Tiga Pesan Kiai Anwar Iskandar, Gerakkan NU Jadi Mandiri
Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim KH Anwar Iskandar mengingatkan, semangat harakah harus menjiwai setiap kader NU. Dalam menghadapi zaman yang terus bergerak, lazimnya setiap pengurus NU dalam segala tingkatan harus terus bergerak.
"Akar dari Nahdlah adalah bangkit. Karena itu, kita harus bangkit dan bergerak. Muharrik, semua kader NU harus menggerakkan organisasinya," tuturnya.
Kiai Anwar Iskandar mengungkapkan hal itu, dalam pesan-pesan Refleksi Tasyakuran Harlah ke-97 Nahdlatul Ulama di Kantor PWNU Jatim, Selasa, 10 Maret 2020 malam.
Dalam acara ini dihadiri seluruh pengurus PWNU Jatim, badan otonom dan lembaa di lingkungan ormas kelahiran Surabaya, 16 Rajab 1344 H atau bertepatan dengan 31 Januari 1926 M.
Dalam hitungan tahun hijriyah, malam ini terhitung ke-97 tahun, yakni 16 Rajab 1441 H.
Hadir sejumlah kiai, seperti KH Nuruddin A Rachman, KH Yasin Asmuni, KH Jazuli Nur, KH Agoes Ali Masyhuri, dan Prof H Ali Maschan Moesa. Tak ketinggalan, Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar, dan jajaran pengurus lainnya.
Sebelumnya, Prof Ali Maschan Moesa memberikan yang bicara soal akar kultural dalam dakwah yang dikembangkan NU hingga saat ini.
Kiai Anwar Iskandar berpesan dengan tiga hal penting:
Pertama, Soal AD/ART NU
Pada bagian lain, KH Anwar Iskandar mengingatkan pentingnya para aktivis dan pengurus NU, dalam segala tingkatan, untuk memahami Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga. Dengan memahami AD/ART akan tahu aturan organisasi.
Kedua, Nilai Ajaran Ahlussunnah Waljamaah An-Nahdliyah
"Setiap kader NU, harus memahami nilai-nilai ajaran Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) An-Nahdliyah. Ini ideologi yang ditanamkan para ulama dan kiai pesantren karena berakar pada para Walisongo dan pelanjutnya hingga sekarang," kata Kiai Anwar Iskandar.
Ketiga, Memahami Fikrah Nahdliyah.
Setiap kader NU, menurut Kiai Anwar Iskandar, harus memahami orientasi perjuangan NU. Yang ditujukkan dalam cara berpikir dan bertindak. Dalam konteks Indonesia, harus mampu mengembangkan Tri Ukhuwah: Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah Basyariyah atau Ukhuwah Insaniyah.
Dengan mehamai tiga hal tersebut, niscaya akan menguatkan kejatidirinya NU, bagi kader-kader dan warga NU, untuk tetap berpijak di NKRI sebagaimana diperjuangkan para alim ulama pendiri negeri ini.
Ke depan, dengan kekuatan yang kita miliki, dengan kebesaran yang ada dalam jumlah anggotanya, NU harus mandiri. NU harus berdiri dan tigak bergantung pada pihak lain dalam menangani setiap persoalan.
"Pengalaman kita telah menunjukkan, dan Pilpres yang lalu menjadi pelajaran. Menjadi hikmah yang bisa kita petik. Bahwa NU harus mandiri sebagai konsekuensi kebesaran NU di bumi pertiwi ini," tuturnya.
"Tingkatkan solidaritas dan soliditas di antara pengurus dan warga NU. Dengan kekuatan ini, akan membuktikan di masa depan bahwa NU memang besar, bahwa NU mempunyai kekuatan untuk bisa mandiri," tuturnya.
Dalam acara ini, acara ditutup dengan doa disampaikan KH Marzuki Mustamar. Dilanjutkan dengan menikmati sajian nasi mandi berjumlah 97 tumpeng.
Sedang Resepsi Puncak Harlah ke-97 dan Haul Muassis NU, akan digelar di Arena Parkir Utara PWNU Jawa Timur, Sabtu 14 Maret 2020, mulai pukul 18.00 WIB dengan tema ""Menuju Kemandirian NU dan Kemaslahatan Umat".
Pada kesempatan tersebut, akan digelar Launching NU Muallaf Center Jawa Timur, Anugerah Pejuang, Penggerak dan Tokoh Teladan NU Jawa Timur.
"Untuk tahun 2020, diadalah Doa Bersama Tolak Bala' Virus Corona dan Ikrar 97 Muallaf serta Launching Muallaf Centre PWNU Jatim," tutur KH Abdussalam Shohib, Ketua Panita Harlah ke-97 NU Jawa Timur.