Tips Cegah Omicron, Masyarakat Harus Vaksin dan Jalankan Prokes
Masyarakat diminta tetap menegakkan protokol kesehatan serta mengikuti vaksinasi menjelang akhir tahun, meski tidak terjadi lonjakan kasus di tanah air.
Sonny Harry B Harmadi, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 menegaskan ditemukannya satu kasus transmisi lokal Omicron, dikhawatirkan angka kenaikan kasus cenderung lebih cepat, sehingga setiap pihak diharapkan lebih berhati hati.
Tegakkan Prokes
"Belajar dari beberapa negara yang terjadi lonjakan kasus Omicron, cenderung terjadi penyebaran lebih cepat dari varian Delta meski tingkat keparahan lebih ringan. Masyarakat harus paham bahwa ada risiko varian Omicron yang lebih menular," ujarnya dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) - KPCPEN, Kamis 30 Desember 2021. Dialog kali ini bertema "Mulai Tahun Baru dengan Kebiasaan Baru".
Untuk itu, Sonny mengingatkan bahwa prokes masih harus tetap ditegakkan, meski kepatuhan masyarakat akan prokes sempat turun pada bulan November hingga minggu kedua Desember. Namun minggu ketiga dan keempat, sudah kembali membaik.
Dia mendorong pelaksanaan prokes, perlu dilakukan kolaborasi berjenjang, yakni dari Satgas dan pemerintah pusat, satgas daerah, posko desa, serta satgas institusi yang berperan memastikan penggunaan PeduliLindungi dan penerapan Prokes oleh masyarakat.
"Edukasi juga terus dilakukan melalui berbagai media, juga melalui duta perubahan perilaku di lapangan yang kini telah mencapai 143 ribu orang," katanya.
Aturan Akhir Tahun
Untuk akhir tahun, kata Sonny, sudah ada aturan dari pemerintah. Di antaranya, pembatasan kapasitas dan jam buka mall atau tempat wisata, pelarangan acara tahun baru, juga anjuran bahwa sebaiknya perayaan tahun baru dilakukan di rumah. Pihaknya juga sudah siapkan buku saku tentang tanya jawab kebijakan pemerintah terkait Nataru.
Dia menegaskan, selain menaati aturan-aturan tersebut, terdapat 9 langkah yang perlu diperhatikan yakni pakai masker dengan benar, jaga jarak, cuci tangan, pastikan ventilasi udara, hindari tempat ramai tertutup, jaga etika batuk bersin, hindari sentuh mata hidung mulut bila tangan tidak bersih, vaksinasi, dan batasi mobilitas.
Menurutnya, semua upaya tetap harus dilakukan, meski situasi pandemi di tanah air terkendali dan tingkat vaksinasi sudah cukup tinggi. Saat ini, kata dia, 53 persen penduduk Indonesia sudah divaksin lengkap dan 75 persen nya sudah dosis pertama.
Dorong Booster
Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi menjelaskan bahwa sampai akhir Desember diperkirakan capaian vaksin 77 persen dosis pertama dan 56-57 persen dosis kedua.
"Artinya memang kita harus lakukan akselerasi. Karena untuk dosis pertama sudah memasuki area-area yang sulit, seperti daerah dengan tantangan geografis dan transportasi, dan daerah 3T," ujar Nadia.
Pada 2022, tuturnya, pemerintah akan menyelesaikan sisa target sasaran vaksin dengan percepatan, sehingga 208 juta sasaran vaksin diharapkan selesai pada Maret 2022. Seiring dengan itu, juga menyelesaikan vaksinasi anak 6-11 tahun pada Juni 2022. "Vaksin booster dipercepat pada awal 2022 dengan 2 skema yakni secara mandiri dan dibiayai pemerintah," paparnya.
Vaksin booster dikatakannya sudah direncanakan, mengingat adanya risiko varian baru dan penurunan efikasi.
Nadia menjelaskan, vaksinasi akan menurunkan tingkat keparahan dan kebutuhan perawatan di rumah sakit, termasuk pada kasus Omicron. Melihat pola Omicron yang cepat sekali menular, terdapat potensi kasus yang banyak dalam waktu singkat meski keparahan dan tingkat kematian cukup rendah. "Ini harus diwaspadai, kita tidak mau gelombang ketiga pasca Nataru," tegasnya.
Pengetatan selama Nataru, kata Nadia, juga dapat mencegah Omicron menyebar luas. Bila Prokes kendor, kata dia, maka terdapat potensi ancaman gelombang ketiga penyebaran Omicron maupun Delta.
Omicron Cepat Menular
Sekedar informasi, kemampuan Omicron mendorong kasus menjadi berlipat adalah 2-3 hari sedangkan Delta 10-14 hari. "Kita betul-betul harus kendalikan laju penularan Omicron ini. Terlebih lagi, Omicron ini diketahui hampir tidak bergejala. Hanya 3 dari kasus konfirmasi Omicron positif yang bergejala dan sangat ringan. Keluhan utama sejauh ini hanya batuk pilek dan demam sedikit," katanya.
Sebagai upaya intervensi, Nadia meminta untuk kasus positif Omicron, diharapkan ke isolasi terpusat mengingat potensi penularan yang tinggi. Selain itu juga upaya deteksi harus dikuatkan.
Nadia menegaskan, yang harus dicapai sebelum dapat hidup berdampingan dengan Covid-19 adalah mengendalikan laju penularan.
"Indonesia sampai saat ini belum pernah lakukan relaksasi prokes. Sampai pada titik kita menyelesaikan vaksinasi dan kita lihat reproduction number virus betul-betul stabil di bawah angka 1, baru kemudian kita bisa menyesuaikan, untuk hidup berdampingan dengan virus ini," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Campaign Director Gerakan Pakai Masker, Grace Hananta mengakui bahwa meski pelaksanaan Prokes sudah semakin baik, meskipun terdapat tantangan tersendiri dalam penerapan prokes yang terus-menerus. "Karena itu semua kader selalu diaktifkan untuk menggaungkan dan mencontohkan prokes di tengah masyarakat," tuturnya.
Ia menekankan tantangan prokes saat ini bukan hanya menggunakan masker, tetapi menyempurnakan proteksi dengan cuci tangan dan jaga jarak untuk dapat mengetahui berapa orang yang ada di suatu tempat.
Untuk 2022, Grace yang juga seorang dokter itu menerangkan, masker ganda masih relevan, karena membuat masker terpasang lebih rapat sehingga meningkatkan proteksi.
Advertisement