Makanan Paling Berbahaya Pertapaan Diam, dalam Tiga Lelucon Khas
Dalam sehari-hari selalu ada muncul lelucon. Keseimbangan agar hidup tak selalu tegang. Demikianlah anjuran para ahli jiwa agar kita hidup rileks, meski kerja dengan kecepatan tinggi dan aktivitas yang padat.
Lelucon dan humor selalu bisa menjadi penawar. Setidaknya, mampu membangkitkan kita untuk tersenyum. Kadang bisa juga ketawa terbahak-bahak. Tapi, jangan ketawa sendirian ya. Setelah baca lelucon di bawah ini, cukup tersenyum dan bahagialah selanjutnya.
1. Tempat Bertemu untuk Makan Malam
Sekelompok teman berusia 40 tahun mendiskusikan di mana mereka harus bertemu untuk makan malam.
Akhirnya disepakati bahwa mereka harus bertemu di restoran Embong Malang karena pelayan di sana masih muda dan cantik-cantik.
Maka 10 tahun kemudian, pada usia 50 tahun, kelompok itu bertemu lagi dan sekali lagi mereka membahas di mana mereka harus bertemu.
Akhirnya disepakati bahwa mereka harus bertemu di restoran Embong Malang karena makanan di sana sangat enak dan pilihan minumannya juga enak.
Lalu 10 tahun kemudian pada usia 60 tahun, kelompok itu bertemu lagi dan sekali lagi mereka membahas di mana mereka harus bertemu.
Akhirnya disepakati bahwa mereka harus bertemu di restoran Embong Malang karena mereka dapat makan di sana dengan damai dan tenang dan restoran bebas asap rokok.
Maka, 10 tahun kemudian, pada usia 70 tahun, kelompok itu bertemu lagi dan sekali lagi mereka membahas di mana mereka harus bertemu.
Akhirnya disepakati bahwa mereka harus bertemu di restoran Embong Malang karena restoran dapat diakses kursi roda dan mereka bahkan memiliki lift.
Dan 10 tahun kemudian, pada usia 80 tahun, kelompok itu bertemu lagi dan sekali lagi mereka membahas di mana mereka harus bertemu.
Akhirnya disepakati bahwa mereka harus bertemu di restoran Embong Malang karena itu akan menjadi ide bagus karena mereka belum pernah ke sana sebelumnya.
2. Melakukan Pertapaan Diam
Seorang lelaki bergabung dengan sebuah biara dan bersumpah akan melakukan pertapaan diam: dia diizinkan mengucapkan dua kata setiap tujuh tahun.
Setelah tujuh tahun pertama, para penatua biara membawanya dan meminta dua kata-katanya.
"Lantai dingin," katanya.
Mereka mengangguk dan menyuruhnya pergi.
Tujuh tahun lagi berlalu. Mereka membawanya kembali dan meminta dua kata-katanya.
Dia membersihkan tenggorokannya dan berkata, "Makanan buruk."
Mereka mengangguk dan menyuruhnya pergi. Tujuh tahun lagi berlalu. Mereka membawanya untuk meminta dua kata-katanya.
"Aku berhenti," katanya.
"Itu tidak mengejutkan," kata para tetua.
"Kamu tidak melakukan apa pun selain mengeluh sejak pertama kali tiba di sini."
3. Makanan Paling Berbahaya
Seorang ahli gizi pernah berpidato di hadapan banyak hadirin di Surabaya.
"Bahan makanan yang kita masukkan ke perut kita sudah cukup untuk membunuh sebagian besar dari kita yang duduk di sini, bertahun-tahun yang lalu. Daging sangat mengerikan. Sayuran bisa menjadi bencana, dan tidak ada di antara kita yang menyadari kuman dalam air minum kita. Tapi ada satu hal yang paling berbahaya dari semuanya dan sebagian dari kita di ruang ini telah memakannya. Adakah yang bisa memberi tahu saya produk mematikan apa yang saya maksud?"
"Anda, Pak, yang duduk di depan, tolong beri kami ide Anda."
Lelaki itu menundukkan kepalanya dan berkata, "Kue pengantin..."