Tongkat Nabi Musa dan Isyarat Syaikhona Kholil, NU Jadi Komando
Rais Aam PBNU KH. Miftahul Ahyar meminta warga Nahdliyin mengingat kembali isyarat yang disampaikan Syaikhona Kholil Bangkalan kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari menjelang pendirian Nahdlatul Ulama. Isyarat berupa tongkat dan surah Thaha ayat 17-23 itu berisi kisah Tongkat Mukjizat Nabi Musa AS. Saat itu Kiai Kholil menegaskan, Nahdlatul Ulama dilahirkan tiada lain kecuali untuk mengomando.
Tongkat Nabi Musa adalah simbol sistem komando. Sampai sekarang pun tongkat menjadi simbol komando para panglima. Sebagai panglima tertinggi, misalnya, presiden juga memegang tongkat komando.
"Itulah yang diharapkan oleh para pendiri Nahdlatul Ulama. Agar kelahiran NU bukan sekadar memperbanyak jumlah organisasi yang ada di masyarakat," kata dia dalam pidato pembukaan (khutbah iftitah) Muktamar NU ke-34 yang dibuka Presiden Joko Widodo, di Bandar Lampung, Rabu 23 Desember 2021.
Kata dia, kita semua wajib menjaga dan mengamalkan nilai-nilai ahlussunnah wal jamaah. Juga, mengembangkan nilai-nilai kebangsaan dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ini kewajiban setiap anggota yang tercantum dalam AD-ART Nahdlatul Ulama. Tingkat pengurus, kata dia, wajib memberikan arahan dan kontrol kepada anggota. Hal itu berlaku dalam situasi normal.
Dalam situasi seperti sekarang, saat banyak kelompok ingin mengganti posisi Nahdlatul Ulama dan mengikis ahlussunnah wal jamaah. Karena itu, ia meminta seluruh maka kader Nahdlatul Ulama berperan seperti Tongkat Nabi Musa.
Jika ada kader NU menjadi “ular-ular” seperti tongkat Navis Musa, tujuannya tak lain hanya untuk da’wah-amar ma’ruf nahi munkar, membasmi kezaliman, kemaksiatan dan kemungkaran.
"Menjadi anggota legislatif, bupati, gubernur, atau mengisi jabatan publik apapun, yang mampu menjadi kekuatan (ashabul qoror sekalgus Ashabul Haq) hanya untuk mengajak kebaikan, meratakan kesejahteraan dan keadilan, bukan sebagai tujuan.," Kata dia.
Telah kezaliman lenyap maka ular itu harus menjadi bentuknya semula yakni tongkat.
"Manakala sudah dianggap cukup oleh para Masyaikh, Syuriah, maka kader-kader Nahdlatul Ulama harus siap kembali menjadi tongkat. Itulah sistem komando. Dan sikap pusaka kebanggaan kita adalah: sami’na wa atha’na. maka supremasi Syuriyah mutlak," ujarnya.
Advertisement