Tokoh Muda Blitar Soroti Pernyataan Bupati Soal Mundurnya Wabup
Pernyataan singkat Bupati Blitar Rini Syarifah terkait pengunduran diri Wakil Bupati Rahmat Santoso menuai kritik dari berbagai kalangan. Ironisnya, sang bupati menyebut roda Pemerintahan Kabupaten Blitar tidak akan terpengaruh atas mundurnya wabup.
"Lho, bupati-nya siapa? Wabup-nya siapa? Apakah selama ini yang menjadi bupati itu Makde Rahmat (wabup)? Apakah wabup terasa seperti bupati? Ya santai aja, jalankan pemerintahan ini, wong bupatinya dia kok,” sindir Tomi Gandi Sasongko, tokoh muda Blitar yang juga dikenal sebagai pengusaha.
Tomi melanjutkan, pernyataan bupati justru terkesan seolah-olah pemerintahan di Kabupaten Blitar selama ini yang mengendalikan wakilnya.
“Bupati adalah pengambil kebijakan tertinggi di pemerintahan daerah kabupaten. Tanpa wakil bupati, pemerintahan (memang) masih dapat berjalan dengan baik selama bupati dapat menjalankan roda pemerintahannya dengan baik pula. Banyak daerah lain di negara kita yang tetap berjalan lancar meski kepala daerahnya tidak memiliki wakil,” tandas Tomi.
Namun seharusnya, lanjut Tomi, sebagai pemimpin, Bupati yang akrab dipanggil Mak Rini itu memberikan penjelasan sesuai kontekstual, yaitu alasan mundurnya Wabup Rahmat Santoso karena mencalonkan diri sebagai caleg DPR RI.
“Seharusnya bupati menyatakan bahwa pengunduran diri wabup adalah hak beliau. Beliau juga memiliki hak politik untuk mencalonkan diri sebagai anggota DPR, Itu saja, karena konteksnya adalah bahwa wabup akan maju sebagai anggota DPR-RI, maka wajar jika beliau harus mengundurkan diri sebagai wakil bupati sebelum masa kampanye dimulai,” kata Tomi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Wakil Bupati Blitar Rahmat Santoso mengundurkan diri dari jabatannya karena ingin mencalonkan diri sebagai anggota DPR-RI Dapil 12 Jawa Timur meliputi Kabupaten Tuban dan Bojonegoro yang diusung Partai Amanat Nasional.
Demo Wartawan
Selain itu, terkait Bupati Rini yang didemo wartawan pasca mundurnya Wabup Rahmat Santoso juga menjadi sorotan. Sejumlah wartawan yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) memprotes protokoler bupati yang selalu membatasi pertanyaan wartawan.
"Ini juga sebuah ironi. Bupati dengan protokolernya sampai didemo wartawan. Sementara wabupnya justru terlihat sangat dekat dengan media, selalu menjawab pernyataan wartawan dan memberikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Karena pejabat publik memang harus terbuka," ucapnya.
“Saya berharap kepada Bupati Blitar untuk lebih merakyat dengan melihat dan mendengarkan langsung keluhan rakyat Kabupaten Blitar. Jangan takut turun langsung, jangan hanya mengikuti protokoler yang telah dijadwalkan. Keluh kesah rakyat dapat datang dari berbagai arah, termasuk dari LSM, tokoh masyarakat, bahkan dari wartawan melalui tulisan di medianya,"
"Terbukti atau tidak, selama ini yang lebih sering berinteraksi dengan masyarakat adalah Pak Wabup. Beliau lebih sering mendengarkan keluhan rakyat daripada bupati,” tandasnya.
Kritikan senada juga dilontarkan Adib Zamhari, politisi Gerindra. Lewat akun Facebooknya, mantan politisi PKB itu menyebut Bupati Rini Syarifah penuh masalah.
"Dengan Wakilnya...Masalah. Dengan Rakyatnya....Masalah. Dengan Wartawan....Masalah....Cukup pisan ae Mak" tulis Adib dalam postingan aksi demo wartawan.