Tongseng Kambing Rasa Imlek, Enaknya Benar-Benar Nendang
Tongseng kambing Rasa Imlek. Ah, ada-ada saja. Mana ada? Imlek ya Imlek, tongseng kambing ya toseng kambing. Gak pake Imlek. Lagipula, tak ada dalam sejarah tongseng kambing jadi sajian perayaan Imlek.
Kalau makan tongseng kambing pas hari-hari Imlek begini, nah itu baru ada. Sembari nikmati libur susun tiga alias long weekand - sejak Jumat kemarin, Sabtu hari ini, hingga Minggu besok - berburu kuliner asik adalah akvitas yang menyenangkan. Nah, tonseng kambing, adalah kesenangan yang layak diburu itu.
"Istilahnya kok diburu sih. Sangar banget tahu nggak. Mbok yang slow aja. Dicari kek, diubek kek, bisa didapat gitu kek, atau kalau bahasa yang alusan sedikit; bisa dibeli dimana ya? Kata Happy Suhadi, reviewer kuliner paling top sak Jawa Timur yang hari ini menemani Ngopibareng.id menyasar tongseng kambing paling rekomen di Surabaya.
"Menyasar lagi. Masak cari kuliner kok menyasar. Pakai bahasa yang keren kenapa sih," protes Happy yang bola matanya bunder seperti bola pingpong.
Meski terus diprotes karena pilihan kata yang tidak pas, toh Happy Suhadi tetap dengan telaten memberi penjelasan soal tongseng kambing pilihannya.
Jadi, kata dia, tongseng itu, tongseng kambing persisnya, aslinya kuliner yang kurang begitu familier di Surabaya. Sebab itu mencarinya kudu butuh kesabaran dan referensi yang cukup. Kalau di Jogja, Solo, dan sekitarnya, jangan ditanya dah. Disana "rumah"nya kuliner ini. Buanyak. Bertebaran. Kalau ada tongseng pasti ada kawannya, tengkleng.
Tapi tongseng beda dengan tengkleng. Jangan salah lho ya. Namanya memang hampir sama, bumbunya pun juga mirip. Bernuansa kecap manis. Tetapi material keduanya berbeda. Tongseng lebih ke daging kambing full. Kadang ada sedikit jerohan kalau ada yang minta. Sementara, tengkleng lebih eksotis, bisa ada mata kambing, kaki kambing, kadang otak dan buntut.
"Keduanya sama-sama kuliner mantap. Protein tinggi dan menyantapnya harus agak hati-hati bagi yang punya kecenderungan hipertensi," kata Happy.
Di Surabaya, kata Happy, tongseng kambing yang rekomen menurut citarasa lidahnya adalah tongseng kambing Pak Dono di Jalan Kalasan 28, Surabaya. Tahu jalan Kalasan? Gampang dah, ancer-ancernya kawasan Pacar Keling Surabaya. "Ubek-ubek aja daerah itu pasti ketemu."
Porsinya big. Bisa pesan satu porsi untuk dua orang. Kalau kuat tak masalah, seporsi bisa habiskan sendiri. "Jangan nambah deh, kalau mau nambah boleh ajah sih, tapi nambahnya sesok ae sambil ngajak yang lain. Biar mereka tahu tongseng enak juga," Kata Happy.
Setiap warung tongseng, biasanya memang tak melulu jual tongseng tok. Kombinasi menunya pasti ada sate kambingnya. Pak Dono di Jalan Kalasan ini sama juga, selain tongseng andalan lainnya adalah sate buntel. Enak juga, dan memang perlu dicoba dua-duanya agar tak penasaran.
"Seporsi untuk tongseng harganya 38-40k. Mahal juga ya, tapi okelah kan daging kambing juga ikut melambung harganya. Coba bayangkan yang lain, kalau kita ngerawat sendiri kambingnya, carikan rumputnya, carikan rambannya, lalu menyembelih, masak, dan seterusnya, berapa mahal itu waktunya hayo... Wistala ini warung tongseng mantap, boleh coba dengan ngajak saya hehehehe," canda Happy Suhadi.