Waduh....Tracing Klaster Sampoerna Tak Menyeluruh
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur terus melakukan upaya pemantauan terhadap pengembangan kasus positif corona di Klaster Sampoerna.
Sayang, dalam upaya tracing ini bisa disebut tak maksimal karena tak diteruskan sampai ke pihak luar, yakni warga atau pedagang pasar yang pernah melakukan kontak langsung dengan buruh pabrik yang dinyatakan positif.
Padahal, berdasarkan informasi yang beredar, dua pasien awal yang telah meninggal pernah melakukan transaksi di salah satu pasar di sekitar pabrik. Belum lagi, jika mereka dan 63 buruh positif, mereka sempat melakukan interaksi secara langsung dengan warga sekitar sebelum dinyatakan positif.
“Kalau diperiksa semua tidak, tapi mencari titik mana bakul, mana itu, gak gampang,” ungkap Koordinator Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, dr Kohar Hari Santoso ketika ditemui di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin 4 Mei 2020 malam.
Tak hanya itu, Kohar juga mengakui, masih banyak warga atau rumah sakit yang tidak melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan atau Gugus Tugas setempat.
“Yang ktia minta kerja sama dari fasilitas kesehatan untuk melapor, karena ada RS besar yang tidak koordinasi dengan bagus dengan Dinas Kesehatan, sehingga kemudian Dinkes tidak bisa mencatat dengan baik. Kalau RS merawat ya hendaknya lapor ini pasien dari mana, sehingga bisa ditracing dengan cepat. Tapi kalau dirawat tapi gak ada koordinasi, ya sulit,” akunya.
“Sisi lain, masyarakat kita mohon disiplin physical distancing, pake masker, rajin mencuci tangan agar tidak tertular,” imbuh pria yang juga Direktur RSU Dr Saiful Anwar Malang itu.
Walau begitu, ia memastikan bahwa hingga saat ini tidak ada penularan di lapisan luar. Ia juga mengaku, para pedagang yang setiap sore atau warga sekitar bisa saja tertular. Namun, lagi-lagi karena kondisi tracing sudah semakin sulit dilakukan lantaran harus mencari lokasi para pedagang.
Di sisi lain, Kohar mengaku mendapat informasi dari salah satu anggota Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi bahwa ada yang melihat salah satu buruh yang melakukan isolasi mandiri masih berkeliaran ke luar di sekitar tempat tinggalnya.
“Kita pesankan mereka diminta isolasi mandiri, justru masyarakat hendaknya membantu mereka yang diisolasi. Misalnya ada yang ketahuan jalan-jalan ternyata ketika dikonfirmasi lagi cari makan, gak perlu direspons berlebihan, tapi minta saja kembali dan harus dibantu dibawakan makan agar tidak jalan-jalan,” akunya.
Sampai saat ini, mantan Kepala Dinas Kesehatan Jatim itu menyampaikan telah dilakukan pemeriksaan terhadap ratusan buruh yang telah menjalani rapid test. Dari jumlah itu, sebanyak 63 dinyatakan positif berdasar hasil swab test.
Sedangkan sisanya yang negatif, sedang menjalani karantina di salah satu hotel yang digandeng oleh pihak perusahaan rokok tersebut.