Dukuh Kupang Sempat Terendam Banjir 2 Meter Selama 3 Jam
Wilayah Dukuh Kupang Barat Gang Lebar mengalami banjir tinggi pada Sabtu 1 Februari 2020. Banjir tersebut dipicu hujan selama empat jam.Tinggi air diperkirakan hampir menyentuh angka dua meter, dan menenggelamkan belasan motor, serta merusak peralatan elektronik. Banjir di wilayah Surabaya Barat surut setelah menggenang selama tiga jam.
Menurut keterangan Ketua RT 04 RW 07 Kelurahan Dukuh Kupang bernama Sujono, banjir datang sejak pukul 17.30, atau beberapa saat sebelum Maghrib. Saat itu, semua warga sedang berada di dalam rumah masing-masing.
Ia mengatakan, bukan hanya hujan yang membuat banjir di kampungnya, namun juga kiriman air dari beberapa wilayah sekitar yang lebih tinggi. Dukuh Kupang Barat dikenal sebagai wilayah cekungan dengan ketinggian lebih rendah dari daerah lain, seperti HR Muhammad, Mayjend Sungkono, hingga Bukit Mas.
“Mulai banjir itu ya jam-jam Maghrib gitu. Selain memang hujan sejak sore ya, air ini kiriman dari sebelah sana, wah wes semuanya pokoknya. Saat banjir datang semua warga ya di dalam rumah masing-masing. Menyelamatkan rumah masing-masing lah. Kami sudah tahu bahwa air mau datang, makanya diselamatkan barang yang ada,” kata Sujono kepada Ngopibareng, Sabtu 1 Februari 2020 di TKP.
Menurut Sujono, sebenarnya warga kampung terbiasa diterjang banjir selama bertahun-tahun. Mereka juga sudah memasang slop atau penahan air di pintu rumah masing-masing. Namun, air yang datang pada hari ini lebih tinggi dari perkiraan mereka. Ia mengaku, terakhir kali air setinggi ini datang pada tahun 2013, atau tujuh tahun yang lalu.
“Tapi hari ini air terlalu tinggi, sehingga airnya melangkah dari slop kita. Jadi masuk ke rumah. Tingginya itu hampir dua meter lah. Kalau saya berdiri, segini lho,” katanya sambal memegang dagu.
Menurutnya air banjir datang tiba-tba dengan aliran deras dan tinggi. Ia bertahan di dalam rumahnya, sampai air mulai tenang dan surut perlahan.
“Airnya kencang banget. Saya keluar itu waktu air sudah tenang dan agak surut se-dada saya lah,” katanya.
Menurtnya, banjir sudah menjadi bagian keseharian, sejak ia tinggal di kampung itu. Minimal air yang datang adalah selutut atau sepinggang.
“Walah wes biasa mas. Setiap tahun setiap musim hujan, banjir besar itu mesti datang. Mboh dua kali tiga kali empat kali pasti datang. Biasanya selutut kalau nggak ya secelana ini. Cuma ya hari ini baru tinggi banget,” katanya.
Ia bersyukur, meski air yang datang hari ini tinggi, tidak ada kerusakan atau korban jiwa. Tak seperti tahun 2013 yang menelan 1 korban jiwa, dan beberapa rumah yang rusak. Selain itu, ia bersyukur pukul 21.45 air sudah surut total.
“Alhamdulillah mas, nggak ada yang kenapa-kenapa. Dulu itu ada yang meninggal sama tembok rumah ada yang roboh. Kalau sekarang paling kursi, sofa, meja, dan motor aja lah yang tenggelam. Tapi alhamdulillah jam 9 lebih sudah surut,” katanya.