TPA Probolinggo Overload, Warga Diminta Pilah Sampah
Kota Probolinggo masih dihadapkan pada permasalahan kompleks terkait sampah. Selain semakin meningkatnya volume sampah, selama ini belum ada pemilihan sampah organik dengan non-organik.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Probolinggo, Ninik Ira Wibawati saat memperingati Hari Lingkungan Hidup di Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Rabu, 9 Juni 2021.
Dalam kesempatan itu Pemkot Probolinggo pun meluncurkan program “Daster Si Ipah” (Dengan Komposter, Siap Pilah Sampah). Dikatakan voume sampah yang diangkut ke Taman Pemrosesan Akhir (TPA) terus meningkat. Belum lagi masalah banyak timbunan sampah liar dan melubernya Tempat Penampungan Sampah (TPS) di sejumlah titik di Kota Probolinggo.
“Hal ini menunjukkan adanya produksi sampah per individu yang semakin meningkat, dan juga tidak lepas dari adanya pertambahan jumlah penduduk Kota Probolinggo dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah,” kata mantan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) itu.
Seperti diketahui, volume sampah di Kota Probolinggo setiap hari sekitar 70 ton. Sebagian kecil yakni, 6 persen merupakan sampah basah atau organik.
Sampah sebanyak itu dengan cepat memenuhi TPA Sampah di Jalan Lingkar Utara (JLU). Di TPA tersebut telah disiapkan tiga lokasi sampah yang ditimbun dengan tanah (landfill). Dua lokasi landfill dilaporkan sudah melebihi kapasitas (overload). Sementara satu lokasi landfill sudah mendekati overload.
Untuk mengatasi masalah sampah rumah tangga sebagai sumber terbesar timbulan sampah, kata Sekda Ninik, pemkot telah berinovasi mengembangkan kegiatan pengomposan (composting) skala kecil. Yakni, pengomposan sampah organik skala rumah tangga yang lebih massif dan menyeluruh dengan melibatkan berbagai pihak.
“Inovasi ini dikenal dengan istilah ’Daster Si Ipah’, yang merupakan kegiatan mengompos sampah organik rumah tangga yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga. Dengan harapan, sampah yang dihasilkan dari rumah tangga bisa berkurang, terutama untuk sampah sisa makanan atau sampah dapur,” kata Ninik.
Adapun tujuan utama Daster Si Ipah adalah unutk membuka wawasan dan menggerakan secara aktif untuk mengurangi jumlah timbulan sampah rumah tangga yang berasal dari aktivitas sehari-hari di rumah, seperti memasak, belanja dan lain-lain.
“Para ibu yang menjadi pemimpin dalam organisasi wanita, kami harapkan dapat menjadi agent of change untuk mengarahkan anggotanya untuk bijak dari rumah masing-masing. Salah satunya dengan melakukan pemilahan sampah dan pengomposan sampah organik, ” imbaunya.
Sekda Ninik dalam arahannya juga mengingatkan, perilaku yang bisa dibiasakan oleh masyarakat mulai sekarang. Yakni, memilah sampah mulai dari diri sendiri dan melakukan komposting sampah organik yang dihasilkan.
“Karena sampah organiklah yang menghasilkan gas methan. Lha kalau sampah organik bisa kita olah sendiri jadi pupuk, maka sampah anorganik bisa kita pilih lalu dijual, atau ditabung di bank sampah,” katanya.
Ninik menyarankan warga mengurangi sampah yang dihasilkan setiap hari. Warga sebaiknya memanfaatkan kemali barang-barang yang bisa dipakai kembali seperti kardus bekas dan daur ulang sampah menjadi barang yang bermanfaat.
Berikutnya, kata sekda, dengan menggerakan bank sampah termasuk memaksimalkan peranannya. Bank sampah berfungsi menampung sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomis, dan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.