Tiga Pendapat Ulama, Anjuran Memperbanyak Zikir dan Istighfar
Bulan Ramadhan adalah bulan istighfar, pahala kebaikan dilipatgandakan. Di antara aktivitas yang sangat penting dan berbobot tinggi, namun ringan dilakukan oleh umat Islam adalah memperbanyak zikir, doa dan istighfar.
Bahkan, doa orang-orang yang berpuasa sangat mustajab. Maka perbanyaklah berdoa untuk kebaikan dirinya dan umat Islam yang lain, khususnya yang sedang ditimpa kesulitan dan musibah.
Berikut Tiga Pendapat Ulama tentang makna memperbanyak zikir dan Istighfar.
1. Syaikh Muhammad bin Muhammad Mukhtar As-Syinqity
Syaikh Muhammad bin Muhammad Mukhtar As-Syinqity hafidzahullah pernah ditanya: “Wahai Syaikh, dengan amalan apa anda menasihati saya dalam menyongsong datangnya Ramadhan?
Syaikh menjawab, “Sebaik-baik amalan yang dapat dilakukan dalam menyongsong datangnya musim ketaatan adalah memperbanyak istighfar. Sebab dosa akan menghalangi seseorang dari taufik Allah. Tidaklah hati seorang hamba selalu ber-istighfar melainkan ia akan disucikan”.
Bila ia lemah, maka akan dikuatkan, bila ia sakit, maka akan disembuhkan. Bila ia diuji, maka ujian itu akan diangkat darinya, bila ia kalut, maka akan diberi petunjuk. Dan bila ia galau, maka akan diberi ketenangan.
Istighfar, memohon ampun kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan, merupakan benteng pengaman yang tersisa untuk kita sepeninggal Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.
2. Ibnu Katsir
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang menghiasi dirinya dengan amalan ini, yaitu memperbanyak istighfar, maka Allah akan mempermudah rezekinya, memudahkan urusannya dan menjaga kekuatan jiwa dan raganya".
Dalam salah satu khutbahnya, Rasulullah Saw menasihatkan: “Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban dosamu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu”.
Istighfar, memohon ampunan Allah Swt, merupakan solusi bagi problema kehidupan. Abdullah bin Abbas yang lebih dikenal dengan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata:
“Di tengah kaum muslimin, ada dua alat pengaman, yaitu keberadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan istighfar. Tetapi sekarang, Nabi telah wafat, sehingga alat pengaman yang tinggal adalah istighfar (memohon ampun kepada Allah).”
Ucapan Ibnu Abbas di atas, dinukil oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya ketika mengomentari ayat 33 surah Al-Anfal:
“Wahai Muhammad, Allah sama sekali tidak akan menurunkan adzab kepada kaum kafir Quraisy selama kamu berada di tengah-tengah mereka. Dan Allah tidak akan mengadzab mereka selama mereka mau memohon ampun kepada-Nya”.
3. Syaikh Hasan Al-Bashri bersama Imam al-Qurthubi
Imam al-Qurthubi mengisahkan dari Ibnu Shubaih, tentang sejumlah pengaduan masyarakat yang diajukan pada seorang ulama shalih bernama Hasan Al-Bashri.
“Ada seseorang yang mengadu kepada Hasan al-Bashri rahimahumullah, tentang musim paceklik. Lalu Hasan al-Bashri berkata: ‘Istighfarlah engkau kepada Allah.’
Ada lagi orang yang mengadu bahwa dia miskin. Hasan al-Bashri menjawab: ‘Mintalah ampun kepada Allah.’
Pengadu berikutnya mengatakan: ‘Do’akanlah saya agar dikaruniai anak.’ Hasan al-Bashri menjawab: ‘Mintalah ampunan kepada Allah.’
Kemudian ada lagi yang mengadu bahwa kebunnya kekeringan. Hasan al-Bashri tetap menjawab: ‘Mohonlah ampun kepada Allah.’
Mendengar hal itu, Rabi’ bin Shubaih heran dan berkata pada Hasan Al-Bashri. ‘Tadi orang-orang berdatangan kepadamu mengadukan berbagai permasalahan, dan engkau menasehati mereka semua supaya beristighfar, mengapa demikian?’
Hasan al-Bashri rahimahullah menjawab, ‘Aku tidak menjawab dari diriku pribadi, karena Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman:
“Maka aku berkata kepada kaumku: 'Hendaklah kalian mohon ampun kepada Allah dari kekafiran dan dosa-dosa kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun; niscaya Allah akan menurunkan hujan dari langit dengan lebat kepada kalian, memberikan harta dan anak, dan memberikan kebun-kebun dan sungai-sungai kepada kalian”. (Qs. Nuh [71]: 10-12).
Lalu seorang laki-laki berkata pada al-Hasan al-Bashri, "Tidakkah seseorang di antara kita malu terhadap Tuhannya? Kita berbuat dosa lalu kita mohon ampun, lalu kita berbuat dosa lagi kemudian kita mohon ampun lagi, dan begitu seterusnya?”
Al-Hasan berkata kepada orang itu, “Setan ingin agar seorang di antara kalian berbuat seperti itu. Karena itu, kalian jangan meninggalkan istighfar untuk selama-lamanya.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
_« طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِى صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا » .
“Sungguh beruntung bagi orang yang mendapatkan dalam buku catatan amalnya, banyak istighfar.” (HR. Ibnu Majah)
Demikian semoga bermanfaat bagi kita, guna meningkatkan ibadah Ramadhan dan meraih keberkahan bulan penuh ampunan ini. Amiin.
Advertisement