Tips Sangrai Kopi Cara Tradisional Ala Tester Kopi Dunia
Sebelum diseduh menjadi minuman, serbuk kopi lebih dahulu melalui beberapa proses. Salah satunya proses roasting atau sangrai.
Saat ini, sudah banyak mesin sangrai yang modern yang membuat proses sangrai lebih praktis dan tentunya mendapatkan kopi dengan kematangan yang pas.
Meski sudah banyak mesin sangrai yang canggih namun masih banyak masyarakat yang memilih melakukan sangrai secara tradisional.
Nah, salah seorang Cupper atau Tester kopi kelas dunia, Setiawan Subekti, memberikan tips menyangrai kopi secara tradisional yang baik dan benar agar mendapatkan kopi dengan kematangan yang pas dengan cita rasa dan aroma yang nikmat.
Pria yang dikenal dengan panggilan Iwan ini mengatakan, cara tradisional menyangrai kopi ini menurutnya sudah dilakukan masyarakat sejak dulu. Hampir semua orang bisa menyangrai kopi secara tradisional.
Menurutnya, kopi yang disangrai dengan cara tradisional kualitasnya tidak kalah dengan kopi yang disangrai dengan mesin. Selama proses menyangrainya dilakukan dengan benar.
“Cuma selama ini banyak yang kurang benar, karena mereka menyangrai kopi sampai gosong. Padahal kopi itu nikmat tidak harus hitam dan pahit,” katanya Cupper yang tinggal di Jl. HOS Cokroaminoto, Banyuwangi ini.
Pemilik Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah ini mengatakan, menyangrai kopi secara tradisional bisa dilakukan dengan api besar dengan temperatur antara 250 sampai 300 derajat celcius. Proses sangrai juga tidak membutuhkan waktu yang lama. “Maksimal 20 menit,” bebernya.
Dengan proses sangrai ini, tingkat kematangan hanya sampai medium saja atau istilah bekennya medium roast. Tidak sampai hitam. Sampai warna biji kopi berubah menjadi warna coklat tua, bukan warna hitam. Tingkat kematangan ini sangat penting dalam proses sangrai kopi.
“Kalau sudah hitam, apa saja yang disangrai rasanya sama, baik itu jagung atau beras rasanya sama. Tapai kalau disangrainya benar akan didapatkan rasa nikmat,” katanya.
Dalam proses sangrai dengan cara tradisional ini, menurutnya, secara alamiah kopi memberikan tanda. Tandanya dikenal dengan istilah first crack atau pecah pertama. Saat proses sangrai sudah sampai pada pecah pertama maka proses sangrai cukup atau selesai.
“Jangan sampai kopi itu gosong dan jangan sampai kopi berminyak. Kalau sudah hitam orang bilang over roast. Kopi itu nikmat kopi tidak pahit selama menyangrainya benar,” katanya.
Setelah proses sangrai selesai, kopi harus melalui proses pendinginan. Ini bisa dilakukan dengan mengipasi kopi yang baru diangkat dari proses sangrai. Ini untuk menjaga dan memastikan tingkat kematangan sesuai dengan yang diinginkan.
Setiawan menambahkan, misal tingkat kematangan yang diinginkan diangka 10. Begitu diangkat pada angka 9, jika kopi dibiarkan tanpa dilakukan proses pendinginan maka akan membuat tingkat kematangannya akan naik menjadi 11.
“Jadi dengan dikipasi diputus tingkat kematangannya. Karena di dalam mesin roasting pun juga ada cooler-nya, ada pendinginnya,” tegasnya.
Setelah melalui proses sangrai, Iwan menganjurkan kopi tidak langsung dinikmati atau dikonsumsi. Ini penting untuk mendapatkan cita rasa kopi yang terbaik. Biji kopi yang baru melalui proses sangrai harus dibiarkan selama 3 sampai 5 hari sebelum dikonsumsi.
“Supaya gas yang di dalam kopi ini keluar dulu. Karena kalau tidak cita rasanya akan terganggu,” katanya.
Setiawan menjelaskan, mengapa kopi itu perlu disangrai. Dalam biji kopi atau green bean terdapat beberapa senyawa yang jumlahnya tidak banyak. Begitu disangrai senyawa yang ada di dalam kopi itu semakin muncul semakin bertambah banyak.
“Sehingga membentuk aroma dan rasa. Tujuan menyangrai seperti itu,” katanya.