Tiga Jalan Dakwah Persatukan Umat, Tugas Khusus Kaum Santri
Dakwah jadi ujung tombak dalam perkembangan dan penyebaran agama. Namun corak dakwah yang keras, konfrontatif, dan destruktif cenderung menimbulkan resistensi di tengah masyarakat.
Setidaknya ada tiga cara berdakwah yang dapat menyatukan umat, serta menghapuskan narasi pemecah belah kebhinekaan yang mengatasnamakan dakwah.
"Pertama, dakwah yang baik. Artinya isi dakwahnya itu baik dan cara penyampaiannya pun dengan adab yang baik. Konten yang baik akan bermanfaat bagi pendengar dakwah, sedangkan adab yang baik membantu memastikan konten yang baik akan diterima oleh pendengar," ujar santri muda yang juga CEO App Kedaulatan Santri (KESAN), Hamdan Hamedan dalam keterangan tertulisnya, Senin 24 Januari 2022.
Kedua, yaitu dakwah yang benar, di mana hal atau konten yang ingin disampaikan kepada umat atau masyarakat, sudah teruji kebenaran dan keakuratannya atau bersumber dari sumber yang kredibel.
Misalnya dalam Islam sumbernya Al-Qur'an, hadis, ijma' para ulama, atau pendapat para ulama yang terpercaya, sehingga tidak asal mengutip dari internet tanpa mengetahui sumbernya. Hal ini dapat menciptakan kegaduhan yang tidak perlu.
Dakwah yang Tepat
"Ketiga, adalah dakwah yang tepat, yakni disampaikan di waktu dan tempat yang tepat. Karena ada juga suatu kebenaran yang apabila disampaikan di saat yang tidak tepat tentunya juga akan memicu resistensi atau penolakan," katanya.
Lebih lanjut, Hamdan juga menekankan kepada para santri agar senantiasa mempelajari perbedaan, baik itu perbedaan di masayarakat maupun perbedaan pendapat di kalangan ulama dan juga senantiasa menghormati perbedaan yang ada.
"Kuncinya, kita harus menghormati perbedaan itu sendiri, termasuk perbedaan yang ada di dalam agama kita sendiri. Kita perlu bijak dan menghindari dari merasa diri paling benar," katanya.
Hamdan juga menyinggung kasus perusakan sesajen yang sempat viral dan membuat kegaduhan di jagad sosial media beberapa waktu lalu. Menurutnya, masyarakat Indonesia perlu memahami bahwa bangsa ini merupakan bangsa yang majemuk.
"Kita harus paham bahwa kita hidup di negara yang majemuk, di mana ada orang yang mengamalkan suatu peribadatan yang berbeda, maka itu pun dilindungi oleh negara. Tetapi negara juga memberi ruang kepada kita (umat Islam) untuk mengamalkan atau pun beribadah sesuai dengan keyakinan kita," katanya.
Pria yang pernah menjadi President Indonesian Diaspora Network, California Utara ini juga menuturkan perlu kebijaksanaan untuk menyikapi perbedaan.
"Kalau kita melihat adanya perbedaan dalam keyakinan, tentunya kita juga harus menyikapinya dengan bijaksana bahwa perbedaan keyakinan itu adalah hal yang wajar. Karena Allah SWT mengatakan, Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja)," katanya.
Pesan Kebaikan dari Rasulullah SAW
Lebih lanjut, ia mengungkapkan dalam berdakwah hendaknya seoarang juga harus meneladani Rasulullah SAW dalam menyampaikan kebaikan.
"Islam mengajarkan dakwah dengan cara yang baik, ke arah yang baik. Ada pula istilah dakwah bil hikmah yaitu dakwah itu dengan hikmah, arif dan bijaksana. Jadi mengajak suatu kebaikan harus dengan cara yang baik pula sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah," katanya.
Salah satu penggagas dan pengajar Diaspora Pancasila tersebut, mengutip buku Michael Heart yang menyatakan bahwa dakwah Rasulullah yang sedemikian baik itu berhasil menciptakan transformasi sosial dan generasional, lintas batas dan lintas zaman, bahkan hingga saat ini. Semuanya berawal dari dakwah yang baik dan beradab.
"Jadi, apabila kita melihat suatu kemusyrikan, misalnya, maka kita tetap harus menjelaskan dengan baik dan santun. Sebagaimana Rasulullah berdakwah dengan baik dan santun kepada pamannya, Abu Thalib. Di situ Rasulullah tidak memberi ruang untuk kekerasan, tetapi tetap istikamah berdakwah dengan adab yang baik kepada pamannya hingga akhir hayat sang paman," ucapnya.
Melalui dakwah dengan adab yang baik, mencerminkan umat yang baik serta ajarannya dapat diterima dan menyejukkan bagi umat. Di samping itu, Hamdan melihat perlu bagi pemerintah untuk terus bersinergi dengan ulama demi percepatan moderasi beragama.
"Ulama mempunyai kewajiban untuk memberi nasehat yang baik dengan cara yang baik pula kepada umaro sebagaimana hadis riwayat Imam Ahmad."
"Dan umaro sendiri mempunyai kewajiban untuk menjadi pemimpin yang adil dan mendengarkan nasihat yang baik dari para ulama dan rakyatnya. Jadi saling bergandengan tangan dalam menciptakan negara yang damai, sejahtera, dan berkeadilan," katanya.