Tongklek Makin Disuka, Tak Hanya pada Bulan Puasa
Tongklek. Nama jenis kesenian ini bisa jadi hanya populer saat bulan Ramadhan. Orang-orang akan kembali mengingatnya saat dini hari, menjelang sahur, sekelompok pemuda atau anak-anak berkeliling dengan menabuh seperangkat alat musik membangunkan warga untuk makan sahur.
Namun, kini tongklek telah bertransformasi. Tidak hanya media membangunkan orang sahur namun telah menjelma menjadi jenis kesenian yang bisa ditemukan di kegiatan hajatan, even khusus bahkan pagelaran yang diadakan di tingkat Kabupaten Lamongan.
Di tangan pelaku seni yang kreatif tongklek bisa dipadukan menjadi irama campursari dan dangdut.
"Tongklek sejak dua tahun terakhir sudah banyak tampil di berbagai festival seni, banyak even yang menggelar kegiatan tongklek hingga mengangkat kesenian ini kepermukaan," kata Amri Noviantoko, Ketua Paguyuban Seni Tongklek Kabupaten Lamomgan.
Selaku pelaku seni tongklek dirinya mengapresiasi berkembangnya kesenian tongklek yang semakin diterima di masyarakat luas.
Menggeluti kesenian tongklek dilakoni Amri sejak 2017. Bukan karena tongklek mulai naik daun, namun lebih karena ingin memberikan kegiatan positif bagi remaja di desanya yang menjadi dorongan kuat membentuk grup tongklek.
"Banyak pemuda desa yang nganggur dan mengarah ke tindakan yang negatif. Karena itu saya terpanggil mengajak mereka untuk bermain tongklek," cetus Amri yang menyelesaikan studi D3 di Universitas Negeri Surabaya ini.
Dengan hanya alat seadanya yang dia miliki Amri merangkul beberapa pemuda. Mereka diajari cara memainkan beberapa jenis alat musik tradisional. Ternyata adanya grup tongklek tersebut memancing remaja desa lainnya untuk turut bergabung.Hingga akhirnya pemuda asal Desa Labuhan, Kecamatan Brondong ini mampu mbentuk seni tongklek Margo Joyo
"Setelah banyak pemuda yang ingin bergabung yang menjadi kendala adalah minimnya peralatan musik," ujarnya.
Jalan keluar yang diambil yaitu mengajak anggota grup tongklek untuk urunan dan mencari sumbangan ke para dermawan
"Akhirinya grup tongklek Margo Joyo bisa memiliki peralatan musik yang memadai sehingga kami bisa lebih mengintensifkan latihan," cetus pemuda kelahiran 12 November 1995 ini.
Berbagai peralatan musik tongklek yang telah dimiliki yaitu tambangan/gamelan, kentongan,Simbal, Gendung, Quarto, gong suwuk, kempul, dan jegur serta. Kenong dan snar.
Anggota grup tongklek Margo Joyo sebanyak 25 orang yang terdiri dari remaja putus sekolah serta ada beberapa anggota yang masih pelajar.
Grup tongklek Margo Joyo mulai eksis dengan seringnya tampil dalam berbagai kegiatan di desa atau melayani undangan hajatan. Popularitasnya juga semakin terdongkrak setelah menjuarai berbagai perlombaan tongklek.
Beberapa prestasi yang diraih diantaranya yaitu juara harapan 1 lomba tongklek haul Akbar As Syafiah di Desa Lohgung, Kecamatan Brondong tahun 2017, juara III lomba tongklek di Desa Prambon Tergayang, Kecamatan Soko Kabupaten Tuban tahun 2018.
Juara II lima tongklek di Desa Kowang, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban tahun 2018.
Juara II lomba tongklek sekecamatan Brondong tahun 2018, juara 1 se-Karisidenan Bojonegoro, Tuban dan Lamongan tahun 2018 dan juara 1 lomba tongklek di Desa Plesungan, Kabupaten Bojonegoro tahun 2018
"Meski momen perlombaan di desa atau kecamatan pesertanya puluhan dari beberapa kabupaten, karena ditingkat kabupaten sendiri jarang sekali mengadakan perlombaan tongklek," cetus Amri.
Kini grup seni tongklek Margo Joyo sudah seringkali mendapatkan undangan main. Baik di wilayah Lamongan maupun luar Kabupaten. Ada dua jenis pertunjukkan yang ditawarkan yaitu pentas di panggung atau berjalan berkeliling.
"Biasanya kalau dipentas kami sering menjadi pengiring penyanyi dangdut atau campursari. Kalau untuk tampilan keliling kami menggunakan model gapura dan arak-arakan," urai Amri.
Soal tarifnya tergantung tempat antara Rp 1 juta hingga Rp 3,5 juta.
"Alhamdulillah tidak pernah sepi job sehingga dari tongklek bisa menjadi pekerjaan bagi anggota yang masih nganggur," tandas Amri bangga.(tok)