Tiga Negara Dominasi Komoditas Haji, Aspek Ekonomi Tak Tergarap
Satu-satunya ibadah yang disyaratkan secara verbal dengan istitha’ah atau kemampuan adalah ibadah haji sebagaimana dilafazkan dalam Surat Ali Imran ayat 97. Pada Surat Al-Hajj ayat 28, Allah Swt bahkan menyebut ibadah haji memberikan banyak ragam manfaat atau manafi’. Secara umum, ahli tafsir memaknai manafi’ sebagai pahala.
Namun, menurut Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag RI Hilman Latief, salah satu manafi’-nya adalah aspek solidaritas hingga tijarah atau ekonomi.
Ia mengungkapkan bahwa potensi besar pasar ekonomi itu belum tergarap secara optimal.
“Pertanyaannya sejauh mana kita umat Islam Indonesia yang terbesar di dunia dan memiliki legacy terbesar di dunia memperhatikan aspek commerce-nya. Seberapa mampu kita memenuhi komoditas yang dibutuhkan jamaah haji Indonesia, seberapa besar kita mengekspor produk-produk masyarakat Indonesia untuk digunakan di Saudi, minimal untuk jamaah Indonesia sendiri. Ini jadi PR buat kita semua bagaimana mencermati haji ke depan,” tuturnya.
Masih Memprihatinkan
Keprihatinan Hilman lebih-lebih setelah menyaksikan bahwa mayoritas produk di dalam rutinitas haji, baik dari penyedia bahan baku kuliner hingga alat sehari-hari para jamaah adalah produk dari Vietnam, Thailand dan Tiongkok.
“Jadi merekalah yang yashyadu manafi’a, mendapatkan manfaatnya dari prosesi haji ini,” kritik Hilman.
Dengan putaran haji yang menghabiskan dana sekira 7 Triliun rupiah, Hilman percaya ke depan peluang itu bisa diambil alih oleh Indonesia dengan melibatkan UMKM di tanah air, petani, hingga nelayan untuk memenuhi kebutuhan haji asal Indonesia, syukur-syukur jamaah haji dari negara lain.
“Ini saya kira ijtihad-ijtihad baru yang perlu kita rumuskan bersama bagaimana dari proses ibadah haji itu bisa kita lakukan berbagai hal,” tuturnya.
Untuk kebutuhan tersebut, Kemenag menurutnya mulai menata alur kebijakan yang memungkinkan hal itu terjadi. Organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan yang lainnya diharapkan Hilman menyasar peluang ini dengan menguatkan ekosistem ekonomi haji dan umrah lebih spesifik lagi.
“Saya juga ingin mengajak ormas Islam lain agar bisa kontribusi pada komunitas-komunitas tertentu. Baik untuk (penyedia) kopinya, ikannya, berasnya, dan lain-lain. Ini potensi agar kita liyasyhadu fi tijarah (mengambil manfaat ekonomi dari ibadah haji),” tegas Hilman, dalam Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah bertajuk “Haji dan Pembaruan Islam”.