Tiket Mahal, Pembukaan Penyeberangan Jangkar-Lembar Tuai Kritik
Pembukaan penyeberangan long distance ferry (LDF) Pelabuhan Jangkar, Situbondo-Lembar, Lombok menuai kritik sopir logistik pengguna jasa penyeberangan LDF Ketapang-Lembar. Tiket Jangkar-Lembar disebut lebih mahal dibanding Ketapang-Lembar. Selain itu masih banyak persoalan yang terjadi berkaitan dengan penyeberangan Ketapang-Lembar, salah satunya terkait antrean.
Ketua DPD Aptrindo Banyuwangi, Slamet Barokah, menyatakan, ada beberapa hal yang harus menjadi bahan evaluasi pihak ASDP. Mulai dari pemindahan kapal dari lintasan Ketapang-Lembar ke lintasan Jangkar-Lembar. “Harusnya kapal baru yang ditambahkan di Jangkar. Bukan kapal yang di sini dipindah ke sana,” tegasnya, Senin, 14 Agustus 2023.
Pria yang juga Ketua Asosiasi Sopir Logistik Indonesia ini menyebut, pemindahan kapal ini berdampak pada antrean kendaraan logistik untuk masuk ke kapal yang melayani pelayaran Ketapang-Lembar. Saat ini, menurutnya, teman-temannya banyak yang sudah mulai bergejolak.
Sebab selama ini, untuk bisa masuk ke kapal penyeberangan Ketapang-Lembar antreannya terlalu panjang, bahkan bisa berhari-hari. Tidak hanya di lintas Ketapang-Lembar tapi juga di Kapal Tanjungwangi, Banyuwangi- Gilimas, Lombok.
Dia mencontohkan, terjadinya antrean kendaraan logistik pada Minggu, 13 Agustus 2023 kemarin. Kondisi itu, lanjutnya, disebabkan volume kendaraan yang meningkat. Di sisi lain jumlah kapal yang beroperasi terbatas. “Tertahan berhari-hari, ada yang sampai 3 hari. Cuma tidak kayak yang lalu-lalu,” terangnya.
Apalagi saat ini akan ada beberapa kapal di lintas Ketapang-Lembar yang akan dipindahkan ke lintasan Jangkar-Lembar. Yang sudah dipastikan pindah lintasan adalah KMP Jatra II. Saat ini kapal milik ASDP ini sudah berada di Pelabuhan Jangkar untuk persiapan pelayaran perdana Jangkar-Lembar Selasa, 15 Agustus 2023 besok.
Seharusnya, kata Dia, ASDP harus lebih dulu menuntaskan seluruh persoalan yang ada di lintas Ketapang-Lembar. “Setelah semua normal dan lancar, kalau ada kapal yang mau ditarik ke Jangkar untuk percobaan tidak menjadi masalah,” katanya.
Permasalahan lain, menurut Slamet, tarif penyeberangan Jangkar-Lembar jauh lebih mahal dibanding dengan Ketapang-Lembar. Selisih harga tiket ini tidak ekonomis. Dia menyebut, truk yang dikemudikannya yakni truk barang golongan VI di lintas Ketapang-Lembar dijual Rp3.408.600, di lintas Jangkar-Lembar dijual Rp4.206.700. “Selisihnya banyak, hampir Rp800 ribu,” ujarnya.
Padahal, lanjutnya, dari Situbondo ke Banyuwangi, dengan jalur darat hanya membutuhkan BBM maksimal sekitar Rp200 ribu. “Harus diperhitungkan itu. Sopir pasti memilih ke Banyuwangi,” ujarnya.