Tiga Tingkatan Puasa Menurut Imam Al-Ghazali
Ibadah bulan puasa menjadikan kesempatan kita memahami kenikmatan dan kemuliaan beribadah. Selain itu, ada pandangan khusus dari Hujjatul Islam, penyusul Kitab Ihya Uluminddin, Imam Al-Ghazali, sebagaimana kerap diajarkan KH Ulil Abshar Abdalla dalam ngaji online.
Imam Al-Ghazali membagi puasa dalam 3 tingkatan:
اﻋﻠﻢ ﺃﻥ اﻟﺼﻮﻡ ﺛﻼﺙ ﺩﺭﺟﺎﺕ ﺻﻮﻡ اﻟﻌﻤﻮﻡ ﻭﺻﻮﻡ اﻟﺨﺼﻮﺹ ﻭﺻﻮﻡ ﺧﺼﻮﺹ اﻟﺨﺼﻮﺹ
Ketahuilah bahwa puasa terdiri dari 3 tingkat, puasa orang awam, puasa orang tertentu dan puasa orang-orang terpilih
ﻭﺃﻣﺎ ﺻﻮﻡ اﻟﻌﻤﻮﻡ ﻓﻬﻮ ﻛﻒ اﻟﺒﻄﻦ ﻭاﻟﻔﺮﺝ ﻋﻦ ﻗﻀﺎء اﻟﺸﻬﻮﺓ ﻛﻤﺎ ﺳﺒﻖ ﺗﻔﺼﻴﻠﻪ
Puasa orang awam adalah menahan perut dari makan dan kemaluan dari syahwat
ﻭﺃﻣﺎ ﺻﻮﻡ اﻟﺨﺼﻮﺹ ﻓﻬﻮ ﻛﻒ اﻟﺴﻤﻊ ﻭاﻟﺒﺼﺮ ﻭاﻟﻠﺴﺎﻥ ﻭاﻟﻴﺪ ﻭاﻟﺮﺟﻞ ﻭﺳﺎﺋﺮ اﻟﺠﻮاﺭﺡ ﻋﻦ اﻵﺛﺎﻡ
Puasa orang khusus adalah menahan telinga dari gunjingan, puasa mata dari penglihatan yang terlarang, puasa mulut dari perkataan yang dilarang, tangan, kaki dan semua organ tubuh dari perbuatan dosa
ﻭﻣﺎ ﺻﻮﻡ ﺧﺼﻮﺹ اﻟﺨﺼﻮﺹ ﻓﺻﻮﻡ اﻟﻘﻠﺐ ﻋﻦ اﻟﻬﻀﻢ اﻟﺪﻧﻴﺔ ﻭاﻷﻓﻜﺎﺭ اﻟﺪﻧﻴﻮﻳﺔ ﻭﻛﻔﻪ ﻋﻤﺎ ﺳﻮﻯ اﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﺑﺎﻟﻜﻠﻴﺔ
Puasa orang-orang terpilih dari orang-orang pilihan adalah puasanya hati dari hal-hal yang hina dan pikiran dunia, dan mencegah dari hal selain Allah secara total. (Ihya', 1/234)
Di mana letak puasa kita? Idealnya di posisi kedua. Berdasarkan:
1. Hadis Nabi Muhammad ﷺ
ﻟﻴﺲ اﻟﺼﻴﺎﻡ ﻣﻦ اﻷﻛﻞ ﻭاﻟﺸﺮﺏ ﺇﻧﻤﺎ اﻟﺼﻴﺎﻡ ﻣﻦ اﻟﻠﻐﻮ ﻭاﻟﺮﻓﺚ (ﻛ ﻫﻖ) ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ.
"Hakikat puasa bukan dari makan dan minum. Puasa yang sempurna adalah dari perkataan yang tidak berguna dan perkataan buruk" (HR Hakim dan Baihaqi dari Abu Hurairah)
2. Atsar Sahabat
ﻗﺎﻝ ﺟﺎﺑﺮ: «ﺇﺫا ﺻﻤﺖ ﻓﻠﻴﺼﻢ ﺳﻤﻌﻚ ﻭﺑﺼﺮﻙ ﻭﻟﺴﺎﻧﻚ ﻋﻦ اﻟﻜﺬﺏ ﻭاﻟﻤﺂﺛﻢ، ﻭﺩﻉ ﺃﺫﻯ اﻟﺨﺎﺩﻡ ﻭﻟﻴﻜﻦ ﻋﻠﻴﻚ ﻭﻗﺎﺭ ﻭﺳﻜﻴﻨﺔ ﻳﻮﻡ ﺻﻴﺎﻣﻚ، ﻭﻻ ﺗﺠﻌﻞ ﻳﻮﻡ ﻓﻄﺮﻙ ﻭﻳﻮﻡ ﺻﻴﺎﻣﻚ ﺳﻮاء»
Jabir berkata: "Jika kau puasa maka puasalah telingamu, pandanganmu dan mulutmu dari dusta dan perbuatan dosa. Jangan sakiti pembantu. Lakukanlah puasamu dengan semangat dan ketenangan. Jangan samakan hari Fitrimu dan hari puasamu" (Syuab Al-Iman)
Demikian tausiyah Ust Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur.
Selanjutnya, pada kajian online bersama PCI NU Jerman, dalam catatan Ust Ma'ruf Khozin, ada seorang menanyakan menu buka puasa. Hadis-hadis Nabi Muhammad ﷺ yang dirumuskan oleh ulama kita dalam hal buka puasa anjurannya adalah dengan kurma.
Namun bila tidak ada kurma maka dijelaskan oleh ulama Syafi'iyah:
ﻭﻗﺎﻝ اﻟﺮﻭﻳﺎﻧﻲ ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺠﺪ اﻟﺘﻤﺮ ﻓﻌﻠﻰ ﺣﻠﻮ
Ar-Ruyani berkata: Jika tidak menemukan kurma maka berbuka puasa dengan yang manis (Kifayah Al-Akhyar, 1/200)
Jadi sebelum menu utama buka puasa biasanya saya minum yang manis-manis, tentu saja yang tidak berlebihan, seperti es jus buah, kolak pisang, es degan dll. Bagi saya tetap mengembalikan pola makan dalam teks-teks ulama klasik dengan pendapat medis saat ini.
"Saya meyakini pola hidup Nabi dan para ulama klasik adalah pola hidup sehat, kalau ternyata membahayakan berarti ada suatu perubahan yang terjadi dan harus dikembalikan kepada ahlinya," tutur Ust Ma'ruf Khozin, Pengasuh Pesantren Aswaja Sukolilo Surabaya.