Tiga Pesan Khusus, Ulil Abshar: Jangan Sowan Rama Kiai Dulu
Intelektual Muslim, Ulil Abshar Abdalla mengingatkan, agar para santri dan umat Islam untuk menahan diri agar tidak berkunjung (sowan) kepada para ulama dan kiai pesantren. Hal itu sebagai pilihan untuk menghindari kemudharatan (hal yang berdampak keburukan). Di masa pandemi Covid-19, setiap orang harus menjaga diri dan keluarganya agar terselamatkan dari virus Corona.
"Malam (Jumat malam) ini saya mendapat kabar duka yang amat menyayat hati. Bulik saya, Bu Nyai Ishmah Ulinnuha, isteri dari Kiai Ulinnuha Arwani, pengasuh Pesantren Tahfidz yang besar di Kudus, Yanbu'ul Qur'an, wafat. Saya sedih luar biasa," tutur Ulil Abshar Abdalla, Sabtu 19 September 2020.
"Beliau wafat karena Covid-19. Dalam beberapa hari ini, Bu Nyai Ishmah dan Kiai Ulinnuha dirawat di sebuah RS di Semarang karena Covid-19. Alhamdulillah, kondisi Kiai Ulinnuha sudah membaik dan kita doakan beliau sembuh total dari virus ini. Tetapi, yang menyedihkan, Bunyai Ishmah tidak tertolong.
"Berita ini menambah kesedihan saya yang luar biasa karena dalam beberapa wakru terakhir ini beberapa kiai kapundhut, wafat, karena serangan Covid-19. Sudah ada sekitar 25 pesantren yang menjadi kluster penyebaran Covid-19, demikian menurut data dari RMI (ikatan pondok-pondok di lingkungan NU) beberapa waktu lalu. Saya khawatir, jumlahnya makin bertambah sekarang.
"Menurut saya, ini kondisi yang sudah gawat dan menuntut kita untuk makin hati-hati. Oleh karena itu, saya menganjurkan beberapa hal berikut ini," tutur Gus Ulil, panggilan akrab menantu Gus Mus ini.
Pertama:
Hentikan sementara kegiatan sowan dan ziarah ke ndalem para rama kiai. Jika kita benar-benar mencintai dan menyayangi para kiai san masyayikh, maka wujud kecintaan kita itu adalah dengan menghentikan untuk sementara kegiatan sowan kepada beliau. Tunda sowan kiai sampai keadaan normal.
Umumnya, para masyayikh dan kiai ini sudah sepuh, dan tentu saja sangat rentan untuk tertular virus ini. Sementara yang sowan para kiai ini sebagian besar adalah orang-orang yang masih cukup muda umurnya, sehingga bisa saja mereka ini adalah pembawa virus dengan tanpa gejala alias OTG.
Kedua:
Jika karena keadaan yang memaksa kita bertemu dengan rama kiai, sebaiknya jangan berjabat tangan, apalagi cium tangan. Saya tahu, keinginan para santri mencium tangan kiai sangat besar, tetapi jika kita benar-benar menyayangi kiai, hentikan kegiatan mencium tangan kiai untuk sementara waktu.
Ketiga:
Kita sebaiknya menghentikan atau mengurangi untuk sementara waktu acara-acara yang mengundang keramaian dan berkumpulnya para jamaah. Acara walimah pernikahan tetap bisa dilaksanakan, tetapi tolong jangan mengundang rama kiai dan bunyai, untuk sementara waktu. Untuk tabarrukan, cukup diberikan kabar saja kepada beliau seraya meminta doa dan pangestu.
"Kebiasaan baru ini harus kita jalankan sampai beberapa bulan, mungkin bahkan setahun mendatang, hingga keadaan benar-benar normal dan kurva Covid-19 melandai di Indonesia," kata Gus Ulil.
"Para santri yang kebetulan sudah balik ke pesantren, mereka harus dijaga dengan ketat, dengan menerapkan protokol kesehatan yang standar. Sebaiknya, pesantren tidak mengisi ruangan yang tersedia secara penuh. Jika bisa, diusahakan, kapasitas dikurangi hingga separoh atau malah lebih rendah lagi, sehingga memungkinkan adanya penjarakan.
"Para sedherek, keadaan pandemi di negeri kita dalam minggu-minggu ini sedang dalam kondisi yang amat memburuk. Kita harus ikhtiar sebaik dan semampu mungkin untuk menghindarkan diri dari pandemi ini. Selebihnya, kita serahkan kepada Allah," kata Ulil Abshar Abdalla.