Mahasiswa ITS Rancang IPAL untuk Limbah Usaha Laundry
Menjamurnya Usaha Skala Kecil (USK) laundry rupanya tidak diikuti pengolahan limbah, sehingga turut menghadirkan permasalahan. Cairan bekas cucian itu menghasilkan limbah berbahaya yang dapat mencemari lingkungan.
Berangkat dari permasalahan tersebut, mahasiswa ITS yang tergabung dalam tim Abdi Karya merancang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk laundry berbasis reuse, recycle, dan recovery (3R).
Ketua tim Abdi Karya, Cindy Synthia Putri mengungkapkan, banyak usaha laundry saat ini yang tidak memiliki IPAL. Limbah air laundry dibuang begitu saja tanpa diolah terlebih dulu. Padahal, limbah ini mengandung ragam zat yang berbahaya.
Limbah berbahaya ini berasal dari campuran deterjen dan kotoran dari pakaian.
"Kandungan zat dalam air bekas cucian antara lain Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), dan fosfat," kata mahasiswa Departemen Teknik Lingkungan Hidup.
Cindy menjabarkan, nilai BOD dan COD yang tinggi dapat menyebabkan defisit oksigen yang larut di air. Sementara itu, TSS mampu mengeruhkan air dan menghalangi cahaya matahari masuk. Sedangkan, fosfat dapat mendegradasi kehidupan biota air dan meningkatkan unsur hara.
"Usaha laundry perlu unit pengolahan yang dapat mengurangi risiko pencemaran lingkungan. Desain IPAL ini bersifat portabel. Selain itu, IPAL ini memiliki ukuran yang sesuai dengan kesediaan ruangan laundry skala kecil. Sehingga tidak akan memakan banyak tempat," kata mahasiswi angkatan 2016 ini.
Cindy menjelaskan, cara kerja IPAL ialah limbah limbah keluaran akan dikumpulkan dahulu pada bak pengumpul. Selanjutnya, limbah akan disaring menggunakan pasir kali melalui proses filter biosand.
Lalu, air olahan akan melalui dua kali proses adsorpsi karbon aktif menggunakan adsorben tempurung kelapa. Terakhir, limbah yang telah diolah ini akan menjadi bersih dan dapat dikumpulkan ke dalam tandon air.
Menurut Cindy, IPAL rancangan mereka semakin unggul berkat penerapan 3R. Prinsip recycle terlihat pada air olahannya yang dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman hidroponik, mencuci kendaraan, serta dapat dialirkan ulang ke unit pengolahan lagi. Selain itu, pasir kali yang mulai kotor akibat proses filter dapat digunakan kembali (reuse) setelah dicuci dengan air bersih.
"Sementara, adsorben jenuh yang dihasilkan dapat dimanfaatkan (recovery) sebagai pupuk," sebutnya.
Selain Cindy, anggota lainnya dalam tim Abdi Karya ITS ini adalah Nabila Putri R, Nandalita Alifia, dan Oktsyavitto Adhitya dari Departemen Teknik Lingkungan. Selain mereka, ada pula Vaneti Kyash L dan Wahid Ramadhan S dari Departemen Arsitektur. Terakhir, ada Ifarrel Rachmanda H, mahasiswa Departemen Teknik Sipil.