Tips Memiliki Fisik dan Mental Prima Bagi Seorang Pebisnis
Selain gigih dan kreatif, seorang pebisnis juga harus memiliki fisik dan jiwa yang sehat untuk mengoptimalkan potensi diri. Hal ini disampaikan pakar kedokteran olahraga, Prof. Dr. dr. Bambang Purwanto, M. Kes dari FK Unair.
Untuk itu, dokter Bambang memberi tips menjaga kesehatan bagi seorang pebisnis. Menurutnya semua pebisnis sukses selalu memulai hari dengan olahraga.
"Termasuk pebisnis yang menyandang disabilitas” terangnya saat mengisi materi dalam Pelatihan Kewirausahaan kepada Teman Tuli yang digelar daring selama satu bulan.
Olahraga yang dilakukan bisa beragam, yang paling penting lakukan pemanasan lebih dulu sebelum berolahraga di pagi hari.
Selain olahraga, penting pula bagi seorang pebisnis memiliki mental yang sehat. Ketua Departemen Psikiatri FK Unair, dr. Azimatul Karimah, Sp.KJ (K) menyampaikan, menjaga kesehatan mental bisa dilakukan dengan mengelola stres.
"Stres dibutuhkan dalam kehidupan seseorang pada kadar yang tepat dan tidak berlebihan agar menghasilkan performa yang optimal," kata dokter yang akrab disapa Uci ini.
Lebih lanjut, ia mengatakan, seseorang yang mendapatkan tingkat stres terlalu rendah, atau berlebihan dan terus menerus akan berdampak pada performa rendah.
"Di situasi pandemi seperti ini, banyak sekali hal yang dapat membuat stres. Sebagai pebisnis, kita harus tetap dapat berpikir jernih, cerna informasi yang akurat, lakukan relaksasi atau hal-hal yang membuat hati kita tenang dan rileks," jelasnya.
Ia mencontohkan, beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengelola stres antara lain, mendekatkan diri dan meningkatkan komunikasi hati ke hati dengan keluarga atau orang terdekat.
Serta, meningkatkan spiritualitas juga tak kalah penting, agar tidak terpapar pemberitaan negatif dan membuang waktu, dibutuhkan sikap bijak bersosial media.
“Tetapkanlah target yang realistis dalam berbisnis. Lebih baik ditulis tangan. Kemudian fokuslah pada problem solving," ujar dokter Uci.
Untuk diketahui, FK Unair memberikan pelatihan dan mendampingi komunitas teman tuli untuk berwirausaha. Pelatihan dilaksanakan selama satu bulan pada Bulan September lalu. Harapannya ini dapat mengembangkan sumber daya mereka sehingga mandiri ekonomi.
Dalam menyelenggarakan pelatihan ini, pihaknya menggandeng PUPA Learning Center di Jakarta Utara, dan komunitas Teman Tuli yang tergabung dalam Iqro Deaf Community (IDC) dan Rumah Qur’an Isyarah (RQI) di Bandung.
Advertisement