Topi Awan di Puncak Rinjani, Begini Penjelasannya BTNGR
Fenomena topi awan yang menyelimuti puncak Gunung Rinjani, Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Menyita banyak perhatian masyarakat, terutama di Lombok.
Salah satunya adalah Ari Suhardianto, warga Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, yang mengomentari mengenai fenomena tersebut.
“Indah sekali, ini pertama kali saya lihat. Senang juga, karena bisa jadi viral di media sosial. Sehingga banyak yang membicarakan Rinjani dan Lombok,” terangnya melalui pesan Whatsapp.
Menanggapi hal tersebut, Teguh Rianto, Kepala Seksi Wilayah 1 Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), menjelaskan penyebab fenomena topi awan atau biasa disebut awan lenticularis. Merupakan fenomena alam yang biasa terjadi karena adanya pusaran angin di puncak gunung.
“Proses terjadinya karena ada arus udara yang terdorong ke atas dan melewati puncak gunung. Sehingga terjadi kelembapan dan akhirnya membentuk awan lenticular,” tuturnya ketika dihubungi melalui whatsapp.
Teguh menyampaikan bahwa awan lenticular merupakan fenomena yang jarang terjadi karena membutuhkan ketinggian dan kondisi meteorologis yang tepat.
“Seperti di Gunung Bromo, Semeru dan Merapi pernah mengalami fenomena ini,” terangnya.
Di samping itu, menurut Teguh, untuk pendakian ke Gunung Rinjani masih berjalan normal, bahkan fenomena tersebut menjadi suatu hal yang langka.
“Gunung Rinjani juga pernah mengalami hal yang serupa sebelumnya, yaitu pada tahun 2009, juga 2018, sekarang juga 2019. Namun untuk tahun ini bentuknya lebih menarik karena disebabkan oleh cuaca ekstrim (kemarau), jadi curah hujan tahun ini lebih sedikit dari tahun lalu,” ujarnya.
Teguh menyampaikan pihaknya juga bekerjasama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi NTB, terkait pemeriksaan cuaca di sekitar Gunung Rinjani.