Kecepatan dalam Menjawab Jadi Evaluasi Kubu Jokowi
Tim Pemenangan Nasional ( TPN ) Capres Cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf berjanji akan mempersiapkan 'jagoannya' lebih baik lagi dalam debat capres-cawapres kedua, Februari 2019 mendatang.
Koordinator debat pasangan calon nomor urut 01 Abdul Kadir Karding mengatakan meskipun TPN puas dan merasa unggul dalam debat perdana Kamis malam 17 Januari 2019, masih ada yang perlu dipoles lagi. Terutama dalam kecepatan menjawab pertanyaan lawan supaya waktunya tidak habis.
Soal durasi waktu dikatakan penting, agar pesan yang disampaikan diterima dengan baik. Soal waktu Jokowi-Ma'ruf harus adaptasi, karena waktunya ada yang 3 menit, 2 menit, dan sebagainya," kata Karding
Karding bangga dengan penampilan 'jagoannya' dalam debat perdana tadi malam. "Beberapa kali jurus Pak Jokowi tepat sasaran membuat lawan klepek-klepek," katanya.
Soal cawapres KH Ma'ruf Amin yang banyak diam dibanding cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno dalam debat tadi malam, oleh Karding dikatakan itu bagian dari strategi. Kia Ma'ruf sebagai senjata pamungkas.
"Diam tapi punya jurus yang mematikan," kata Karding.
Wakil Ketua TPN Jokowi-Ma'ruf ini mengambil contoh, ketika Ma'ruf bicara soal disabilitas dan radikalisme, Ma'ruf menyampaikannya dengan runtun dan jelas, disempurnakan dengan dalil dari Alquran. "Tapi sayang waktunya habis," puji Karding.
"Di mata saya Jokowi unggul, memahami persoalan lebih baik, realistis dan membumi. Debat kali ini 1-0 untuk Pak Jokowi-Kiai Ma'ruf," kata Karding.
Terpisah, kubu dari pasangan nomor urut 02 Prabowo Sandi, juga mengklaim jagoannya menang dalam debat Pilpres 2019. Koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) nomor urut 02 Daniel Anzar Simanjuntak,
mengatakan bahwa debat kali ini harus diakui bahwa kalau ini bagian pertandingan, maka dimenangkan oleh Prabowo-Sandi cukup telak.
Skor menang telak bagi Prabowo-Sandi menurut Daniel ditunjukkan saat Jokowi memberikan tanggapan atas pernyataan pasangan calon nomor urut 2. Dia menilai Jokowi tidak menjawab dengan tegas, melainkan bercerita.
"Bukan menanggapi jawaban, tapi dia bercerita. Contoh yang paling sederhana adalah ketika ngomong difabel, Pak Jokowi justru bercerita event 5 tahunan, kan bukan itu yang dimaksud. Jadi banyaklah ya," kata Daniel.
Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Indra Samego, menilai wajar kalau dua kubu saling mengklaim 'jagonya' yang menang. Sekarang dikembalikan kepada rakyat, untuk menentukan siapa di antara pasangan calon yang terbaik dalam debat debat.
"Bukan hanya dari gayanya, tapi materi yang disajikan," kata Samego, kepada ngopibareng.id. Jumat 18 Januari 2019. (asm).
Advertisement