Tiga Kesalahan Menyamakan Ustadz Abdul Somad dan Felix Siauw
Nama Ustadz Abdul Somad, Lc, MA, sering menjadi perbincangan para netizen dan pegiat media sosial tanah air. Kajian-kajiannya tajam dan menarik, sehingga membuat banyak orang suka dengan tausiyahnya. Bahkan, pengajiannya pun juga banyak yang menjadi viral di media sosial.
Belakangan, Ustadz Abdul Shomad dikait-kaitkan dengan perjuangan menegakkan khilafah, sebagaimana diusung Hizbut Tahrir, yang di Indonesia organisasi ini sudah dilarang. Maka, ketika hendak berceramah di Denpasar Bali, Jumat (8/12/2017) lalu, Ustadz Abdul Somad pun tak keberatan mencium bendera Merah-Putih bersama Kapolres Denpasar, sebelum ke Masjid An-Nur. Ketika itu, Ustadz Abdul Somad berkesempatan ceramah di depan 500 jamaah.
Pada Sabtu (9/12/2017), Ustadz Abdul Somad mengisi Kajian Shubuh di Masjid Baiturrahmah, Denpasar, dan berjalan lancar. “Kemudian seharian penuh istirahat dan menyambut tamu-tamu dan jamaah di hotel. Menjelang Maghrib hadir PW NU, Muhammadiyah, MUI Bali, GNPF, dan lain-lain. Ba'da Isya kami ke Masjid Baiturrahmah Tabligh Akbar terakhir,” tuturnya.
Pada Ahad (10/12/2017), selepas Shalat Shubuh Ustad Abdul Somad menuju bandara didampingi MUI, GNPF, dan Kepolisian.
Dalam kaitan ini, Ustadz Abdul Shomad juga dipersamakan dengan Felix Siauw, seorang motivator yang dikenal mendakwahkan Khilafah dan perjuangan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Karena bergabung HTI, Felix Siauw pun mendapat sebutan “ustadz”.
Redaksi ngopibareng.id, mencoba menelusuri rekam jejak kedua figur publik tersebut dan menemukan tiga kesalahan mempersamakan keduanya.
Pertimbangannya, saat ini, mayoritas kalangan awam dalam ilmu agama, seringkali menjadi sasaran empuk bagi para oknum, yang berbaju sebagai tokoh Islam, namun sengaja melancarkan tipu daya dalam mengelabuhi masyarakat awam, dan menjadikan mereka sebagai sasaran tembak, demi memenuhi hasrat pribadi dan golongannya.
Sayidina Jabir radhiyallahu anhu (r.a.) mengutarakan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Janganlah kamu belajar (dengan tujuan) untuk membanggakan diri di hadapan para ulama, atau untuk mengelabuhi orang-orang bodoh (awam), atau untuk mencari kedudukan (pangkat). Barangsiapa yang melakukan (salah satu dari ketiga) hal itu, maka tempat yang utama baginya adalah neraka.” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Berikut kesalahan menyamakan Ustadz Abdul Shomad dan Felix Siauw.
1. ASAL-USUL
Ustadz Abdul Somad
Nama Lengkap : H. Abdul Somad, Lc., MA.
Kelahiran : Rabu petang tanggal 30 Jamada al-Ula 1314 Hijrah, bertepatan dengan 18 Mei 1977 M.
Pendidikan:
- SD al-Washliyah, tamat 1990
- MTs Mu'allimin al-Washliyah Medan, tamat 1993,
- Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Molek, In-hu, tamat 1996,
- S1 Al-Azhar, Mesir, dan
- S2 Dar Al-Hadits Al-Hassania Institute, Kerajaan Maroko.
Pengabdian:
- Dosen Bahasa Arab di Pusat Bahasa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.- Dosen Tafsir dan Hadits di Kelas Internasional Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau.
- Dosen Agama Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhar Yayasan Masmur Pekanbaru.
- Anggota MUI Provinsi Riau, Komisi Pengkajian dan Keorganisasian Periode : 2009 – 2014.
- Anggota Badan Amil Zakat Provinsi Riau, Komisi Pengembangan, Periode : 2009 – 2014.
- Sekretaris Lembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama Provinsi Riau, Periode : 2009 – 2014.
Ustadz Felix Siauw
Nama lengkap: Felix Yanwar Siauw
Tempat tanggal Lahir: Palembang (Sumatera Selatan), 31 Januari 1984
Pendidikan:
- SMA Xaverius 1 Palembang.
- Institut Pertanian Bogor (IPB)
Aktivitas : Dakwah HTI, Penulis Buku, Presenter Acara.
Facebook : www.facebook.com/UstadzFelixSiauw
2. PEMAHAMAN KHILAFAH
Ustadz Abdul Somad tak keberatan mencium bendera Merah-Putih bersama Kapolres Denpasar, sebelum ke Masjid An-Nur. Ketika itu, Ustadz Abdul Somad berkesempatan ceramah di depan 500 jamaah di Masjid An-Nur, Denpasar Bali, Jumat (8/12/2017). “NKRI harga Mati,” kata Ustadz Abdul Somad, mengaku.
Sedang Felix Siauw ketika diundang di Masjid Manarul Islam Bangil, Pasuruan, pada Sabtu (4/11/2017) menolak mentah-mentah tiga poin yang diajukan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Cabang Bangil. Tiga poin itu ialah, pertama, mau mengakui Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua, tidak mendakwahkan konsep khilafah dalam pengajian tersebut. Ketiga, bersedia meninggalkan HTI yang telah dibubarkan pemerintah. Dan akhirnya Felix, yang juga tokoh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), meninggalkan Bangil, memilih tidak berceramah.
3. ISLAM YANG DIPERJUANGKAN DI INDONESIA
Ustadz Abdul Somad:
“Saya mendapat beasiswa Mesir-Indonesia tahun 1998 setelah lulus Pancasila dan P4. Saya lulus tes PNS 2008 karena bukan anti Pancasila. Sampai sekarang mengajarkan cinta kebangsaan dari kampus sampai desa terpencil,” kata Ustadz Abdul Somad.
Karya Ilmiah Ustadz Abdul Somad:
a. Thesis
رجال الموطأ والصحيحين الذين ضعفهم النسائي في كتاب الضعفاء والمتروكين: جمعا ودراسة
(Para perawi Kitab Muwatha' dan Sahih Bukhari dan Muslim yang dinilai dlaif oleh Nasa'i dalam kitabnya "Dhuafa wal matrukin". Studi komparasi)
b. Terjemah (Arab – Indonesia)
- Perbuatan Maksiat Penyebab Kerusakan Rumah Tangga (Judul Asli: Al-Ma’ashi Tu’addi ila Al-Faqri wa Kharab Al-Buyut), Penulis: Majdi Fathi As-Sayyid. Diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, Maret 2008.
- 55 Nasihat Perkawinan Untuk Perempuan, (Judul Asli : 55 Nashihat li al-banat qabla az-zawaj), Penulis: DR. Akram Thal’at, Dar at-Ta’if, Cairo. Diterbitkan oleh Penerbit Cendikia Sentra Muslim-Jakarta, April-2004.
- 101 Kisah Orang-Orang Yang Dikabulkan Doanya (Judul Asli: 101 Qishash wa Qishah li Alladzina Istajaba Allah Lahum Ad-Du’a’, Majdi Fathi As-Sayyid. Diterbitkan oleh Pustaka Azzam – Jakarta, Desember 2004.
- 30 Orang Dijamin Masuk Surga (Judul Asli: 30 al-mubasysyarun bi al-jannah), DR.Mustafa Murad, Dar al-Fajr li at-Turats,Cairo. Diterbitkan oleh Cendikia Sentra Muslim-Jakarta, Juli-2004.
- 15 Sebab Dicabutnya Berkah (Judul Asli: 15 sabab min asbab naz’ al-barakah), Penulis: Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, Dar ar-Raudhah-Cairo. Diterbitkan oleh Cendikia Sentra Muslim-Jakarta, Agustus-2004.
- Indahnya Seks Setelah Menikah (Judul Asli : Syahr al-‘asal bi la khajal), DR. Aiman Al-Husaini, diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Progresif, Jakarta, September 2004.
- Beberapa Kekeliruan Memahami Pernikahan (Judul Asli: Akhta’ fi mafhum az-zawaj, Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Progresif- Jakarta, September 2004.
- Sejarah Agama Yahudi (Judul Asli: Tarikh ad-Diyanah al-Yahudiyyah), diterbitkan oleh Pustaka al-Kautsar, Jakarta, Desember 2009.
Felix Siauw, adalah seorang mualaf:
“Saya masuk Islam pada tahun 2002, menikah tahun 2006. Jadi menikah empat tahun setelah masuk Islam,” kata Felix Siauw.
“Awal mulanya ketika saya masih kelas 3 SMP, ketika saya beragama Katolik. Ketika itu saya banyak mendapatkan banyak hal yang tidak bersesuaian dengan akal, dan tak memuaskan akal. Sehingga singkat cerita saya keluar dari agama Katolik. Lalu saya mencari, agama mana yang benar, agama mana yang bagus. Setelah saya mencari selama lima tahun (sampai kuliah semester ketiga), alhamdulillah saya dapat Islam. Saya dapati Islam karena apa pun dalam Islam itu sesuai dengan akal manusia, sesuai dengan fitrah manusia, tidak ada yang bertentangan dengan akal manusia. Yang saya rasakan seperti itu”, kata Felix Siauw.
Karya buku Felix Siauw:
- Beyond The Inspiration,
- Muhammad Al-Fatih 1453,
- How To Master Your Habits,
- Udah Putusin Aja, Yuk Berhijab,
- The Chronicles of Ghazi: Rise Of The Ottomans,
- Khilafah, In Progress (ditarik dari peredaran),
- Khilafah (Remake)
Catatan ngopibareng.id:
“Patut disayangkan, masih banyak di kalangan awam yang justru merasa cukup untuk berkiblat dan mengikut secara pasrah bongkokan kepada tokoh figur publik, seakan hidupnya apa kata sang tokoh, namun tanpa mau mempelajari background tokoh yang menjadi panutan hidupnya itu. Apakah aqidahnya sudah benar sesuai standar syariat, atau justru menyimpang jauh dari ajaran Islam,” kata KH Luthfi Bashowi, Pengasuh Pesantren Perguruan Ilmu Al-Quran (PIQ) Singosari, Malang.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Sayidina Anas bin Malik r.a. mengatakan, sungguh Rasulullah SAW bersabda, “Menutut ilmu (belajar) adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Sedangkan mengajarkan ilmu (kepada yang) bukan ahlinya adalah seperti mengalungi babi dengan batu berlian, mutiara dan emas.” (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Majah).
Demikian wallahu a’lam bisshowab. (adi)