Tim Biologi ITS, Sulap Limbah Jeroan Ikan Jadi Pakan
Limbah ikan merupakan sisa-sisa dari pengolahan ikan yang sudah tidak dapat digunakan lagi. Bau busuk yang dihasilkan dari limbah ikan sangat merusak nilai estetika dan berpotensi merusak ekosistem. Di tangan sejumlah tim peneliti dari laboratorium Zoologi dan Rekayasa Hewan Departemen Biologi ITS, limbah tersebut berhasil diolah menjadi pelet untuk ternak ikan yang diberi nama Z-Fosh.
Adalah Dr Awik Puji Dyah Nurhayati SSi MSi bersama tim yang mengubah limbah pengasapan ikan di wilayah Kenjeran untuk dijadikan pelet ikan bernutrisi tinggi. Limbah yang diolah berupa organ dalam ikan seperti insang, ekor, serta jeroan. Menurut Bayu Laksono Putra, salah satu anggota tim peneliti yang ditemui kru ITS Online, limbah tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuat pelet karena mengandung protein yang cukup tinggi.
Meski memiliki kandungan protein, limbah ikan tetap harus direbus. “Limbah ikan perlu direbus agar lemak di dalamnya terangkat dan bisa dipisahkan, serta untuk membunuh bakteri,” terang Bayu. Setelah direbus, limbah tersebut dihilangkan kadar airnya baik dengan bantuan matahari maupun menggunakan oven agar bisa lebih awet saat digunakan.
Limbah ikan yang telah bebas dari bakteri dan lemak diolah bersama adonan lain yang terdiri dari keong sawah, tepung tapioka, dedak serta vitamin konsentrat. Khusus untuk keong sawah, lanjut Bayu, sebelum diolah harus dipisahkan dari cangkangnya serta dikukus terlebih dahulu untuk menghilangkan bakteri dan melembutkan dagingnya.
Adonan tersebut tidak bisa langsung diberikan kepada ikan karena mengandung aflaktosin yang merupakan racun berbahaya. Untuk itu diperlukan proses fermentasi menggunakan ragi tempe serta ditambahkan irisan daun pepaya guna memecah senyawa aflaktosin. “Setelah racun tersebut hilang baru adonan dapat dicetak dan dikeringkan agar bisa tahan lama,” ujar mahasiswa asal Jember tersebut.
Bayu menjelaskan, pelet ini memiliki banyak kelebihan dibanding produk lain. Dari aspek gizi, Z-Fosh memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik yang berasal dari limbah ikan dan keong sawah. Sementara secara ekonomi produk ini bisa menjadi solusi bagi peternak ikan karena bahan-bahan yang digunakan dapat dibeli dengan harga yang relatif murah. Bahkan sebagian dapat diperoleh secara gratis. “Biaya pangan ikan memenuhi 60 sampai 70 persen biaya total, jadi produk ini bisa memberikan opsi penghematan yang luar biasa bagi peternak ikan,” ucapnya.
Penelitian yang dilakukan sejak 2012 ini pun telah diaplikasikan di Kenjeran yang banyak menghasilkan limbah ikan. Selain itu dalam waktu dekat Z-Fosh akan melangkah ke tahap komersialisasi. “Tahun depan akan direncanakan hak paten, lalu bisa kita jual dengan target pasar peternak ikan ekonomi menengah ke bawah,” tuntas Bayu. (amr)