Sate Babi Bela Tionghoa hingga NU Gila, Tiga Humor Bikin Heboh
KH Abdurrahman Wahid selalu dirindu masyarakat, khususnya umat Islam warga Nahdliyin. Makamnya di Tebuireng Jombang, selalu dipenuhi peziarah.
Di tengah ketegangan masyarakat karena problematika kehidupan yang mendera, humor Gus Dur selalu bisa menenangkan kejiwaan seseorang. Nah, tiga humor ini bisa menjadi jalan mencairkan suasana.
1. Tiga-tipe Orang NU
Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tak lepas dari eksistensi organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama (NU). Namun, terkadang Gus Dur merasa jengkel dengan beberapa anggota yang tidak mawas diri.
Gus Dur pun menceritakan tentang 3 tipe orang NU, mulai dari yang biasa-biasa saja sampai yang Gus Dur sendiri anggap "gila". Semasa hidupnya, rumah Gus Dur di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan, sehari-harinya tidak pernah sepi dari tamu. Dari pagi hingga malam, bahkan tak jarang sampai dinihari para tamu ini datang silih berganti baik yang dari kalangan NU atau pun bukan. Tak jarang mereka pun datang dari luar kota.
Menggambarkan fanatisme orang NU, kata Gus Dur, menurutnya ada 3 tipe orang NU. "Kalau mereka datang dari pukul tujuh pagi hingga jam sembilan malam, dan menceritakan tentang NU, itu biasanya orang NU yang memang punya komitmen dan fanatik terhadap NU," tegas Gus Dur.
"Orang NU jenis yang kedua, mereka yang meski sudah larut malam, sekitar jam dua belas sampai jam satu malam dan masih mengetuk pintu untuk membicarakan NU, itu namanya orang gila NU," kata Gus Dur.
"Tapi kalau ada orang NU yang masih juga mengetuk pintu rumah saya jam dua dini hari hingga jam enam pagi, itu namanya orang NU yang gila," kata Gus Dur sambil terkekeh.
2. Sate Babi
Suatu ketika Gus Dur dan ajudannya terlibat percakapan serius.
Ajudan: Gus, menurut Anda makanan apa yang haram?
Gus Dur: Babi.
Ajudan: Yang lebih haram lagi.
Gus Dur: Mmmm … babi mengandung babi!
Ajudan: Yang paling haram?
Gus Dur: Mmmm … babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat sate babi!
3. Bela Minoritas, Khonghucu-NU
Kisah ini pernah diceritakan Bunshu Bingky Irawan, anggota presidium Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN). Bingky, yang pada massa Orde Baru sering keluar masuk tahanan Kodam dan Polda akibat aktivitasnya itu, selalu mengikuti Gus Dur.
Dia bercerita, dalam suatu kesempatan, Bingky diajak Gus Dur ke Pesantren. Karena merasa tidak aman dikuntit Intel, Bingky akhirnya ikut Gus Dur. "Saya bilang, apa tidak bahaya gus saya ikut pesantren? Beliau jawab, tidak apa-apa kalau salau sama saya (Gus Dur)."
Sesampai di pesantren, benar saja, banyak yang bertanya. "Kok ada orang China ikut-ikut masuk pesantren? Lainnya menatap tidak mengenakkan."
"Gus Dur lalu memperkenalkan ke masyarakat. 'Ini orang Tiongkok yang tidak bisa salat tapi sudah NU’," ujar Bingky menirukan Gus Dur. "Saya trus nanya, sampean bagaimana to gus, masak saya dianggap NU?"
Gus Dur jawab," Lha benar 'kan, biar selamat yang minoritas nderek (ikut) yang mayoritas." Mendengar jawaban Gus Dur, Bingky hanya jawab, "iya..,iya.., benar juga."
Menurut Bunshu, apa yang dimaksud oleh Gus Dur dengan guyonan tersebut adalah bahwa kaum Tiongkok di masa orde baru adalah kelompok minoritas dan tertindas.
Pesan yang dimaksud Gus Dur, orang NU sebagai golongan mayoritas diminta menjadi pelindung kelompok-kelompok minoritas.
Advertisement