TNI, Garda Depan Lawan Covid-19
Oleh: IwanTrihapsoro
In a crisis, be aware of the danger, but recognise the opportunity - John F. Kennedy
Dalam Buku Putih Pertahanan Indonesia 2015, pada Bab 2 disebutkan bahwa ancaman nyata merupakan bentuk ancaman yang menjadi prioritas dalam penanganannya, diantaranya adalah bencana alam dan wabah penyakit.
Ancaman biologi saat ini terdapat dalam bentuk bioweapon, biocrime, biological warfare dan bioterrorism. Mengapa dalam bentuk seperti itu? Jawabannya adalah karena mudah dibuat, dibawa dan bereplikasi, memiliki dampak dampak biologis, dampak ekonomi, dampak sosial, dampak pertahanan keamanan bahkan dampak politik.
Untuk mempercepat pelaksanaan International Health Regulation (IHR 2005), maka pada bulan Februari 2014, diluncurkan Global Health Security Agenda (GHSA), yang bertujuan mencegah wabah menjadi epidemi regional atau pandemi, deteksi cepat dan merespon ancaman tersebut di sumbernya.
GHSA adalah kemitraan dari lebih 65 negara, organisasi internasional, dan pemangku kepentingan non-pemerintah untuk membantu membangun kapasitas negara dalam menciptakan dunia yang aman dan terlindungi dari ancaman penyakit menular dan meningkatkan ketahanan kesehatan global sebagai prioritas nasional dan global.
Indonesia adalah Ketua Troika GHSA pada tahun 2016 yang dijabat oleh Menteri Kesehatan RI. GHSA menetapkan Sebelas Paket Aksi GHSA terhadap ancaman biologis, dibagi menjadi tiga bidang yaitu prevent, detect dan respond, yang kemudian di pecah menjadi sebelas paket aksi yang sejalan dengan IHR 2005-WHO. Setiap paket aksi merupakan indikator untuk mengukur pencapaian target lima tahun kedepan dan menunjukkan seberapa besar komitmen negara tersebut dalam menghadapi ancaman pandemi.
Jauh sebelum pandemi ini terjadi, pada bulan Oktober 2017, TNI telah melakukan langkah antisipasi dan latihan skala internasional dalam bentuk table top exercise (TTX) bekerjasama dengan WHO dengan tema Table Top Exercises on Managing Future Global Health Risk by Strengthening Civilian and Military Health Services di Jakarta, dibuka di Istana Negara oleh Presiden RI, dihadiri 124 peserta dari 50 negara dan lembaga internasional.
TTX tersebut menghasilkan deklarasi Jakarta Call for Action, yang menyerukan dibentuknya kesiapsiagaan menghadapi pandemi terhadap penyakit yang dapat terjadi di beberapa negara. Bentuk kerjasama WHO dengan institusi militer tersebut merupakan bentuk kerjasama sipil-militer pertama yang dilaksanakan oleh WHO. Keberhasilan kegiatan tersebut selanjutnya menjadi model bagi kerjasama sipil-militer bagi negara lain.
Setelah melalui serangkai pertemuan teknis WHO di Paris dan Hongkong maka dihasilkan suatu buku panduan berupa Guide for Multisectoral Partnership Coordination for International Health Regulation (2005) and Health Security yang digunakan sebagai panduan bagi 196 negara anggota WHO. Jakarta Call for Action menjadi rujukan utama buku panduan tersebut.
Operasi Kemanusiaan
Di awal pandemi, pada tanggal 2 Februari 2020, 42 orang tim gabungan yang terdiri dari kru pesawat, Kemenlu, Kemenkes, Puskes TNI, Koopsus TNI dan Bais TNI, berhasil melaksanakan evakuasi udara terhadap 238 WNI dari Wuhan, ibukota propinsi Hubei, Tiongkok. Pesawat Batik Air A-330 dengan kode BTK 8619, berangkat dari Tianhe International Airport, pukul 03.44 waktu setempat, selanjutnya menuju Batam dan kemudian menggunakan 3 pesawat TNI AU diterbangkan ke Lanud Raden Sadjad, Ranai, pulau Natuna.
Di hanggar lanud yang telah disiapkan tenda isolasi, mereka kemudian di isolasi selama 14 hari. Selain itu, tercatat sebanyak 13 kali proses evakuasi telah dilaksanakan oleh TNI untuk mengevakuasi WNI yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di berbagai kapal di dunia, di antaranya 324 WNI dari ABK MV Costa Mediterranea, 188 WNI dari kapal World Dream dan 68 WNI dari kapal Diamond Princess.
Selanjutnya pada tanggal 23 Maret 2020, Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto membentuk empat Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) di empat wilayah. Di dalamnya terdapat unsur gabungan TNI-Polri, kementerian, lembaga dan relawan yang dipimpin para Panglima Komando Utama Operasi (Pangkotama Ops) TNI.
Keempat Kogasgabpad itu terdiri dari Kogasgabpad Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Jakarta dipimpin Pangdam Jaya, Kogasgabpad Pulau Natuna dipimpin Pangkoopsau I, Kogasgabpad Pulau Sebaru dipimpin Pangkoarmada I, Kogasgabpad RS Khusus Infeksi Pulau Galang dipimpin Pangdam I/BB.
Disamping itu dilakukan tiga jenis operasi kemanusiaan yang digelar yaitu Operasi Penanganan Medis, Operasi Pengamanan, dan Operasi Dukungan.
Penanganan Medis
TNI memiliki 738 fasilitas kesehatan, diantaranya 109 Rumah Sakit. Dalam rangka menghadapi COVID-19 maka disiapkan 93 faskes TNI berkemampuan melaksanakan pemeriksaan PCR untuk melaksanakan deteksi dini COVID-19 dan penyakit menular lain seperti HIV, Malaria, Tuberkulosa dengan teknologi terbaru (PCR, Gen-Expert, Rapid Test) untuk mendeteksi ancaman biologis. Dalam menghadapi pandemi COVID-19 telah disiapkan 2.343 TT ruang isolasi, 178 TT HCU dan 292 TT ICU.
TNI juga mengerahkan Rumah Sakit Lapangan di 5 Batalyon Kesehatan (2 Yonkes Kostrad, 2 Yonkes Marinir dan 1 Yonkes Denma Mabesau) dan 3 Kapal Rumah Sakit, yang dioperasikan oleh TNI Angkatan Laut. Ketiga Kapal RS tersebut yaitu kapal BRS KRI dr. Soeharso-990, KRI Semarang-594 dan KRI dr Wahidin Sudirohusodo-991, yang dilengkapi dengan ruang isolasi untuk penanggulangan wabah menular seperti COVID-19. TNI Angkatan Udara memiliki kemampuan Evakuasi Medik Udara, baik taktis maupun strategis dan mengoperasikan 2 unit Kontainer Medik Udara (KMU) milik Diskesau, yang berkemampuan melaksanakan operasi dalam penerbangan. (Puskes TNI, data per 9 Oktober 2020).
Di samping itu TNI memiliki lembaga kesehatan matra yang terus menerus melakukan riset dan pengembangan kesehatan matra yaitu Lembaga Kesehatan Militer (Lakesmil) TNI AD, Lembaga Kesehatan Kelautan (Lakesla) TNI AL, Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (Lakespra) TNI AU, Lembaga Kesehatan Gigi dan Mulut di tiap angkatan dan Lafibiovak TNI serta Lembaga Farmasi di tiap angkatan untuk kemandirian obat dan vaksin. Saat ini RSPAD menjadi tempat penelitian lanjutan Vaksin Nusantara, suatu vaksin yang berbasiskan sel dentritik.
Rumah Sakit Darurat COVID-19, Wisma Atlet, di Kemayoran, Jakarta. Hingga 25 Agustus 2021 telah merawat 98.746 pasien terdiri dari 97.355 pasien rawat inap dan 1.391 pasien rawat jalan. Kapasitas tempat tidur (TT) yang dimiliki sebanyak 7.894 TT rawat umum, 13 TT IMCU, 83 TT HCU/ICU dan 30 TT IGD. Diawaki oleh 2.907 personel dari Kemenkes, TNI, Polri dan relawan. Sebagai Koordinator RSDC Wisma Atlet adalah Kapuskes TNI. (Dashboard RSDCWA tanggal 25 Agustus 2021).
Rumah Sakit Khusus Infeksi Pulau Galang, hingga 26 Agustus 2021 telah merawat 15.677 pasien seluruhnya adalah pasien rawat inap. Kapasitas tempat tidur yang dimiliki sebanyak 460 TT, terdiri dari 240 TT karantina, 200 TT observasi dan 20 TT ICU. Diawaki oleh 241 personel dari Kemenkes, TNI, Polri dan relawan. (Dashboard RSKIPG tanggal 26 Agustus 2021).
TNI melaksanakan serbuan vaksinasi melalui faskes TNI di 803 RS dan fasilitas kesehatan tingkat I di seluruh Indonesia dan menyediakan tenaga vaksinator sebanyak 10.867 personel. Setidaknya TNI sudah melakukan vaksinasi 8.489.210 dosis pertama dan 1.346.404 dosis kedua. Dari 23 Juni hingga 5 Agustus 2021, TNI Angkatan Laut telah melakukan vaksinasi pada 400.000 warga pesisir di seluruh Indonesia. (Kominfo, 8 Agustus 2021).
Dalam upaya memerangi berita bohong atau hoaks, TNI juga melakukan upaya sinergi dan kolaborasi untuk memenangkan perang informasi dan narasi terkait vaksin COVID-19. Dibutuhkan pendekatan yang lebih baik dalam mengkomunikasikan vaksin COVID-19 dan kepatuhan disiplin protokol kesehatan. Sebab, saat ini masih ada sebagian masyarakat yang enggan patuh terhadap hal tersebut.
Untuk memperkuat sumber daya manusia di lapangan, Panglima TNI telah melantik dan langsung menerjunkan 164 orang perwira prajurit karier khusus tenaga kesehatan TNI yang akan langsung bekerja sesuai keahlian mereka masing-masing.
Sementara itu untuk pengendalian COVID-19, Kementerian Kesehatan RI menetapkan tiga strategi baru diantaranya adalah menggandeng Satgas Penanganan COVID-19 tingkat kecamatan yaitu Babinsa dan Babinkamtibmas untuk bersama-sama membantu tracing dan monitoring isolasi. Di sini terlihat bahwa peran TNI dan Polri melalui Babinsa dan Babinkamtibmasnya sebagai ujung tombak pengendalian COVID-19 sangat diperlukan.
Selalu Siap
Setelah seabad dunia mengalami pandemi ternyata tidak ada satupun negara yang siap menghadapi pandemi. Dengan makin cepatnya sarana transportasi dan pergerakan manusia, dalam tempo singkat suatu penyakit yang timbul di suatu tempat dapat merebak ke seluruh dunia.
Penyakit adalah bagian alami dari dunia kita, jadi pertanyaannya bukan tentang “apakah”, tetapi “kapan” wabah berikutnya akan terjadi. Pemerintah beserta segenap pemangku kepentingan harus dapat mencegah, mendeteksi dan merespon serta menyediakan sistem pelayanan kesehatan terbaik untuk melindungi dan merawat rakyatnya ketika terjadi bencana.
Belajar dari pengalaman penanganan bencana, baik alam maupun non alam, maka TNI telah dan akan terus berperan penting dalam upaya mewujudkan ketahanan kesehatan global.
Untuk itu diperlukan kerjasama multi-sektoral dan multi-lateral dalam kerangka ketahanan kesehatan global.
* dr. Iwan Trihapsoro, SpKK., SpKP., FINSDV., FAADV, Pokli Gol IV Bidang K3 dan Kewaspadaan Bencana, RSAU dr Esnawan Antariksa, Diskesau. Jakarta.
Advertisement