Tiga Humor: Para Pengemplang Pajak, Fragmen Akuntan dan Jin
Berbeda dengan anekdot yang terkadang berangkat dari peristiwa nyata, humor dibangun dari khayalan. Termasuk ketika ada lelucon soal akuntan dan jin.
Demikian pula adanya humor soal pengemplang pajak penghasilan di suatu tempat di alam barzakh. Begini asal tiga humornya:
1. Akuntan dan Jin
Seorang akuntan yang berjalan di sepanjang pantai. Dia menemukan sebuah lampu tua. Dia mengambilnya, menggosok dan tentu saja, jin muncul.
Jin mengatakan "Aku jin yang paling kuat yang pernah ada. Aku bisa melakukan hal-hal besar dan aku bisa mewujudkan keinginanmu. Tapi hanya satu saja."
Nah, akuntan ini adalah individu sangat peduli. Dia mengeluarkan peta wilayah Mediterania dan berkata, "keinginan yang paling saya idamkan adalah saya ingin anda memecahkan konflik Arab-Israel di Timur Tengah."
Jin mengusap jenggotnya dan tampak khawatir.
"Oh," katanya, menatap peta. "Itu sangat sulit. Orang-orang telah berjuang selama ribuan tahun. Tidak ada yang bisa datang dengan solusi yang sukses. Aku tidak yakin apakah aku bisa melakukan lebih baik. Kamu mungkin harus membuat keinginan lain."
Sang akuntan pun memahami hal itu dan mengatakan, "Baiklah. Dengar, Dirjen Pajak telah meminta saya untuk merancang ulang formulir 1770 untuk SPT Tahunan PPh Orang Pribadi, sehingga semua orang bisa memahaminya. Dapatkah anda membantu saya dengan itu?"
Ada keheningan panjang dan akhirnya jin mengatakan, "Kalau begitu, mari kita lihat peta yang tadi."
2. Hukuman Akhirat bagi Pengemplang Pajak Penghasilan
Amrin dan temannya, Bogel meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil dan dihakimi di akhirat.
Di sana mengatakan Amrin dinyatakan bersalah karena ia memanipulasi pajak penghasilannya, satu-satunya cara dia bisa masuk surga adalah untuk tidur dengan wanita jelek selama 5 tahun.
Beberapa hari kemudian, Amrin berada di sebuah taman dengan pacar barunya, dia melihat temannya Bogel dengan seorang perempuan yang benar-benar cantik.
"Bogel, apa yang terjadi?" Jono bertanya.
"Saya tidak tahu," Bogel menjawab. "Saya diberitahu bahwa saya memiliki lima tahun seks yang menakjubkan. Satu-satunya hal yang saya tidak mengerti adalah mengapa dia selalu berteriak 'pajak penghasilan sialan!' setiap kali kita berhubungan dengan saya."
3. Pendeta dan Petugas Kantor Pajak
Menjawab telepon, seorang pendeta terkejut mendengar penelepon memperkenalkan dirinya sebagai auditor dari Kantor Pajak.
"Tapi kami tidak membayar pajak," kata pendeta itu.
"Ini bukan mengenai Anda, Bapa. Itu salah satu jemaat Anda, Bartolomeus Sukarto. Dia mengisi pada bagian pengurangan pajak yang menyatakan bahwa dia memberi sumbangan Rp100 Juta untuk gereja tahun lalu. Apakah ini benar?"
Pendeta itu tersenyum lebar. "Cek itu belum sampai di tempat kami. Tapi saya yakin, saya akan memilikinya ketika saya mengingatkan saudara Barto."