Tinggalkan Dolar AS, Rupiah pun Menguat
Pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN, berlangsung di Labuan Bajo, NTT, pada 11 Mei 2023, memberikan jejak penting. Khususnya terkait penguatan kerja sama ekonomi ASEAN.
Berikut empat poin penting dalam catatan Ngopibareng.id, terkait KTT ASEAN dan posisi rupiah dalam beberapa bulan terakhir.
1. Dedolarisasi AS
Pemimpin Negara ASEAN telah menyepakati penguatan Konektivitas Pembayaran Regional atau Regional Payment Connectivity (RPC). Selain itu, Pemimpin Negara ASEAN juga sepakat Transaksi Mata Uang Lokal masing-masing negara atau Local Currency Transaction (LCT).
Kesepakatan tersebut adalah salah satu hasil pertemuan KTT ASEAN 2023 yang digelar di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada pada 10-11 Mei 2023. Kedua kesepakatan tersebut bertujuan membangun visi di antara pemimpin Negara ASEAN untuk mengembangkan sektor keuangan yang stabil sebagai fondasi untuk integrasi ekonomi kawasan.
Implementasi transaksi mata uang lokal dan konektivitas pembayaran digital antarnegara sepakat untuk diperkuat, ini sejalan tujuan sentral lintas ASEAN agar ASEAN semakin kuat dan semakin mandiri.
Dalam keterangan tertulis Bank Indonesia, dikutip Ngopibareng.id, Minggu 14 Mei 2023, Presiden Joko Widodo menjelaskan: (1) Konektivitas Pembayaran Regional dan (2) Transaksi Mata Uang Lokal merupakan sarana memajukan konektivitas pembayaran regional dan mekanisme transaksi mata uang lokal masing-masing negara ASEAN.
Kedua hal itu merupakan bagian dari 3 Priority Economy Deliverables (PEDs) Pilar Ekonomi Keketuaan ASEAN 2023, yang bertujuan untuk menunjukkan komitmen dan tekad bersama para pemimpin ASEAN untuk memperdalam integrasi dan stabilitas keuangan.
2. Regional Payment Connectivity
Konektivitas Pembayaran Regional sebagai bagian dari upaya memperkuat integrasi ekonomi kawasan memanfaatkan peluang untuk memperluas kerja sama konektivitas pembayaran di ASEAN secara multilateral.
Kerja sama ini dapat memfasilitasi pembayaran lintas negara di berbagai yurisdiksi dan mempersingkat rantai pemrosesan, yang pada gilirannya memperbesar manfaat pembayaran lintas negara.
Saat ini kerja sama Konektivitas Pembayaran Regional telah membuahkan implementasi pembayaran lintas negara berbasis QR Code antara Indonesia dengan Thailand dan Malaysia.
Untuk melengkapi inisiatif konektivitas pembayaran regional, dikembangkan kerangka LCT untuk memperluas mekanisme transaksi mata uang lokal masing-masing negara ASEAN secara regional.
Hal ini akan mendukung upaya ASEAN untuk memperdalam integrasi keuangan secara komprehensif.
3.Kerja Sama Mata Uang Lokal
Sebelumnya, negara anggota ASEAN telah mengembangkan Pedoman Kerangka Kerja Sama Setelmen Mata Uang Lokal ASEAN untuk mempromosikan penggunaan mata uang lokal di kawasan ASEAN untuk perdagangan lintas-negara, penyelesaian investasi, dan pendapatan maupun transfer.
Saat ini telah terdapat implementasi kerja sama LCT antara sejumlah negara ASEAN dan negara lain, yaitu Malaysia, Thailand, Jepang, dan Tiongkok.
Sementara itu dengan Singapura dan Korea Selatan dalam tahap pembangunan kerangka kerja sama.
Ke depan, transaksi LCT akan dikembangkan untuk perdagangan dan investasi dan semua transaksi ekonomi dan keuangan, seperti transaksi giro, transaksi modal, dan transaksi keuangan.
4. Rupiah Menguat, Penjelasan Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat sehingga mendukung stabilitas perekonomian. Secara Year to Date (YtD), nilai tukar rupiah pada 28 April 2023 menguat sebesar 6,12 persen.
“Lebih tinggi dibandingkan dengan apresiasi Baht Thailand (1,35 persen), Rupee India (1,10 persen), dan Peso Filipina (0,67 persen),” ujar dia dalam konferensi pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di LPS Learning Center, Gedung Pasific Century Place, Jakarta Barat, pada Senin, 8 Mei 2023.
Menurut Sri Mulyani, ke depan, penguatan nilai tukar rupiah diperkirakan terus berlanjut didorong surplus transaksi berjalan dan berlanjutnya aliran masuk modal asing. Hal itu sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang tinggi, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.
Bendahara negara juga menjaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal pertama 2023 tercatat sebesar 5,03 persen Year on Year (YoY). Angka tersebut sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya (kuartal empat 2022) di level 5,01 persen YoY.
“Tetap kuatnya pertumbuhan ekonomi didukung oleh ekspor yang tetap tumbuh tinggi, konsumsi swasta yang membaik, konsumsi Pemerintah yang tumbuh positif, dan pertumbuhan invetasi nonbangunan yang tetap baik,” ucap Sri Mulyani.
Ke depan, dia melanjutkan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tetap kuat. Perkiraan ini didukung konsumsi swasta yang semakin baik seiring meningkatnya mobilitas, membaiknya keyakinan konsumen, dan menguatnya daya beli sebagai dampak dari penurunan inflasi.
Selain itu, investasi tetap juga berlanjut didukung oleh investasi nonbangunan yang tetap kuat sejalan dengan perbaikan konsumsi domestik dan dampak hilirisasi. Kinerja ekspor tetap kuat didorong oleh ekspor nonmigas yang tumbuh tinggi dengan negara tujuan utama Cina, AS, dan Jepang.
“Dengan berbagai perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan bias atas dalam kisaran proyeksi 4,5-5,3 persen,” tutur dia.
Adapun pada akhir perdagangan hari ini, rupiah tercatat jeblok seiring dengan penurunan cadangan devisa per April 2023. Rupiah melemah 33 poin atau 0,22 persen ke posisi Rp 14.711 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.678 per dolar AS.
"Rupiah melemah, tertekan oleh data cadangan devisa yang secara mengejutkan turun dibandingkan bulan lalu menjadi US$ 144,2 miliar," kata analis DCFX Futures Lukman Leong ketika dihubungi. Cadangan devisa pada periode itu juga lebih rendah dari perkiraan pasar untuk kenaikan ke US$ 146 miliar.
Advertisement