Tiga Misi Kenabian, Rasulullah Karunia Terbesar bagi Umat Manusia
Karunia terbesar bagi umat manusia adalah ketika Allah mengirimkan Nabi Muhammad sebagai seorang rasul dari golongan manusia sendiri. Surat Ali Imran ayat 164 dan At Taubah ayat 128 menegaskan hal itu.
Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal, Nabi Muhammad memiliki tiga visi utama sebagai seorang rasul.
Pertama, adalah membacakan ayat-ayat Allah baik yang berupa wahyu Al-Quran ataupun ayat-ayat kauniyah berupa fenomena alam semesta.
“Kedua, tugas dan fungsi pokok kenabian adalah at-tazkiyah (penyucian) kepada seluruh organ kemanusiaan kita agar kita siap menerima ajaran-ajaran yang luhur, nilai-nilai ilahiyah yang dibawa nabi dan para rasul,” kata Fathurrahman.
“Ketiga, adalah fungsi taklim, untuk mengajarkan alkitab yakni Al-Quran dan juga ajaran-ajarannya yang disampaikan baginda Nabi,” imbuh Fathurrahman.
Tiga Misi Kenabian
Dalam konteks tiga misi itulah kemudian Allah menegaskan dua ayat Al-Quran di atas. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menekankan bahwa karunia Allah melalui pengutusan Nabi Muhammad itu adalah manusia mampu mengambil teladan yang nyata.
“Rasulullah pernah menderita sehingga beliau menjadi teladan bagi orang yang menderita. Rasulullah juga pernah berkuasa, pelaku bisnis, panglima militer, penegak hukum sehingga menjadi teladan bagi mereka (yang seprofesi),” jelas Fathurrahman.
Keimanan pada Al-Quran
Bagi umat Muslim, Al-Quran ibarat ruh kehidupan. Tanpa Al-Quran, kehidupan umat muslim bagaikan jasad tanpa ruh. Allah Subhanahu wa ta'ala (Swt) menegaskan pentingnya posisi Al-Quran melalui peristiwa Lailatul Qadar agar umat Muslim senantiasa mengingat dan dekat dengan Al-Quran.
“Saya yakin tidak ada peristiwa yang dalam syariat kita diperingati secara kolosal, bahkan dikhususkan ibadah kecuali bahwa Allah menginginkan pada kita untuk mengingat suatu peristiwa Lailatul Qadar di mana Al-Quran diturunkan,” kata Fathurrahman Kamal.
Fathurrahman menjelaskan, kata ganti dalam ayat pertama Surat Al-Qadr merujuk pada Surat Al-Alaq yang menegaskan soal Al-Quran dan Lailatul Qadar.
“Al-Quran adalah ruh bagi kita. Juga dikatakan Al-Quran adalah cahaya bagi kita. Ibarat tanpa cahaya, seseorang akan menghadapi banyak ketimpangan dalam kehidupan,” terangnya.
Al-Quran adalah Kalamullah
Berkenaan dengan Al-Quran, mengimaninya ayat-ayat yang ada di dalamnya pun menurut Fathurrahman harus total.
Seorang yang mengimani kekuasaan Allah dalam fenomena alam sepatutnya juga mengimani Al-Quran dengan menghindari berbagai larangan yang disebutkan di dalamnya.
“Pertanyaannya adalah apakah keimanan kita pada kalamullah itu juga paralel dengan hukum-hukum yang seharusnya ada di realitas kehidupan kita? mengapa kita percaya pada fenomena bulan yang mengalami gerhana tapi tidak percaya dengan ayat-ayat Allah misalkan larangan untuk melakukan zina, larangan untuk membunuh, larangan untuk minum khamr. Ini pertanyaan yang sangat penting,” jelasnya.
“Kalau kita percaya pada ayat-ayat yang ada di alam semesta, tapi kemudian kita mengabaikan ayat-ayat Allah yang sesungguhnya masuk dalam jantung kehidupan kita, maka sesungguhnya kita adalah orang-orang yang belum percaya bahwa sesungguhnya Al-Quran adalah Kalamullah,” terang Fathurrahman.