Tompi Ungkap Operasi Transeksual Bukan Hal Mudah, Ini Prosedur yang Harus Dilewati
Operasi kelamin menjadi topik hangat perbincangan publik. Terlebih lagi soal beredarnya isu bahwa Lucinta Luna adalah seorang transgender, meskipun hal itu tidak pernah diakui Lucinta. Padahal video yang diduga Lucinta usai melakukan operasi kelamin pun tersebar di sosial media.
Topik tersebut lantas membuat salah satu dokter bedah Indonesia, Tompi, ikut angkat bicara. Tompi pun menjelaskan prosedur yang harus dilakukan sebelum operasi kelamin dilakukan.
Dalam sebuah video yang beredar, Tompi menjelaskan bahwa pasien harus melewati banyak tahapan sebelum akhirnya mendapat persetujuan dokter untuk mengganti kelamin lewat operasi. Selain kesehatan secara jasmani, kejiwaan pasien juga menjadi hal penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan.
"Banyak aspek yang harus diperhatikan betul dalam operasi transeksual ini. Pertama aspek kesiapan pasien. Biasanya pasien yang mau transeksual ini persiapan psikologinya panjang. Biasanya dokter dan pasiennya mulai dari diagnosis dan ngobrolnya berkali-kali untuk meyakinkan bahwa ini betul betul keinginannya dia sendiri. Karena ini operasi yang one go sudah gitu enggak bisa diulang. Penentuannya sudah final," ujar Tompi.
Tak heran, hal itu membuat dokter spesialis kejiwaan juga turut berperan penting sebelum persetujuan untuk operasi kelamin diterima sang pasien. Sebab, mengganti alat kelamin bukan hal remeh dan tak bisa dilakukan berulang kali.
"Dokter kejiwaan akan melakukan tes penjiwaan. Ada serangkaian pemeriksaan yang dilakukan hingga akhirnya keluar rekomendasi yes oke untuk dilanjutkan dengan operasi transeksual. Kalau di Indonesia belum seluas itu sih," ungkap dokter sekaligus penyanyi ini.
Menurut Tompi, tes kejiwaan itu dilakukan untuk mengetahui bahwa pasien memang benar-benar ingin melakukan operasi tersebut dan tidak menyesal kemudian hari.
"Itu cuma tes. Intinya hanya untuk membuktikan bahwa dia memang pengen. Kita manusia kan biasanya suka yang excited. Biasanya pengin operasi tapi pas sudah dikerjain besoknya dia 'duh kenapa gue potong kan enggak bisa balik'," lanjutnya.
Tompi juga mengatakan jika tidak semua dokter bedah bersedia melakukan operasi kelamin, termasuk dirinya. Ia hanya pernah terlibat dalam operasi yang cukup berbahaya tersebut beberapa kali sebagai asisten, bukan dokter bedah utamanya.
"Tidak hanya pada kasus ini. Kita mengenal dua hak dan kewajiban. Ada hak pasien dan kewajiban dokter. Pasien berhak memilih dokternya dan dokter berhak unuk menolak sesuai yang diyakininya baik secara pengetahuan maupun keyakinan. Kalau saya pribadi memilih untuk tidak mengerjakan namun saya sendiri pernah terlibat dalam tiga atau dua operasi transeksusual sebagai asisten," pungkasnya.
Sumber video: KapanLagi.com
Advertisement