Tiga Tingkatan Nafsu, dari Masalah Tambah Masalah
Pengasuh Kajian Kitab Al-Hikam di Masjid Al-Akbar Surabaya KH M. Luqman Hakim mengingatkan pentingnya setiap amal ibadah ditautkan dengan mencari ridha Allah s.w.t.
Direktur Sufi Center Jakarta ini menyatakan, sesuatu yang diputuskan dengan fondasi nafsu, maka akan kehilangan barokah dari Allah SWT meskipun itu dianggap benar.
“Allah sering mengingatkan bahwa sesuatu yang diputuskan oleh dorongan nafsu biasanya kehilangan barokahnya walaupun benar,” ujar Kiai Luqman.
Menurut Kiai Luqman, ketika ada orang yang menggunjing. Seseorang yang gemar menggunjing dia pikir bisa menyelesaikan, padahal kenyataanya menambah masalah.
“Sebagaimana orang menggunjing dikira bisa menyelesailan masalah nyatanya menambah masalah,” tutur Kiai Luqman.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa nafsu manusia terbagi menjadi tiga.
Pertama,
An-nafs al-ammarah bissu. Apabila nafsu ini meninggalkan tantangan dan tunduk serta taat kepada tuntutan nafsu syahwat dan dorongan-dorongan syaitan. Nafsu ini mendorong kepada kejahatan.
Kedua,
An-nafs al-lawwamah. Apabila ketenangan tidak sempurna, akan tetapi menjadi pendorong kepada nafsu syahwat dan menentangya. Nafsu ini juga mencaci pemiliknya ketika ia teledor dalam beribadah kepada Allah. Nafsu ini pula sumber penyesatan karena ia patuh terhadap akal, kadang tidak.
Ketiga,
An-nafs al-Muthmainah. Apabila dia tenang, di bawah perintah dan jauh dari goncangan disebabkan menentang nafsu syahwat.
Dari ketiga nafsu tersebut, menurut Kiai Luqman, mengembalikan segalanya kepada Allah SWT adalah kunci pengendalian nafsu. “Demi meraih ridho dan diridhoi Allah. Apa yang bergolak sebenarnya hanyalah sirkuit nafsu kita,” tuturnya.
Penulis buku Psikologi Sufi ini mengatakan, justru ketika manusia berpacu dengan nafsu, maka kepuasan lahir dan batin tidak akan diraihnya dalam hidup.
“Jika anda berpacu di sana, anda tak meraih kepuasan. Jangan ada gengsi dan malu untuk kembali kepada-Nya. Allah SWT menunggumu,” jelas Kiai Luqman.
Selebihnya, menurut Praktisi tasawuf ini, transformasi tersebut harus amalkan, wujudkan, dan terus belajar. Jangan sampai terjebak tipudaya nafsu yang selalu mencari kepuasaan dan kepetualangan.
“Jujurlah anda hari ini sedang gersang, kering kerontang, carilah oase ruhani di dunia Sufi. Bersama-Nya menuju kepada-Nya,” tandas penulis buku Jalan Ma’rifat ini.
Advertisement