Tour de Borobudur 2020, Gowes Bertahap Demi Protokol Kesehatan
Banyak acara dan jadwal yang kacau di tahun 2020 ini. Gara-gara pandemi Covid19 yang tak kunjung usai. Termasuk even gowes besar yang sudah konsisten diadakan tiap tahun.
Salah satunya adalah Tour de Borobudur (TdB). Samba (Semarang Bikers Association), event organizer gowes yang tercatat dalam agenda pariwisata Provinsi Jawa Tengah ini pun harus berpikir keras. Bagaimana agar even masih bisa jalan tapi memperhatikan protokol kesehatan dengan ketat.
“Gelaran tahun ke-20 ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Banyak penyesuaian yang kami lakukan. Termasuk jumlah peserta dan aturan-aturannya,” bilang Koh Chay, salah satu petinggi Samba.
Hanya rute yang masih konsisten. start dari Semarang dan finis Candi Borobudur di Magelang. Menempuh jarak 115 km.
Hendra Dharmanto, kordinator dari Samba menekankan bahwa Tour de Borobudur tahun ini dibikin secara bertahap. Artinya, acara TdB akan digelar setiap akhir minggu dan hari libur. Mulai Agustus hingga Oktober.
Jadi jumlah peserta yang biasanya ribuan dan hanya dua hari Sabtu Minggu itu dibagi-bagi menjadi hanya maksimal 30 peserta di hari Sabtu dan jumlah yang sama di hari Minggu serta hari libur.
“TdB pertama kita akan start tanggal 15 Agustus hari Sabtu. Lalu dilanjutkan 16 Agustus hari Minggu. Kebetulan Senin adalah libur 17 Agustus jadi berangkat lagi 30 cyclist. Total selama tiga hari pertama itu 90 cyclist akan menikmati rute Semarang-Borobudur,” jelas Hendra.
Dengan adanya pembagian seperti ini membuat pelaksanaan TdB jadi semakin rapi. “Peserta tidak banyak membuat pengawalan lebih maksimal. Peserta tidak harus berjubel berebut jalan dengan cyclist lain. Pasti bisa menikmati pemandangan,” imbuhnya.
Bahkan, Hendra menambahkan, setiap keberangkatan ini bisa dikelompokkan berdasarkan sepeda yang digunakan. Jadi secara kemampuan akan berimbang.
“Ada kelompok sepeda lipat, kelompok mountain bike, kelompok road bike, bahkan ada kelompok e-bike,” jelas Hendra.
Oleh karena itu, pendaftaran TdB ini tidak dilaksanakan secara online. Agar panitia dapat mengelompokkan berdasarkan sepeda yang digunakan. “Misal ada komunitas mountain bike sepuluh cyclist, kita akan carikan kelompok mountain bike lain sehingga total jumlahnya mencapai kuota 30 cyclist untuk berangkat di hari itu,” tutur Hendra.
Selain berguna untuk mengelompokkan, pendaftaran sistem offline ini berfungsi juga untuk filter keamanan protokol kesehatan. Panitia mengharapkan kordinator komunitas paham akan kesehatan anggotanya.
Jadi peserta merasa aman gowes apabila rekan gowesnya adalah teman sendiri yang sehat. “Di setiap hari H pelaksanaan, sebelum berangkat, kami menghimbau peserta untuk mengikuti rapid test yang bekerjasama dengan pemprov untuk memastikan kesehatan peserta,” tutur Hendra.
Seluruh konsep dan peraturan TdB ini disambut positif oleh Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah yang juga seorang cyclist. “Dengan cara gowes bertahap seperti ini saya sangat mendukung Tour de Borobudur. Dengan begini, sport tourism masih tetap jalan. Protokol kesehatan tetap ketat. Sebuah even sangat diperlukan untuk pemprov,” ujar suami Siti Atikoh ini.
Gayung bersambut, komunitas dokter, Medyc and Friends Semarang yang dikomandani oleh dr. Ardy Santosa, SpU ini menilai bahwa protokol kesehatan Tour de Borobudur sudah diterapkan dengan baik oleh panitia dari Samba.
Mereka pun makin gembira karena di setiap starter kit akan diberikan dua buah masker, hand sanitizer, jersey, dan nomor sepeda.
“Kami siap mengikuti TdB 2020 gowes Semarang-Borobudur pada tanggal 15 Agustus 2020. Peserta kami 30 orang sesuai kuota dari panitia,” bilang dr. Ardy.
“Meskipun pendaftaran dilakukan offline, tapi semua info bisa diakses di website www.sambabikes.com,” tutup Hendra yang mengingatkan bahwa setiap finisher akan mendapatkan medali.
Jadwal Tour de Borobudur 2020
15, 16, 17, 23, dan 30 Agustus
5, 6, 12, 13, 19, 20, 26, dan 27 September
3, 4, 10, 11, 17, 18, 24, 25, dan 31 Oktober