Tiga Hal Penting Mengapa Kita Mengangkat Dua Tangan Ketika Berdoa
Secara umum di masyarakat Muslim di Indonesia, kelaziman berdoa dengan mengangkat tangan. Hal itu tentu saja berpijak pada ajaran para ulama dan pejuang Islam di Nusantara.
Mereka pun mendasarkan pada dalil-dalil dan pandangan ulama Salafus Shalih dan bersambung hingga Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (Saw).
قَالَ الْإِمَامُ مُـحْيِ الدِّيْنِ النَّوَوِيُّ فِيْ كِتَابِهِ شَرْحِ صَحِيْحِ مُسْلِمٍ: “تُقِرُّ بِأَنَّ الْخَالِقَ الْمُدَبِّرَ، الْفَعَّالَ هُوَ اللهُ وَحْدَهُ، وَهُوَ الَّذِيْ إِذَا دَعَاهُ الدَّاعِيْ اِسْتَقْبَلَ السَّمَاءَ، كَمَا إِذَا صَلَّى الْمُصَلِّيْ اِسْتَقْبَلَ الْكَعْبَةَ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لأَنَّهُ مُنْحَصِرٌ فِي السَّمَاءِ كَمَا أَنَّهُ لَيْسَ مُنْحَصِرًا فِيْ جِهَةِ الْكَعْبَةِ، بَلْ ذَلِكَ لِأن السَّمَاءَ قِبْلَةُ الدَّاعِيْنَ، كَمَا أَن الكعبةَ قِبْلَةُ الْمُصَلِّيْنَ”.
Telah berkata al-Imam Muhyiddin an-Nawawi di dalam kitabnya Syarh Sahih Muslim :
Kamu menetapkan sesungguhnya Dialah yang mencipta, yang mentadbir, yang berkuasa melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya.
Dan Dialah (Allah) yang apabila seseorang berdo'a kepada-Nya, dia menghadap ke langit (menadah tangan ke langit) sebagaimana orang yang salat menghadap ke Ka`bah.
Dan ini bukanlah bermakna Allah berada di langit sebagaimana Allah tidak berada di Kabah, sebaliknya langit merupakan kiblat bagi orang-orang yang berdo'a, begitu juga Ka
bah menjadi kiblat bagi orang-orang yang salat.
(Al-Imam al-Nawawi, Syarah Sahih Muslim (1996), Dar al-Makrifah,Beirut Lubnan, c. 3. J. 5. h . 26.)
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani
Telah berkata al-Imam al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani al-Syafi
e al-Asy`ari rahimahullah (W. 852 H. ) dalam kitabnya Fath al-Bari :
قَالَ الْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ الْعَسْقَلَانِيُّ فِيْ كِتَابِهِ فَتْحِ الْبَارِيِّ: “اَلسَّمَاءُ قِبْلَةُ الدُّعَاءِ كَمَا أَنَّ الْكَعْبَةَ قِبْلَةُ الصَّلَاةِ”.
Langit merupakan kiblat bagi doa sebagaimana Ka`bah qiblat bagi salat.
Ibn Hajar al-Asqalani ( t.t ), Fath al-Bari bi Sharh Sahih al-Bukhari, Beirut: Dar al-Ma
rifah, j. 2, h. 233.
قَالَ الشَّيْخُ مُلَّا عَلِيُّ الْقَارِيُّ الْحَنَفِيُّ فِيْ كِتَابِهِ شَرْحِ الْفِقْهِ الْأَكْبَرِ: “السَّمَاءُ قِبْلَةُ الدُّعَاءِ بِـمَعْنَى أَنَّهَا مَـحَلُّ نُزُوْلِ الرَّحْمَةِ الَّتِيْهِيَ سَبَبُ أَنْوَاعِ النِّعْمَةِ”.
Telah berkata asy-Syeikh Mulla `Ali al-Qari al-Hanafi di dalam kitabnya Syarh al-Fiqhal-Akbar : ” Langit merupakan kiblat bagi do'a dengan makna bahawasanya ia adalah tempat turunnya rahmat yang ia merupakan sebab terciptanya berbagai nikmat bagi manusia.
Kesimpulan: Tigal Hal Penting
Pertama:
✅ Berdo'a menengadahkan tangan ke langit bukan bermakna bahwa Allah berada di langit, tetapi karena langit adalah kiblat do'a sebagaimana Ka'bah kiblat sholat.
Kedua:
✅ Allah tidak butuh tempat, Allah berdiri sendiri, dan Allah berbeda dengan makhluknya, jadi mustahil Allah butuh pada langit atau Arsy sebagai tempat.
Ketiga:
✅ Ibarat orang yang sedang berbicara via telepon, bukan berarti yang di ajak bicara ada di dalam telepon bukan....!!!
"Semoga Allah SWT. menerima taubat kita, mengabulkan doa kita, mengabulkan doa seluruh keluarga kita, dan mendapat ridha-Nya. Aamiin....!!!"
Demikian tausiyah pagi Ust Keman Almaarif. Semoga bermanfaat.
Advertisement