُ بِكَوْنِهِ سَبْعَةَ أيَّامٍ او أَكْثَرَ او أَقَلَّ ، وَتَقْيِيدٌ بِبَعْضِ الْأيَّامِ مِنَ الْعَوَائِدِ فَقَطْ. كَمَا أَفْتَى بِذَلِكَ السَّيِّدُ أَحْمَدُ دَحَلانَ وَقَدْ جَرَتْ عَادَةُ النَّاسِ بِالتَّصَدُّقِ عَنِ الْمَيْتِ فِي ثَالِثٍ مِنْ مَوْتِهِ وَفِي سابعٍ وَفِي تَمامِ الْعَشْرَيْنِ وَفِي الأربعين وَفِي المِائَةِ وَبَعْدَ ذَلِكَ يُفْعَلُ كُلَّ سَنَةٍ حَوْلًا فِي يَوْمِ الْمَوْتِ كَمَا أَفَادَ شَيْخُنَا يُوسُفُ السَنْبَلاَوِينِي (نهاية الزين باب الوصية للشيخ نووي البنتني)
Bersedekah atas nama mayit dengan cara yang syar’i adalah dianjurkan, tanpa ada ketentuan harus 7 hari, lebih atau kurang dari 7 hari. Sedangkan penentuan sedekah pada hari-hari tertentu itu hanya merupakan kebiasaan masyarakat saja, sebagaimana difatwakan oleh Sayyid Ahmad Dahlan.
Sungguh telah berlaku di masyarakat adanya kebiasaan bersedekah untuk mayit pada hari ketiga kematian, hari ketujuh, dua puluh, empat puluh hari serta seratus hari. SETELAH ITU DILAKUKAN SETIAP TAHUN PADA HARI KEMATIANNYA. Sebagaimana disampaikan oleh guru kami Syaikh Yusuf al-Sunbulawaini.”. (Nihayatu Zein 1/281, bab Wasiat karangan Syeikh Nawawi Banten).
Lihatlah pada bagian tulisan besar, ternyata sedekah makanan yang diperuntukkan bagi keluarga yang wafat tiap tahun di hari wafatnya sudah dilakukan dan diketahui oleh para ulama kita di negeri Arab.
Mana buktinya? Memang nyaris telah dihilangkan tradisi ini oleh Wahabi. Namun masih dapat dijumpai di beberapa negara. Misalnya di Syria, dahulu di negeri ini dikenal dengan nama Negeri Syam.
Di sana ada banyak Ulama Aswaja seperti Syekh Wahbah Zuhaili dan Syekh Ramadhan Al-Buthi. Tiap tahun hari wafatnya selalu diperingati haulnya.
Di Makkah sendiri ada Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki. Memang banyak murid beliau dari Indonesia. Namun sebenarnya murid-murid beliau banyak dari belahan dunia. Dan tiap 15 Ramadhan dihelat haul maha guru dan ahli hadis tersebut.
Demikian pula ulama ahli hadis dari Maghribi (Maroko), Syekh Muhammad bin Shiddiq Al-Ghummari, yang diperingati haulnya tiap 6 Syawal dengan live Streaming antara para keluarga beliau di Maroko dan murid-muridnya di Indonesia. Belum lagi haul ulama yang di Mesir, Lebanon dan sebagainya.
Masihkah percaya bahwa tradisi haul hanya warisan nenek moyang sebelum Islam? Tuduhan ini hanya kebohongan belaka. Sebab sudah terbukti para ulama Aswaja, termasuk para ahli hadis, sudah menjalankan dan membiasakan haul setiap tahun di hari wafatnya.
Demikian penjelasan Ustadz Ma'ruf Khozin, Dewan Pakar Aswaja Center NU Jawa Timur.