Tips Berjemur Menangkal Covid-19 Ala WHO
Berjemur di bawah matahari banyak direkomendasikan sebagai upaya menangkal tertular virus covid-19. Berjemur bertujuan meningkatkan serapan vitamin D alami yang penting untuk daya tahan tubuh. Namun, tidak semua matahari sehat bagi kulit. Salah berjemur, bisa berakibat buruk pada kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengeluarkan panduan berjemur yang aman.
Dikutip dari laman Youtubenya, pakar nutrisi Indonesia Tan Shot Yen menjelaskan vitamin D3 bisa didapat dari sinar matahari tanpa harus khawatir overdosis.
Menurutnya, ada tiga jenis ultraviolet dari paparan sinar matahari, yakni ultraviolet a, ultraviolet b dan ultraviolet c. Sementara yang dibutuhkan tubuh manusia hanya ultraviolet b.
"Jadi, Ultraviolet b yang mengandung provitamin D3, masih Pro ya, itu bersama dengan kolesterol di bawah kulit kita akan dibentuk yang namanya vitamin D3. Inilah yang menjadi sumber kekebalan tubuh manusia," paparnya.
Sedangkan ultraviolet b, pada negara tropis seperti Indonesia, bisa dirasakan pada sekitar pukul 10 pagi. "Jam 10 itu udah panas. Jadi, jangan jemur sampai gosong. Buat yang kulitnya terang, 15 menit cukup. Kalau yang kulitnya agak gelap ya mungkin butuh sekitar 20 menit," ujarnya.
Soal berjemur alias sun bathing, WHO menyebut sejumlah risiko buruk bila terpapar berlebihan. Mulai dari kulit yang terbakar, katarak pada mata hingga menyebabkan buta, serta bahaya kanker kulit jika sering terpapar sinar matahari dalam waktu yang lama.
Melalui imbauan di laman WHO itu, anak-anak disebut sebagai kelompok yang paling rentan terkena risiko buruk dari sinar matahari. Sebab mereka paling banyak terpapar sinar secara langsung. WHO menyarankan bayi di bawah 12 bulan tak boleh kena matahari langsung.
Menurut WHO, sinar matahari yang paling kuat ada di antara pukul 10 pagi hingga 14.00. Pada jam tersebut WHO menyarankan agar membatasi terpapar sinar matahari secara langsung. Selain itu, di rentang waktu tersebut lebih baik bila mencari peneduh jika berada di luar ruangan.
WHO juga menyarankan menggunakan topi serta baju yang melindungi badan dari sengatan matahari. Kacamata dengan filter khusus bisa melindungi mata dari radiasi sinar matahari.
Selain itu, menggunakan tabir surya dengan SPF 15+, serta mengulangnya setiap dua jam sekali ketika bekerja, berenang, atau beraktivitas di luar ruangan, bisa mengurangi risiko kulit terbakar akibat radiasi. Namun, meski menggunakan tabir surya, WHO tak menyarankan untuk berlama-lama di luar ruangan.
Cara lain yang lebih aman adalah menggunakan alat pengukur indeks radiasi sinar ultra violet dari matahari. Melalui alat tersebut, bisa diketahui indeks UV saat itu juga. WHO menyebut indeks yang paling aman ada di angka 1 hingga 3. Indeks aman tersebut sangat tepat bila digunakan untuk beraktivitas di luar ruangan. Namun di atas indeks 3, dibutuhkan upaya dan kehati-hatian untuk menekan risiko buruk dari radiasi sinar matahari.
Advertisement