Tiga Lelucon Radikal, Beda Pandangan Politik dan Tulang Tibia
Perhelatan Pemilu 2024 masih jauh. Tapi, hawa dinamis begitu terasa dari aktivitas para aktornya. Saling pedekate di antara satu dan lainnya.
Ada sikap radikal di antara para pendukung, misalnya terkait calon presiden. Sehingga, polarisasi di tengah masyarakat tak bisa dihindari.
Kali ini ada lelucon tentang ihwal radikal, terkait beda politik. Tentu saja, karena humor ya tetap mengajak kita untuk ketawa. Setidaknya, tersenyum simpul dalam hati. Seperti ini.
Berbeda Pandangan Politik secara Radikal
Ada dua orang bertetangga dengan pandangan politik tentang calon presiden yang berbeda secara radikal. Mereka sedang dalam perjalanan ke tempat pemungutan suara pada hari pemilihan.
Salah seorang menoleh ke yang lain dan mengatakan, "Kau tahu, kita sudah berdebat tentang hal ini selama berbulan-bulan, dan kita jelas akan memilih kandidat yang berbeda. Bagaimana pun juga, coblosan kita akan mengalahkan satu sama lain. Sehingga akan memperoleh hasil seri. Jadi kenapa tidak kita balik kanan dan pulang saja?"
Teman satunya setuju. Mereka berjabat tangan dan berpisah.
Di situ, ada orang lain yang mendengar percakapan pendekatan 'kesepakatan politik'. Ia berkata dengan kekaguman, "Itu adalah tawaran yang sportif nyata yang baru saja dibuat!"
"Tidak juga," pria itu berkata, "Pagi ini saya sudah melakukannya tujuh kali."
Tulang Tibia Radikal Melengkung
Sementara membuat catatan, seorang dokter mengeluarkan foto sinar-X kepada sekelompok mahassiswa kedokteran.
"Seperti yang Anda lihat," katanya, "pasien pincang karena tulang betis dan tibia kirinya secara radikal melengkung. Charles, apa yang akan Anda lakukan dalam kasus
seperti ini? "
"Yah," kata mahasiswa itu sambil merenung, "saya kira saya sama pincang juga."
Dalih Tak Ikut Ujian Bahasa Inggris
Guru Bahasa Inggris SMA mengingatkan kelasnya tentang ujian akhir besok. Dia mengatakan kepada sesmua siswa kelas, "Tidak akan ada alasan untuk tidak datang, kecuali untuk cedera serius atau sakit, atau kematian keluarga dekat siswa."
Salah satu siswa sok pintar di belakang ruangan bertanya, "Bagaimana dengan kelelahan seksual yang ekstrem?"
Seluruh kelas mencoba untuk menahan tawa. Tetapi akhirnya pecah.
Ketika sudah mulai tenang, guru tersenyum simpatik pada siswa itu, menggelengkan kepalanya. Lalu dengan lembut berkata, "Itu bukan alasan. Kamu bisa menggunakan tanganmu yang satunya untuk menulis."