Tiga Hal Penting Memahami Prasangka Buruk
Macam-macam Bentuk Suudzon ! Prasangka buruk memang tidak dianjurkan dalam Islam. Begitu pun kita perlu mengenal tiga macam prasangka buruk alias suudzon.
Allah swt berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman!
Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. (QS.Al-Hujurat:12)
Su’udzon (berburuk sangka) memiliki bentuk yang bermacam-macam.
Tidak semua buruk sangka itu dilarang, ada pula yang diperbolehkan.
Apa saja macam-macam suudzon itu?
1. Berburuk sangka kepada Allah swt.
Kita pernah mendengar dalam sebuah riwayat bahwa siapa yang tidak menikah
karena takut miskin maka ia telah berburuk sangka kepada Allah swt.
Seakan ia menganggap bahwa Allah mampu memberi rezeki kepadanya saat sendiri namun tidak mampu menambah rezeki ketika ia memiliki istri.
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin,
Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.
Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya),
Maha Mengetahui.” (QS.An-Nur:32)
2. Berburuk sangka kepada manusia.
Inilah yang dilarang dalam ayat diatas.
3. Berburuk sangka kepada diri sendiri.
Nah inilah buruk sangka yang diperbolehkan bahkan dianjurkan oleh syariat.
Jangan sampai kita memandang diri kita seakan bersih dari segala kesalahan.
Imam Ali bin Abi Thalib AS ketika mensifati orang-orang yang bertakwa, beliau berpesan, “Mereka menuduh diri mereka dan merasa takut dengan amal-amal mereka (tidak merasa aman).”
Ya, ketika kita memandang diri kita bersih tanpa noda maka itu adalah tanda rendahnya cahaya ilmu dan iman kita. Ketika cahaya iman kita redup maka kita tidak mampu melihat sesuatu secara detail.
Kita akan menganggap dosa hanyalah hal-hal besar seperti “Aku tidak mencuri, aku tidak berzina, aku tidak membunuh..” Seakan dosa hanyalah hal-hal semacam itu. Sehingga dengan tidak melakukan hal itu ia merasa bersih dan tanpa cacat.
Sementara seorang yang imannya kuat,
cahayanya besar dan terang sehingga ia mampu melihat dengan detail
kekurangan dari dirinya. Kesalahan sekecil apapun akan ia sadari dan segera memohon ampum kepada Allah swt.
Semoga Bermanfaat .
Advertisement