Tingkatkan Kualitas Umat Islam, Kikis Islamofobia
Ada tiga sumber utama sejarah Nabi Muhammad Saw yaitu melalui Al-Qur’an, Hadits, dan Tarikh para ulama. Ketiga sumber ini biasa dipakai para pakar sejarah untuk menggali pengetahuan tentang riwayat Nabi Muhammad secara sistematis.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq A. Mughni membagi para peneliti jejak kehidupan Nabi Muhammad Saw tersebut dalam dua golongan: para penulis muslim dan orientalis.
“Para penulis muslim bisa dipahami didorong oleh semangat kecintaan kepada Beliau, oleh keyakinan bahwa Beliau adalah utusan Allah SWT. Tetapi Beliau juga ditulis oleh para penulis orientalis yang bukan muslim namun mempelajari Islam,”kata Mughni, Demikian terungkap dalam Pengajian Tarjih edisi ke-108 pada Rabu lalu.
Mughni menuturkan, pengetahuan tentang Nabi Muhammad Saw menjadi salah satu topik yang sering dibicarakan para sarjana Timur (orientalis). Sebagian mereka memiliki motivasi untuk menjatuhkan Islam termasuk Nabi Muhammad Saw yang kadang dituduh sebagai plagiator, juga dituduh sebagai tukang sihir dan lain-lain.
Namun Mughni juga menyampaikan bahwa ada segelintir orientalis terutama pada generasi ketiga dan keempat yang memuat perjalanan hidup Rasulullah Saw secara obyektif dan tidak menegasikan Islam.
Kehadiran para penulis orientalis ini secara tidak langsung menjadi salah satu faktor timbulnya fenomena islamofobia. Ketakutan terhadap Islam atau islamofobia ini bisa berubah menjadi kekerasan dan kebencian pada Islam dan umat Islam. Mughni menjelaskan bahwa fenomena ini sejatinya telah berkembang jauh sebelum kehadiran para penulis orientalis.
“Salah satu sebab orang menolak ajaran Islam pada zaman Nabi adalah karena ketakutan kehilangan posisi dan pengaruh. Jadi tidak semata-mata karena mereka menolak ajaran itu karena tidak percaya atau karena ajaran itu buruk tapi juga bisa menghilangkan untuk mendapatkan posisi,” terang Mughni.
Mughni kemudian menunjukkan beberapa momentum sejarah islamofobia yang terjadi d Barat di antaranya: Perang Salib, ekspansi Andalusia, ekspansi Turki Usmani, Kolonialisme Barat, dan Orientalisme.
Mughni juga menunjukkan beberapa karya ulama dalam merespon penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw sebagai bagian dari bentuk islamofobia seperti al-Sharim al-Maslul ‘ala Syatim al-Rasul karya Ibnu Taimiyah dan al-Sayf al-Battar Liman Sabba al-Nabi al-Mukhtar karya Abdullah al-Ghimari.
Mughni menerangkan beragam ekspresi masyarakat Barat yang terkena islamofobia, seperti pembakaran al-Quran, pengrusakan masjid, diskriminasi muslimah berjilbab, anti imigran, pembuatan karikatur Nabi Muhammad Saw, dan lain-lain.
Terjadinya islamofobia ini disebabkan oleh faktor internal seperti labannya integrasi sosial, dan adanya violent extremism. Sedangkan secara eksternal disebakan oleh kurangnya pengetahuan tentang Islam, adanya kepentingan ekonomi politik, dan superiority complex.
Mughni kemudian menyampaikan beberapa langkah solusi dalam merespon fenomena islamofobia ini yaitu dengan mempromosikan kebajikan Islam, meningkatkan kualitas umat Islam, dan merespons islamofobia secara efektif.
“Saya kira memboikot adalah cara non kekerasan, cara yang bagus untuk memberikan peringatan kepada mereka yang mengidap islamofobia. Dan saya melihat ini ada keberhasilannya, misal Macron sepertinya meralat atau dengan nada yang berbeda tentang apa yang disampaikannya tentang dunia Islam itu,” kata Syafiq Mughni.