Tips Agar Belajar dengan Anak Tak Menguras Emosi Orang Tua
Pandemi menyebabkan banyak sekolah ditutup. Tujuannya agar penyebaran Covid-19 bisa berkurang. Dampaknya, anak-anak pun lebih banyak menggantungkan diri pada orang tua atau keluarga, dalam proses belajar di kelas daring. Meski, proses belajar di rumah terkadang tak seindah yang dibayangkan. Anak tak selalu memiliki mood bagus untuk belajar di rumah, atau orang tua yang sulit menahan emosi ketika anak sulit menangkap pelajaran. Lantas, apa yang harus dilakukan orang tua untuk mengatasi masalah saat mendampingi anak belajar? Berikut tips yang dibagikan oleh Psikolog Dian Dwi Puspita A, S.Psi, MA. Pengasuh bisa dihubungi lewat surat elektronik di [email protected].
Pertanyaan:
Saya Mirna, ibu rumah tangga dan memiliki dua putra, yang pertama duduk di kelas 2 SD, dan yang kedua kelas 1 SD. Saya merasa mudah terpancing emosi ketika mendampingi belajar anak-anak saya. Mereka sulit memahami ketika saya berusaha menerangkan. Akhirnya pertengkaranlah yang terjadi. Mohon saran, bagaimana caranya agar saya bisa mengajari anak saya dengan baik dan saya tidak terpancing marah serta anak sayapun juga bisa memahaminya. Sekian pertanyaan saya, terimakasih.
Mirna, ibu rumah tangga, Gresik
Jawaban
Ibu Mirna yang diberkahi Tuhan. Memang tidaklah mudah dalam menghadapi anak-anak. Selain berbedanya dunia anak dengan dunia orang dewasa, juga berbedanya cara pandang anak dan kita sebagai orang dewasa. Dari perbedaan inilah mengapa sikap atau hal-hal yang kita terapkan ke anak tidaklah mudah dan disambut baik oleh mereka.
Misalkan dalam hal ajakan belajar, kita sering meminta anak kita untuk rajin belajar dan mengerjakan tugas tepat waktu, namun tidak semua anak menanggapi baik hal tersebut. Sebagian besar anak merasa dipaksa dan terpaksa melakukan itu dan bahkan ada yang marah karena mereka merasa hal itu mengganggu kesenangannya.
Anak-anak kadang merasa belajar itu tuntutan orangtua sehingga anak merasa tidak nyaman dan tertekan. Hal ini dapat juga dipengaruhi oleh sikap orangtua yang mungkin tidak pas dalam mengajarkan dan mengenalkan kegiatan belajar di awal usia, sehingga image anak terhadap kegiatan belajar adalah sesuatu yang kurang menyenangkan.
Selain itu kesiapan mental anak dalam mengikuti kegiatan belajar yang terstruktur juga bisa berpengaruh. Cara belajar usia anak-anak berbeda dengan remaja dan orang dewasa. Pada usia anak-anak lebih menyukai belajar dengan bermain atau melibatkan action atau keaktifan tubuh untuk bergerak dibandingkan yang pasif dan monoton.
Dengan permainan anak lebih merasa nyaman dan happy, meskipun esensi dari belajar tetap terpenuhi. Kesiapan belajar anak juga dipengaruhi oleh sikap atau pola pengasuhan orangtua dalam mengajarkan sikap kemandirian dan tanggung jawab pada anak sesuai dengan perkembangan usianya. Nah selain uraian diatas, adapun hal-hal yang perlu diketahui orangtua dan Anak bisa Happy ketika belajar, yaitu :
1. Ukur kemampuan anak. Sebaiknya kita mengetahui kemampuan anak kita terlebih dahulu sebelum kita menuntut atau memasang target pada anak kita. Karena masing-masing anak memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Ketika kita sudah mengetahui kemampuan anak kita, maka kita bisa mengukur sebatas mana tugas-tugas itu dapat diselesaikan baik oleh anak kita. Jangan sampai kita menuntut sesuatu yang melampau kemampuan anak kita. Seringnya kita sebagai orangtua tidak menyadari hal ini sehingga yang terjadi adalah luka pada anak kita karena ketika kita mengajarkan kita menuntut ia segera bisa dan luka pada kita sebagai orangtua karena kita tersulut kemarahan dan kejengkelan. Untuk mengetahui tingkat kemampuan anak kita bisa dengan melihat potensi kecerdasannya atau nilai IQnya.
2. Ketika mengajari anak, janganlah segera menuntut hasil dan target akan tetapi proses belajar yang menyenangkan yang kita pentingkan. Jika persepsi anak terhadap kegiatan belajar itu menyenangkan maka kecenderung perilaku itu akan diulang. Nah jika perilaku itu terus diulang, maka jadilah habbit atau kebiasaan pada anak. Akhirnya terbentuklah kebiasaan belajar yang menyenangkan, karena tumbuh tidak dengan paksaan melainkan sesuatu hal yang menyenangkan.
Selain itu cara belajar yang menyenangkan akan lebih mudah dipahami anak daripada situasi belajar yang tidak menyenangkan. Akhirnya kitapun sebagai orangtua tidak perlu membuang energi untuk marah, karena anak menjadi lebih mudah memahami. Akan nampak berbeda ketika kita mengajarkan dengan kemarahan dan kejengkelan, anak tidak akan dapat menyerap pembelajaran dengan baik karena adanya tekanan dari kemarahan kita, konsentrasipun jadi hilang dan proses belajar menjadi tidak efektif.
3. Support dan motivasi anak. Ketika anak belajar sebaiknya kita sebagai orangtua mengarahkan dan membantunya ketika ia mengalami kesulitan. Pahami kesulitan anak, dan beri penjelasan dengan sabar dan tenang tanpa tuntutan ketika anak mengalami kesulitan agar anak dapat menyerap dengan baik. Beri kesempatan anak untuk bertanya kembali ketika mereka belum memahami.
4. Perlunya guru les/Privat. Jika kita merasa ada ketidakmampuan dari kita, sadari kelemahan tersebut, sehingga proses belajar anak lebih maksimal dan kita tidak saja menyalahkan anak. Cari guru les yang sesuai dan dirasa nyaman dengan anak kita.
5. Maksimalkan potensinya. Jika ada hambatan dalam perkembangan anak kita, maka segera konsultasikan. Rangsang dan stimulasi terkait hambatan perkembangannya agar mencapai optimalisasi.
6. Menyalurkan bakat dan minat anak. Jika potensi kemampuan anak kita baik, ada bakat dan minat maka dengan penyaluran bakat dan minat akan membentuk karakter anak yang percaya diri, bersemangat dan berprestasi.
Sekian penjelasan saya, semoga bisa membantu dan bermanfaat. Salam semangat dan sukses.
Advertisement