Toilet Kamar Mandi di Rumah Menghadap Kiblat, Ini Pesan Ulama
Ustadz Ma'ruf Khozin memberi pengajian bersama Jemaah Masjid Masjid Wal Ashri Pertamina Surabaya. Direktur Aswaja NU Center Jawa Timur menjelaskan bab Istinja' atau tata cara bersuci dari najis karena buang air kecil atau besar.
Di antaranya ada penjelasan hadis:
عن ﺃﺑﻲ ﺃﻳﻮﺏ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ (ﺇﺫا ﺃﺗﻴﺘﻢ اﻟﻐﺎﺋﻂ ﻓﻼ ﺗﺴﺘﻘﺒﻠﻮا اﻟﻘﺒﻠﺔ ﻭﻻ ﺗﺴﺘﺪﺑﺮﻭﻫﺎ ﺑﺒﻮﻝ ﻭﻻ ﻏﺎﺋﻂ ﻭﻟﻜﻦ ﺷﺮﻗﻮا ﺃﻭ ﻏﺮﺑﻮا) ﺭﻭاﻩ اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ
Dari Abu Ayyub bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Jika kalian buang air jangan menghadap ke kiblat atau membelakanginya dengan kencing dan buang air besar, tapi menghadaplah ke timur atau barat". (HR Bukhari dan Muslim)
Ada jemaah yang bertanya tentang kamar mandi di rumah yang toiletnya menghadap kiblat atau membelakanginya, bagaimana hukumnya?
Imam An-Nawawi pentarjih utama dalam Mazhab Syafi'i menguraikan panjang lebar khilafiyyah dalam permasalahan ini. Beliau berkata:
ﻣﺬﻫﺐ اﻟﺸﺎﻓﻊ ﺃﻥ ﺫﻟﻚ ﺣﺮاﻡ ﻓﻲ اﻟﺼﺤﺮاء ﺟﺎﺋﺰ ﻓﻲ اﻟﺒﻨﻴﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺳﺒﻖ ﻭﻫﺬا ﻗﻮﻝ اﻟﻌﺒﺎﺱ اﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻤﻄﻠﺐ ﻭﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻭاﻟﺸﻌﺒﻲ ﻭﻣﺎﻟﻚ ﻭﺇﺳﺤﺎﻕ ﻭﺭﻭاﻳﺔ ﻋﻦ ﺃﺣﻤﺪ
Mazhab Syafi'i mengatakan bahwa kencing menghadap kiblat adalah haram saat di tanah lapang dan boleh di dalam bangunan (kamar mandi, toilet). Ini adalah pendapat Abbas bin Abdul Muthalib, Ibnu Umar, Syu'bi, Malik, Ishaq dan satu riwayat Ahmad (Al-Majmu' 2/81-82)
Argumen yang disampaikan dalam Mazhab Syafi'i adalah adanya penghalang antara seseorang dengan kiblat. Dalam bangunan kamar mandi dikelilingi tembok dan bangunan sehingga boleh toilet menghadap ke kiblat atau membelakanginya.
Dalil dari Sahabat adalah:
ﺭﺃﻳﺖ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺃﻧﺎﺥ ﺭاﺣﻠﺘﻪ ﻣﺴﺘﻘﺒﻞ اﻟﻘﺒﻠﺔ ﺛﻢ ﺟﻠﺲ ﻳﺒﻮﻝ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻓﻘﻠﻨﺎ ﻳﺎ ﺃﺑﺎ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺃﻟﻴﺲ ﻗﺪ ﻧﻬﻲ ﻋﻦ ﻫﺬا ﻗﺎﻝ ﺑﻠﻰ ﺇﻧﻤﺎ ﻧﻬﻲ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ ﻓﻲ اﻟﻔﻀﺎء ﻓﺈﺫا ﻛﺎﻥ
ﺑﻴﻨﻚ ﻭﺑﻴﻦ اﻟﻘﺒﻠﺔ ﺷﺊ ﻳﺴﺘﺮﻙ ﻓﻼ ﺑﺄﺱ ﺭﻭاﻩ ﺃﺑﻮ ﺩاﻭﺩ ﻭاﻟﺪاﺭﻗﻄﻨﻲ ﻭاﻟﺤﺎﻛﻢ
Saya (Marwan bin Asfar) melihat Ibn Umar menghentikan hewan tunggangannya menghadap kiblat, lalu ia duduk dan kencing di belakangnya. Kami berkata: "Bukankah kencing menghadap kiblat dilarang?" Ibnu Umar menjawab: "Ya, larangan itu di tanah lapang. Jika ada penghalang antara kamu dan kiblat maka boleh" (Riwayat Abu Dawud, Daraquthni dan Al-Hakim)
Demikian pesan Ustadz Ma'ruf Khozin•