Tiga Status Penting Hati Rasulullah SAW, Menurut Al-Quran
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam (SAW) adalah semuliaan-mulianya manusia, bahkan di kalangan para nabi yang paling mulia sekalipun. Beliau adalah yang paling lembut hatinya, yang paling pemaaf dan yang hatinya dipenuhi oleh keadilan.
Rangkaian ayat Al-Quran Surat Thaha/20 ayat 25 - 28 menjelaskan status dan keadaan hati Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya bahwa :
1. Hati Nabi Muhammad SAW, Hati Paling Lembut
Sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَ
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu….” (QS. Ali Imran/3: 159).
Bahkan kepada orang-orang yang mendustakan dakwah, menyakiti beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Memastikan dengan sebab rahmat-Nya hati beliau menjadi lembut. Hal ini sebagai sarana dakwah kepada umat.
Kisah perjalanan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam ke negeri Thaif berdakwah dilaksanakan selama hampir 12 hari menetap, belum termasuk perjalanan pulang-pergi menempuh jarak 120 KM tanpa kendaraan, tanpa diiringi banyak orang kecuali sahabat Sayyidina Zaid bin Haritsah radhiyallahu ta'ala anhu. Mereka menolak dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam dan melempari beliau dengan batu-batuan.
Di tengah perjalanan sebagaimana disebut dalam beberapa Kitab Hadis di satu kawasan yang bernama Qornul Manazil Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam didatangi oleh Malaikat Jibril dan Malakul penjaga gunung.
Malaikat Gunung menawarkan untuk menimpahkan dua gunung besar yang ada di Kota Makkah kepada penduduk Thaif, tawaran ini ditolak justru nabi mendoakan agar dari keturunan mereka akan ada orangorang yang Allah Subhanahu wa Ta'ala takdirkan menyembah-Nya.
Malaikat membuat pernyataan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam adalah adalah sosok yang penyayang dan sosok yang santun.
Doa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini tidak menunggu waktu lama karena pada peristiwa Fathu Makkah tahun ke-8 Hijriah mereka berbondongbondong menyatakan masuk Islam. Bila baginda Nabi sempit hatinya maka tak terbayang bagaimana nasib umat yang tidak menerima dakwah beliau.
2. Hati Rasulullah, Hati yang Pemaaf
Pada tahun ke-8 Hijriyah saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam datang ke kota Mekah sebagai penakluk dan penentu nasib orang-orang yang dikalahkan. Orang-orang Quraisy semua berkumpul di masjid menanti apa gerangan keputusan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam terhadap nasib mereka.
Kemungkinannya adalah dijadikan budak sebagai konsekuensi kekalahan yang mereka alami, dibunuh sebagai hukuman atas apa yang selama ini telah mereka lakukan kepada kaum muslimin atau diusir seperti apa yang Rasul lakukan kepada orang-orang Yahudi Madinah. Semua itu tidak terjadi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam tidak memperbudak, tidak membunuh dan tidak mengusir mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam membebaskan mereka bukan hanya bebas secara status tetapi juga bebas menentukan apakah mau menerima ajaran Islam atau tetap dalam kekufuran dan kesyirikan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam kemudian menyatakan kepada mereka seperti pernyataan Nabi Yusuf kepada saudara-saudaranya setelah intrikintrik jahat yang mereka lakukan, menjauhkan Nabi Yusuf dari orang tuanya.
Mereka datang mengakui kesalahan:
قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَكُمْ ۖوَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ ٩٢
Artinya : Dia (Yusuf) berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang” (QS. Yusuf/12 : 92).
Sebagaimana Nabi Yusuf memaafkan semua kesalahan saudara-saudaranya seperti itulah sikap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam kepada orang-orang Mekkah yang mereka juga adalah kerabat-kerabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam. Rasul kemudian menyatakan, “Pergilah kalian semua, kalian sudah dibebaskan,” bebas dari perbudakan dan bebas untuk memilih Islam atau menolak Islam.
3. Hati Nabi Muhammad Dipenuhi Rasa Keadilan
Dalam hadis diceritakan bahwa seorang perempuan dari Bani Makhzum, sebuah kabilah mulia dari keturunan Quraisy melakukan pencurian, kemudian diputuskan bahwa tangan wanita ini harus dipotong.
Beberapa orang sahabat menyayangkan jika wanita dari suku yang mulia harus kehilangan tangannya. Mereka mencari siapa kira-kira yang bisa berdialog dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam untuk menganulir keputusan itu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam kemudian mengumpulkan para sahabat lalu khutbah di hadapan mereka seraya bagi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan prinsip equality before the lawi (kesamaan status di hadapan hukum). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam khutbah menyatakan:
Ketika meriwayatkan hadist ini beliau tidak sampai hati menyebut nama Sayyidatuna Fatimah radhiallahu anha, bagaimana mungkin wanita yang suci dan mulia ini mencuri. Hal ini semata penegasan Rasul bahwa dalam masalah hukum, tidak ada keistimewaan bagi siapapaun. Siapapun yang melakukan tindak hukum terbukti dan ada saksi maka akan ditegakkan hukum atasnya. Ini adalah sifat adil Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam.
Mengakhiri kajian kita ini dapat disimpulkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam adalah semuliaan-mulianya manusia, bahkan di kalangan para nabi yang paling mulia sekalipun. Beliau adalah yang paling lembut hatinya, yang paling pemaaf dan yang hatinya dipenuhi oleh keadilan. Satu lagi yang juga merupakan ciri beliau dan termasuk para nabi, sekalipun beliau matanya terpejam tetapi hati beliau tetap terjaga dan tidak terputus dari Allah Ta'ala.
Demikian, disampaikan KH. Ahmad Busyairi, Lc. MA, dalam ceramah di Masjid Istiqlal Jakarta. Wallahu A’lam. Semoga bermanfaat.
Advertisement