Tiga Humor Sejarah, Uang Lebih Penting dari Churchill dan Hitler
Lelucon politik mencapai puncaknya pada tokoh-tokoh bersejarah. Anekdot di antara tokoh sejarah ini pun seiring dengan perjalanan manusia, bisa menjadi sasaran kritik.
Tiga humor sejarah berikut membuktikan hal itu. Demi keseimbangan situasi, mencairkan ketegangan sosial yang dipenuhi dengan ketidakseimbangan informasi. Apalagi, media sosial dipenuhi dengan berita bohong alias hoaks, yang oleh sementara orang yang buta media dianggap suatu kebenaran.
Mari kita nikmati lelucon tokoh sejarah, di masa pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir ini.
Uang Lebih Penting Daripada Churchill
Suatu kali Perdana Menteri Inggris Winston Churchill buru-buru ke Majelis Rendah untuk menghadiri sebuah rapat, maka ia memanggil sebuah taksi.
Sesudah sampai di tempat tujuan, ia turun dari taksi dan berkata kepada sopir: "Pak, di sini aku kira-kira akan singgah selama 1 jam, tunggulah aku sebentar, oke?"
Sopir: "Wah, maaf Pak, aku ngga bisa nunggu, karena aku harus buru-buru pulang ke rumah untuk mendengarkan pidato PM Churchill di radio."
Mendengar perkataan ini Churchill merasa terkejut bercampur gembira, maka selain membayar ongkos taksi menurut ketentuan, ia masih memberi hadiah berupa bonus dalam jumlah yang besar kepada sopir itu.
Melihat penghasilan ekstra yang ia terima sedemikian banyaknya, si sopir dengan cepat mengubah niatnya yang semula. Ia berkata kepada Churchill: "Sesudah kupikir dengan baik, aku berketetapan akan menunggu di sini untuk mengantarkan Bapak pulang. Persetan dengan Churchill, bagaimana pun uang lebih penting daripada Churchill!".
Istri Columbus
Andaikata petualang kaliber besar seperti Columbus memiliki istri, apakah ia masih bisa menemukan benua Amerika?
Istrinya tentu akan berkata: "Kamu akan ke mana?" "Kamu akan pergi bersama siapa?" "Kamu akan mencara apa dan siapa?" "Kapan kamu akan kembali?"
Bisa kita ramalkan bahwa petualangan Columbus itu akhirnya takkan membuahkan hasil apa pun!
Berita Baik Tentang Hitler
Pada masa Nazi berkuasa di Jerman, 2 warga kota Berlin bertemu di kuburan.
Warga kota A: "Aku akan memberi tahu kamu 2 buah kabar penting, sebuah kabar buruk, dan sebuah lagi kabar baik."
Warga kota B: "Kamu sampaikan lebih dulu kabar yang baik kepadaku, oke?"
Warga kota A: "Adolf Hitler telah mati!"
Warga kota B: "O, My God, alangkah baiknya kabar ini. Lalu beritahu kabar yang buruk itu kabar apa?"
Warga kota A: "Kabar yang pertama tadi adalah kabar palsu!"
Advertisement