Tim Indonesia Rebut Tiga Medali Emas di Kejuaraan Tennis ITF
Tim Indonesia semakin menunjukkan pamornya dalam kejuaraan tennis senior dunia. Kali ini Tim Indonesia yang diwakili oleh Andi Mallarangeng dan Hasbullah Tahir berhasil merebut tiga medali emas pada kejuaraan tennis Charles Simon ITF Senior Championship yang digelar di Kallang Tennis Center Singapura 6-14 Oktober 2018.
Dalam kejuaraan yang diikuti oleh petenis-petenis dari berbagai negara seperti AS, Rusia, Kanada, Australia, Belanda, Perancis, Swiss, Jepang, India, Hongkong, Filipina, Thailand, Indonesia, dan tuan rumah Singapura, kedua petenis senior Indonesia ini menjadi juara pada nomor ganda putra 50+ serta ganda putra 55+.
Selain itu, Hasbullah Tahir juga berhasil menjadi juara pada nomor tunggal putra 55+. Sayang sekali, partai all Indonesian final tidak terwujud karena Andi Mallarangeng terhenti di semifinal tunggal putra 55+.
Andi Mallarangeng berpasangan dengan Hasbullah Tahir berhasil menjadi juara ganda putra 50+ setelah menang super tie break atas pasangan gado-gado Singapura/Hongkong Desmond Ang/Nick Fock di final. Pada nomor ganda putra 55+, pasangan Andi Mallarangeng/Hasbullah Tahir juga berhasil menjadi juara setelah di final mengalahkan pasangan Singapura/Hongkong Alex Chew/Nick Fock. Sementara pada nomor tunggal putra Hasbullah Tahir berhasil meraih juara setelah mengalahkan petenis Singapura unggulan pertama Alex Chew.
"Kami bangga bisa mengibarkan bendera Merah-Putih dan mengharumkan nama bangsa dalam kejuaraan ITF Senior, mewakili petenis veteran Indonesia. Walaupun kami hanya berdua, namun kami bisa menunjukkan kualitas petenis senior Indonesia, bisa menjadi juara pada kejuaraan resmi ITF. Ini kali kedua kami menjadi juara. Sebelumnya kami juga menjadi juara pada kejuaraan tenis ITF Senior di Thailand (Grade 3). Yang di Singapura ini Grade 4. Yang di Thailand lebih tinggi kelasnya," kata Andi, Sabtu, 13 Oktober 2018.
Andi mengatakan, bahwa mereka hanya merencanakan untuk bermain di kategori umur 55+ karena umur dirinya memang sudah 55 tahun dan Hasbullah 57 tahun. Namun waktu latihan sehari sebelum pertandingan ia melihat pukulan pemain-pemain umur 50+, rasanya muncullah peluar, walaupun mereka lebih muda.
Dijelaskan Andi, dalam pertandingan tennis ITF Senior, seorang pemain boleh turun bertanding di kelompok umur yang lebih muda, misalnya dari 55+ ke 50+, tapi tidak boleh sebaliknya. Ini berbeda dengan turnamen junior, di mana pemain boleh bertanding di kelompok yang lebih tua, misalnya dari U14 ke U16. Kalau untuk kategori profesional tidak ada kelompok umur.
"Ada banyak petenis senior Indonesia yang bagus-bagus, bahkan mungkin lebih bagus dari kami. Sayang sekali sangat jarang yang aktif mengikuti kejuaraan internasional resmi ITF. Kebanyakan ikut kejuaraan lokal sekelas tarkam di dalam negeri, yang tidak terdaftar di ITF, jadi tidak mendapat poin dan ranking ITF. Mungkin karena masalah sponsor, mungkin juga karena tidak ada kejuaraan resmi ITF yang digelar di Indonesia. Tahun lalu ada, dan itu yang pertama kali, tapi tahun ini tidak ada. Mudah-mudahan itu bukan yang terakhir. Ini harus menjadi pekerjaan rumah Baveti (Barisan Atlet Veteran Tennis Indonesia)," lanjut Andi.
Cita-cita ia, kata Andi adalah mengumpulkan cukup poin untuk bisa mengikuti kejuaraan dunia ITF Senior tahun depan. Dengan kemenangan ini pihaknya bisa mendapat poin lumayan banyak. Ia berharap ranking dunia double mereka sudah bisa menjadi 100 besar dunia.
"Mudah-mudahan sebelum akhir tahun sudah bisa di bawah 100. Sekarang baru 200an. Hehehe... bangga juga punya ranking dunia. Berapa banyak orang Indonesia yang punya ranking dunia. Mungkin saya satu-satunya mantan menteri Indonesia yang punya ranking dunia pada cabang olahraga manapun," kata Andi.
"Nggak mau kalah sama Christopher Rungkat dan Aldila Sutjiadi. Mereka berusaha mengejar poin untuk mengikuti kejuaraan Grand Slam, kami pun berusaha mengikuti kejuaraan dunia ITF Senior," tambah Andi sambil tertawa.
Bagi Hasbullah Tahir, sebagai pegawai Kemenpora ia bangga bisa menunjukkan bahwa dirinya juga bisa berprestasi dan mengharumkan nama bangsa dan negara, seperti juga atlet-atlet yang dibina. Mudah-mudahan, kata dia, hal ini bisa menjadi inspirasi bagi atlet-atlet binaan Kemenpora dan Dispora yang ada di seluruh tanah air.
"Saya berharap Kemenpora tetap memberikan perhatian bagi atlet-atlet veteran yang masih terus bisa berprestasi dalam kompetisi dunia," lanjut Hasbullah.
Andi menambahkan, soal mengibarkan bendera Merah-Putih dan mengharumkan nama bangsa di kompetisi Internasional adalah hak sekaligus kewajiban setiap warga negara Indonesia, tidak peduli soal umur.
Mereka sepakat, tiada hari tanpa olahraga, dan prestasi olahraga bisa datang dari berbagai kategori atlet. Mulau atlet junior, ada atlet amatir, ada atlet profesional, ada atlet senior, ada pula atlet paragames.
"Masing-masing dengan kompetisinya sendiri-sendiri, dan masing-masing bisa mengharumkan nama bangsa juga negara dengan prestasinya. Ayo, kita dorong semua kategori atlet kita untuk terus berprestasi di tingkat dunia dalam cabang olahraganya masing-masing. Agar, seperti kata Mars Patriot Olahraga, biar mata dunia memandang Indonesia, kita dahsyat dan perkasa," pungkas Andi. (*)