Tiga Renungan Islam Menembus Waktu, Kiai Husein Muhammad
KH Husein Muhammad merupakan sosok kiai pesantren yang mendukung dan mendorong tumbuh kembangnya gerakan keadilan gender terhadap perempuan dengan bahasa agama (Islam).
Dalam konteks gerakan keadilan jender, Kiai Husein telah memberikan modal kepada gerakan-gerakan perempuan dan gerakan sosial untuk mewujudkan keadilan terhadap perempuan dan laki-laki, baik secara teoritis ataupun praktis.
Ada yang menilai, Kiai Husein adalah seorang laki-laki yang berjuang untuk kepentingan keadilan jender. Bahkan lelaki itu sudah rela "bunuh diri" kelas, karena melepaskan prevililege-nya yang sudah menjadi seakan takdir.
Gerakan keadilan jender memang sangat dibutuhkan perempuan. Karena ideologi jender sangat kuat bertahan dan dipertahankan dengan perspektif keagamaan. Dan Kiai Husein Muhammad memakai penafsiran agama yang ramah perempuan.
Kiai Husein bukan hanya beredar di kalangan sendiri. Pesantren dan umat Islam. Tetapi bisa memoles formula keagamaan dan mensosialisasikan dengan pihak non pesantren, dengan yang punya tradisi agama yang berbeda. Bahkan di kalangan "sekuler" dan berhasil dengan pendekatan yang khas.
Banyak kontribusi pemikiran Buya Husein, panggilan akrabnya, terkait gerakan keadilan gender dengan perspektif Islam ini bisa terus dikembangkan.
Sebagaimana Nabi Muhammad sebagai laki-laki yang telah memperjuangkan perempuan. Sebenarnya Buya Husein telah mempraktikkan ittiba’ Rasulullah SAW. Jadi, pemikiran Buya Husein tidak usah dipertentangkan lagi karena sudah sesuai dengan misi kenabian.
Berikut Ngopibareng.id, mengumpulkan tiga hal penting renungan aktual Kiai Husein Muhammad.
Pertama:
Agama dan etika kemanusiaan universal tak pernah membenarkan kekerasan, penindasan dan teror terhadap siapapun. Jika itu terjadi, maka pastilah bukan produk agama dan etika kemanusiaan, meski ada orang/kelompok yang mengatakannya.
Kedua:
جاء الدين لتنوير قلب وعقل كل انسان ويخبره بانه عضو من المجتمع الانسانى وخلق من مخلوقات الله
Agama hadir untuk mencerahkan pikiran dan hati setiap manusia dan mengabari bahwa setiap diri adalah bagian dari komunitas dunia manusia dan ciptaan Allah
Ketiga:
"Perjuangan untuk kesetaraan jender pada gilirannya dimaksudkan sebagai dasar dan jalan menuju terciptanya hubungan kesalingan (Resiprokal/reciprocity) antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.
"Yakni saling menghormati, saling menolong, saling bekerjasama (ta'awun), saling melindungi, saling berbuat baik dan santun, ("Mu'asyarah bil Ma'ruf"), saling mencinta dan saling membahagiakan. Di atas tema besar inilah perjuangan dan pergulatan (mihwar) kehidupan bersama manusia, laki-laki dan perempuan berakhir".
Advertisement